Mengenal Panyaraman, Pantangan Lisan dari Leluhur Sunda
Panyaraman jadi salah satu kearifan lokal khas Jawa Barat
Apabila larangan tersebut dilakukan diyakini akan mendapatkan suatu keadaan tertentu.
Mengenal Panyaraman, Pantangan Lisan dari Leluhur Sunda
Panyaraman menjadi menjadi salah satu tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat dan Banten.
-
Apa itu tatarucingan Sunda? Tatarucingan adalah permainan tradisional berbentuk pertanyaan yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya sulit ditebak.
-
Apa saja yang diruwat menggunakan pantun Sunda? 'Untuk ruwatannya macam-macam, seperti saya pernah di Banjaran itu meruwat garasi baru untuk mobil ekspedisi. Lalu ada juga yang punya anak tunggal minta diruwat karena biasanya memiliki sifat yang berbeda,' kata Ayi
-
Mengapa orang Sunda melakukan tradisi papahare? Merujuk jurnal oleh UIN Raden Intan Lampung berjudul 'Interaksi Sosial pada Tradisi Papahare Masyarakat Sunda Muslim di Desa Sukajaya Lampung Barat' tradisi papahare jadi salah satu cara bersyukur dari orang Sunda.
-
Kenapa tatarucingan Sunda diwariskan secara turun-temurun? Permainan ini sudah berlangsung secara turun-temurun. Ada beberapa tatarucingan Sunda, mulai dari plesetan, sosial, seni, dan lainnya.
-
Bagaimana pantun Sunda dibawakan? Dalam penyampaiannya, sang juru pantun akan membawakan kisah masa lampau melalui nyanyian. Tak jarang, pantun Sunda juga dibawakan lewat iringan kecapi yang khas.
-
Apa itu tradisi Paculan? Paculan konon bisa memanggil rezeki bagi pengantin setelah menikah. Ada banyak tradisi di Indonesia untuk memeriahkan hari bahagia pernikahan. Di wilayah Serang, Provinsi Banten, Paculan jadi salah satunya.
Panyaraman biasanya digunakan untuk menasehati anak-anak maupun seseorang melalui kalimat kiasan dengan tujuan membangun etika sosial.
Tradisi ini dilakukan dengan menyampaikan larangan maupun pantangan untuk tidak melakukan suatu aktivitas tertentu.
Jika dilanggar, konon akan mendapatkan suatu hal yang tidak diinginkan.
Panyaraman sendiri sudah diterapkan sejak zaman nenek moyang sebagai salah satu pendidikan kehidupan dari rumah.
Berikut selengkapnya tentang tradisi lisan panyaraman yang melegenda di tanah Pasundan.
Panyaraman adalah bentuk larangan menggunakan bahasa kiasan
Mengutip Jurnal Pendagogi Bahasa, Universitas Kuningan (UNIKU), Kamis (12/10) panyaraman sendiri merupakan bentuk larangan yang menggunakan bahasa kiasan oleh para orang tua zaman dulu.
Biasanya orang yang memberikan nasihat panyaraman akan menggunakan istilah yang tidak masuk akal dan dianggap menakutkan sebagai kiasan. Namun jika dilihat, terdapat makna yang tersembunyi.
Secara utuh, tradisi ini dianggap sebagai upaya perenungan agar terbangun kesadaran moral di tengah keluarga maupun lingkungan sosial.
Merupakan sebuah pantangan
Panyaraman diketahui berasal dari istilah Caram yang memiliki arti larangan untuk mencegah suatu kejadian.
Apabila larangan tersebut dilakukan diyakini akan mendapatkan suatu keadaan tertentu.
Panyaraman juga bisa diartikan sebagai tindakan yang tabu dilakukan oleh seseorang.
Panyaraman diciptakan oleh para pendahulu atau nenek moyang sebagai ajaran moral bagi anak-anak sebelum menjalani kehidupan di tengah masyarakat.
Contoh panyaraman
Berikut ini terdapat beberapa contoh panyaraman yang berlaku di kalangan masyarakat Sunda dan akan bersifat baik jika tidak dilakukan.
“ulah ngeusian cai pinuh teuing, bisi kawirarangan” , dalam bahasa Indonesia memiliki arti “Jangan mengisi air terlalu penuh, atau akan mendapat masalah”. Ini diartikan bahwa manusia harus bisa memanfaatkan air dengan sewajarnya agar bisa menghemat pengeluaran air.
“Kuwu ulah dahar sabari leumpang” jika diartikan adalah “kepala desa dilarang makan atau minum sambil berjalan”. Ini diartikan bahwa kepala desa harus mencontoh hal yang baik sebagai pemimpin, dan dianggap tidak sopan jika melakukan dua hal tersebut.