Mengenal Naskah Sunda Kuno Sanghyang Jati Maha Pitutur, Ajarkan tentang Sifat Ketuhanan
Saat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.
Saat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.
Mengenal Naskah Sunda Kuno Sanghyang Jati Maha Pitutur, Ajarkan tentang Sifat Ketuhanan
Masyarakat Sunda sudah memiliki tuntunan hidup sejak zaman nenek moyang.
Agar mudah diamalkan, pedoman tersebut biasanya dicatat di media tradisional seperti daun lontar sampai batang bambu.
-
Apa itu tatarucingan Sunda? Tatarucingan adalah permainan tradisional berbentuk pertanyaan yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya sulit ditebak.
-
Kenapa pantun Sunda dianggap memiliki nilai luhur? Warga setempat meyakini bahwa pantun memiliki nilai petuah yang baik saat ditampilkan di acara-acara tertentu.
-
Siapa Sunan Gunung Jati? Sunan Gunung Jati lahir dengan nama Syarif Hidayatullah pada tahun 1448 Masehi di Makkah Al-Mukarramah. Ibunya, Nyai Rara Santang, adalah putri dari Prabu Siliwangi, raja Kerajaan Padjajaran yang kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Syarifah Mudaim.
-
Bagaimana Sunan Kudus berdakwah? Sunan Kudus menggunakan cara-cara yang bijaksana dalam berdakwah, dengan melihat situasi dan kondisi masyarakat setempat. Cara berdakwahnya antara lain melalui seni dan budaya sebagaimana yang dilakukan oleh Wali Songo lainnya.
-
Bagaimana Sunan Gunung Jati berdakwah? Sunan Gunung Jati menggunakan nasihat-nasihat yang baik untuk membantu masyarakat memahami dan menghayati ajaran Islam. Dengan cara ini, masyarakat dapat lebih mudah menerima dan mempraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
-
Apa isi utama dari gulungan naskah kuno? Salah satu gulungan paling menarik dan misterius yang ditemukan di Gurun Yudea adalah gulungan yang disebut 'Horoskop', yang menjelaskan praktik astrologi dan mistisisme kuno, membuat para sejarawan dan arkeolog penasaran.
Salah satu naskah tradisional yang masih tersimpan adalah Sanghyang Jati Maha Pitutur.
Naskah ini diketahui berisi tentang ajaran kebaikan yang dibawa oleh Tuhan.
Konon jika diamalkan dengan sungguh-sungguh, sifat ketuhanan yang ada di sana bisa tumbuh di dalam diri manusia. Berikut selengkapnya.
Tertulis di Atas Enam Bilah Bambu
Mengutip laman Napak Jagat Pasundan, Senin (13/11), naskah kuno Sanghyang Jati Maha Pitutur tertulis di atas enam bilah batang bambu berukuran 31,5 x 3 cm.
Setiap bilahnya terdiri dari 5 baris tulisan berbentuk aksara kuno, dengan dialek bahasa Sunda. Narasi yang disampaikan memiliki bentuk mirip prosa.
Agar tetap menyatu, naskah ini disatukan menggunakan tali putih kecil di bagian tengahnya.
Berasal dari Bupati Galuh
Mulanya naskah coba dideskripsikan oleh Cohen Stuart lewat sebuah katalog. Di sana dituliskan bahwa naskah ini berasal dari Bupati Galuh, R.A.A. Kusumadiningrat.
Gambar: Raden Aria Kusumadiningrat
Sebelumnya, R.A.A Kusumadiningrat sempat memerintah pada 1839-1886, dan memiliki jasa besar karena mampu membangun peradaban Galuh yang cukup luas.
Belum diketahui secara pasti keterkaitan antara naskah, dengan bupati Galuh tersebut.
Manusia yang Mengamalkannya bisa Memiliki Sifat Ketuhanan
Tercatat beberapa sifat ketuhanan yang tertulis di naskah itu, di antaranya acintya (tak terkirakan), adrasya (tak terlihat), abyapadésa (tak diketahui tempatnya), adwaya (tak ada duanya) dan lainnya.
Diisyaratkan bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh mengamalkannya, maka sifat-sifat ketuhanan itu akan tumbuh di dalam diri.
Saat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.