Dibuat pada Abad 16 SM, Ini Isi Naskah Sunda Kuno Sanghyang Raga Dewata yang Langka
Naskah ini bertuliskan aksara dan bahasa Sunda Kuno dan bergaya prosa.
Naskah ini bertuliskan aksara dan bahasa Sunda Kuno dan bergaya prosa.
Dibuat pada Abad 16 SM, Ini Isi Naskah Sunda Kuno Sanghyang Raga Dewata yang Langka
Orang Sunda zaman dahulu rupanya sudah membicarakan proses penciptaan alam dunia yang maha dahsyat lewat tradisi lisan. Informasi itu kemudian dibagikan turun temurun sebagai sumber pengetahuan dan diabadikan melalui sebuah naskah.
-
Kapan manuskrip kuno itu dibuat? Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6.
-
Apa yang ditemukan dalam manuskrip kuno itu? Lembaran Injil ini ditemukan oleh spesialis abad pertengahan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria (OeAW), Grigory Kessel. Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6. Rupanya, dua halaman manuskrip itu berisi bagian yang hilang dari injil, yang diterjemahkan dalam bahasa Suriah kuno.
-
Dimana manuskrip kuno ini disimpan? Menurut Kessel dan timnya, hanya dua manuskrip yang diketahui berisi terjemahan kitab suci Suriah kuno. Keduanya disimpan dengan aman di Perpustakaan Inggris di London dan Biara St. Catherine di Gunung Sinai, Mesir.
-
Kapan Prasasti Sangguran ditemukan? Prasasti Sangguran merupakan prasasti pada batu berkerangka tahun 850 saka atau 928 Masehi yang ditemukan di daerah Batu, Malang.
-
Dimana Prasasti Sangguran ditemukan? Prasasti Sangguran memiliki tinggi 1,61 meter, lebar 1,22 meter. Benda bersejarah setebal 32 centimeter beratnya diperkirakan mencapai 3,5 ton. Isi Prasasti Sangguran juga sangat panjang. Bagian depan prasasti berisi 38 baris tulisan, bagian belakang sebanyak 45 baris, dan bagian kiri terdapat 15 baris tulisan. Dua baris pertama isi Prasasti Sangguran ditulis dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
-
Apa isi utama dari gulungan naskah kuno? Salah satu gulungan paling menarik dan misterius yang ditemukan di Gurun Yudea adalah gulungan yang disebut 'Horoskop', yang menjelaskan praktik astrologi dan mistisisme kuno, membuat para sejarawan dan arkeolog penasaran.
Naskah Sunda Sanghyang Raga Dewata jadi satu-satunya catatan kuno yang menggambarkan proses terbentuknya bentang alam dan seisinya.
Mengutip laman Napak Jagat Pasunda, lembar dari media tulisan itu masih amat sederhana berbahan daun lontar kering. Berikut informasi selengkapnya.
Ditulis dengan aksara dan bahasa Sunda kuno
Dalam sumber lainnya dikatakan bahwa naskah ini pertama kali dibuat pada abad ke-XVI Masehi, dengan aksara dan bahasa Sunda Kuno dan bergaya prosa.
Saat pertama kali ditemukan, naskah ini tidak dalam keadaan utuh dan harus disatukan. Dalam naskah juga tertulis tahun saka 1455 atau tahun 1533 masehi.
Tulisannya dibuat menggunakan tinta dengan tipe bahasa Priangan juga Cirebon dan dikelompokkan ke dalam satu jilid bersama Serat CaturBumi dengan judul “Sang Hyang Raga Dewata”
Gambarkan proses penciptaan alam semesta
Naskah ini diketahui menggambarkan proses penciptaan alam semesta, serta tatanan hidup dalam nilai kosmologi yang dianut oleh masyarakat setempat.
Kosmologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara ruang dan waktu terhadap alam semesta.
Di sana dijelaskan tentang hubungan antar ruang dan waktu, dengan alam semesta seperti asal usul pembabakan hidup juga kondisi alam semesta secara garis besar melalui beberapa mitos.
Saat ini naskah tersebut tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).
Mulanya siang dibangunkan dari kegelapan
Mengutip scribd.com, mitos tentang penciptaan alam dan seisinya ini dimulai dari dibangunkannya siang dari kegelapan oleh sang bayu (angin).
Setelahnya lanjut dengan proses pembentukkan bumi, bulan, matahari dan bintang-bintang di bawah atap yang amat luas bernama angkasa.
Di sana disebutkan bahwa matahari diposisikan di arah timur, dan bulan di barat. Dalam naskah itu, manusia harus menjalankan segala ajaran Sanghyang Darma saat hidup di dunia, agar menjadi prbadi yang mampu mencapai surga abadi.
Sudah menyebutkan soal alat musik karinding
Menurut laman pangaubankarinding.com, dalam naskah tersebut turut digambarkan alat musik tradisional Sunda bernama karinding.
Di sana karinding dimuat di baris ke dua, dan berada di bait ke-36. Di sana karinding dikatakan sebagai alat musik yang disukai oleh Dewa Bayu yang sebelumnya membangunkan siang hari.
Naskah ini menjadi bukti bahwa orang Sunda di zaman dahulu sudah bisa menggambarkan kondisi alam yang mereka tinggali.