Candi Borobudur Dibangun Berdasarkan Ilmu Astronomi, Ini Buktinya
Ilmuwan menjelaskan posisi dan relief Candi Borobudur sarat dengan makna astronomi.
Ilmuwan menjelaskan posisi dan relief Candi Borobudur sarat dengan makna astronomi.
Candi Borobudur Dibangun Berdasarkan Ilmu Astronomi, Ini Buktinya
Endang Soegiartini dari Kelompok Keilmuan Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan Candi Borobudur menunjukan bahwa masyarakat saat itu telah memahami langit dan gerak benda langit.
Mengutip BRIN dan Kemendikbud, Senin (4/3), relief-relief yang ada pada candi tersebut, banyak menceritakan tentang keterkaitan astronomi dengan kehidupan saat itu.
-
Bagaimana mitos Candi Borobudur dibentuk? Mitos-mitos ini telah menjadi bagian dari narasi budaya yang mengelilingi Candi Borobudur dan seringkali menjadi cerita yang menarik bagi para pengunjung.
-
Dimana Candi Borobudur? Candi Borobudur, salah satu situs warisan dunia UNESCO, terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta.
-
Kapan Candi Borobudur dibangun? Menurut catatan sejarah, Candi Borobudur dibangun pada abad ke-9 oleh Dinasti Syailendra yang dipimpin oleh Raja Samaratung.
-
Apa yang istimewa dari Candi Borobudur? Candi Borobudur merupakan monumen Budha terbesar di dunia, sebuah situs kuno yang secara luas dianggap sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
-
Dimana letak candi Borobudur? Candi ini terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah sekaligus religi favorit di Indonesia.
-
Dimana lokasi situs bersejarah Candi Borobudur? Candi Borobudur, yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, adalah candi Buddha terbesar di dunia dan dibangun pada abad ke-9 selama masa dinasti Syailendra.
Misalnya saja, keberadaan 9 relief pada candi yang menggambarkan berbagai jenis perahu layar digambarkan sebagai fungsi navigasi.
Stupa utama Candi Borobudur yang berada di titik tengah dari keseluruhan candi disebut sebagai gnomon yang dapat berfungsi sebagai penanda waktu atau musim.
Ia mengatakan jumlah stupa Candi Borobudur sebanyak 4x365, ditambah satu stupa paling atas (di puncak). Jumlah tersebut mewakili jumlah hari dalam satu tahun (365 hari), dan satu hari penambahan di setiap empat tahun sekali (tahun kabisat).
"Itu (Candi Borobudur) adalah kalender raksasa,"
Endang Soegiartini dari Kelompok Keilmuan Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sementara itu, menurut peneliti PRA BRIN Gerhana Puannadra Putri, Candi Borobudur menceritakan adanya peranan arkeo-astronomi.
Peranan itu adalah astronomi pada budaya kehidupan masa lalu yang sangat berpengaruh bagi masyarakat.
Dengan mengamati benda-benda langit, mereka dapat menentukan peralihan musim dan menentukan waktu tanam serta panen, selain itu juga sebagai ritual kepercayaan.
Dalam melakukan pengamatan arkeo-astronomi, ia membeberkan metode yang dipakai.
Meliputi penentuan alignment atau penyejajaran benda langit yang diinginkan seperti koordinat, waktu, pola pergerakan, serta observasi topografi di sekitar situs.
Hal itu untuk menentukan skenario alignment yang sesuai.
"Hasil pengukuran dapat digunakan untuk memodelkan penampakan langit dan posisi benda langit pada saat situs dibuat. Perlu dukungan bukti kontekstual yang kuat seperti relief, transkrip, atau sejarah untuk validasi hasil pengukuran arkeo-astronomi terkait penanggalan, agama dan kepercayaan, sosial budaya, dan sebagainya,"
Peneliti PRA BRIN Gerhana Puannadra Putri.