Unik! Warga Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi Punya Padi Usia Ratusan Tahun dan Stok Beras 95 Tahun, Ini Faktanya
Berbagai jenis padi yang dipanen sejak zaman dulu masih tersimpan di leuit. Sedikit dari padi yang tersimpan itu konon usianya sudah mencapai ratusan tahun
Masyarakat Kasepuhan Adat Ciptagelar merupakan masyarakat adat yang bersandar pada budidaya padi. Seluruh sendi-sendi kehidupan adat di sana didasarkan pada kalender siklus padi.
Setiap kali musim panen, mereka menyimpan 10 persen total hasil padi pada lumbung yang mereka namakan sebagai leuit. Berbagai jenis padi yang dipanen sejak zaman dulu pun masih ada yang tersimpan di leuit. Sedikit dari padi yang tersimpan itu konon usianya sudah mencapai ratusan tahun.
-
Apa keunikan dari Pupuik Batang Padi? Bentuknya Mirip Corong, Intip Keunikan Alat Musik Pupuik Batang Padi Khas Minang Alat musik yang satu ini masuk dalam kategori alat musik tiup.
-
Dimana Pupuik Batang Padi berkembang? Pupuik Batang Padi cukup berkembang di daerah agraris atau pertanian.
-
Mengapa Kasepuhan Ciptagelar bisa menjadi contoh bagi desa lain? Kemandirian energi masyarakat Ciptagelar sepatutnya bisa jadi contoh bagi desa-desa lain. Masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar yang berada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, masih memegang adat dan tradisi yang diwariskan leluhur.
-
Dimana Kasepuhan Ciptagelar berada? Masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar yang berada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, masih memegang adat dan tradisi yang diwariskan leluhur.
-
Apa hasil penelitian Mahasiswa UGM tentang Kasepuhan Ciptagelar? Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat Ciptagelar masih menggunakan ilmu pengetahuan lokal, kepercayaan, pandangan hidup, dan adat istiadat yang bersandar pada nilai dan norma warisan leluhur.
-
Apa itu Nasi Kabuli Ciptagelar? Dari namanya pun hampir mirip, yakni Nasi Kabuli atau Sangu Kabuli dengan resep dan rempah yang diambil dari alam sekitar. Menariknya, nasi kebuli versi lokal ini tak bisa dikonsumsi sembarangan dan dibuat dari resep berusia sekitar 600 tahun.
Lalu apa rahasia mereka bisa menyimpan padi yang usianya mencapai ratusan tahun itu? dan bagaimana pula tradisi menanam padi dilakukan oleh masyarakat di Kasepuhan Ciptagelar?
Berikut selengkapnya:
Bukan untuk Diperjualbelikan
Kegiatan menanam padi yang dilakukan oleh masyarakat Ciptagelar berbeda dengan kebanyakan petani pada umumnya. Juru Bicara Kasepuhan Ciptagelar, Yoyo Yogasmana, mengatakan bahwa mereka merawat padi masih dengan tata cara seperti yang diwariskan oleh leluhur.
“Misalnya di sini kami menanam padi satu tahun sekali. Terus padi harus disimpan di lumbung, karena kosepnya padi di sini tidak untuk diperjual belikan karena itu konsep kehidupan. Nggak ada kehidupan yang diperjualbelikan,” kata Yoyo seperti dikutip dari kanal YouTube DAAI TV Indonesia.
Tanda Alam
Sebagai masyarakat agraris yang mempertahankan tradisi, ada dua tanda yang harus diperhatikan dalam proses menanam padi. Pertama dengan membaca langit atau melihat rasi bintang. Saat rasi bintang orion tampak di langit malam, maka proses tanam boleh dilakukan. Begitu pula saat rasi bintang orion telah menghilang, maka proses tanam tidak boleh dilakukan lagi.
“Saat rasi bintang orion ini hilang, maka nanti akan ada kungkang atau walang sangit yang turun ke bumi. Kita diingatkan bahwa dalam satu tahun kehidupan menggunakan lahan, ada hak manusia dan hak kehidupan yang lain,” terang Yoyo
Tidak Pernah Kekurangan Pangan
Masyarakat Kasepuhan Adat Ciptagelar masih melestarikan adat gotong-royong dalam melakukan berbagai kegiatan. Termasuk saat panen raya tiba, mereka memanennya secara bersama-sama.
Selain itu, ada kelompok masyarakat yang memainkan musik angklung saat panen raya tersebut dengan tujuan menghibur atau memeriahkan.
Walaupun hanya panen setahun sekali, masyarakat di Kasepuhan Ciptagelar tidak pernah kekurangan pangan. Setiap keluarga wajib memiliki leuit atau lumbung untuk menyimpan padi.
“Untuk hasil padinya tahun kemarin dari warga ada 1.000.670 ikat, kalau yang dari kasepuhan itu ada 9.000 ikat. Satu ikatnya 3,5 kg. tinggal dikali saja berapa ton hasilnya,” kata Menteri Pertanian Kasepuhan Ciptagelar, Aki Koyot.
Padi Berusia Ratusan Tahun
Di Ciptagelar sendiri, ada 168 jenis bibit padi yang ditanam. Masing-masing varietas itu diwariskan oleh leluhur. Bibit-bibit itu ditanam dan dirawat secara alami tanpa bahan kimia.
Jika menyusuri lumbung padi milik kasepuhan, ada salah satu lumbung yang berisikan padi sejak tahun 1838. Padi yang disimpan di sana mampu bertahan lama, dan menurut Yoyo, masih bisa dikonsumsi walau usianya telah mencapai ratusan tahun.
“Kalau sudah disimpan sejak tahun 1838 kan artinya usianya sudah mencapai 186 tahun. Pasti kadaluarsa dong. Tetapi kalau padi itu kan nggak pernah ada matinya. Cirinya hidup dan mati adalah hangat dan dingin. Apalagi kalau pegang padi, hangat sekali, nyaman sekali. Artinya padi ini tidak ada istilah matinya. Justru kalau usia semakin tua maka semakin jadi, kalau sudah begitu lauk pauk sudah tidak dibutuhkan lagi,” pungkas Yoyo dikutip dari kanal YouTube DAAI TV Indonesia.
Stok Beras Bisa Bertahan hingga 95 Tahun
Berdasarkan penelitian dari Institut Teknologi Bandung (ITB), stok pangan warga di Kasepuhan Ciptagelar bisa bertahan hingga 95 tahun ke depan. Yoyo mengatakan, kalaupun lahan pertanian sudah tidak bisa lagi ditanami lagi, stok pangan di Ciptagelar akan masih tersedia dalam 5-10 tahun ke depan.