Menilik Nasihat Nenek Moyang Sunda di Naskah Amanat Galunggung, Ajak Anak Cucu Jaga Tanah Kelahiran
Nenek moyang Sunda zaman dahulu menginginkan tanah kelahirannya aman dan tidak diambil bangsa asing.
Nenek moyang Sunda zaman dahulu menginginkan tanah kelahirannya aman dan tidak diambil bangsa asing.
Menilik Nasihat Nenek Moyang Sunda di Naskah Amanat Galunggung, Ajak Anak Cucu Jaga Tanah Kelahiran
Naskah Amanat Galunggung merupakan catatan lisan nenek moyang Sunda yang berisi nasihat kepada anak cucunya.
Pesan utama yang dibawa adalah seputar kehidupan sampai permintaan untuk menjaga tanah kelahiran agar tak diganggu bangsa asing.
-
Kenapa tatarucingan Sunda diwariskan secara turun-temurun? Permainan ini sudah berlangsung secara turun-temurun. Ada beberapa tatarucingan Sunda, mulai dari plesetan, sosial, seni, dan lainnya.
-
Apa tujuan pantun nasihat? Pada umumnya, contoh pantun nasihat akan berisikan pesan-pesan bijak yang penuh makna mendalam. Baik itu bertemakan agama, pendidikan hingga sosial.
-
Apa pesan di batu nisan kuno? “Iokobos (Jacob) pemeluk agama baru bersumpah atas nama dirinya bahwa siapapun yang membuka kuburan ini akan dikutuk.“
-
Apa yang dimaksud dengan pantun nasihat? Dari banyaknya jenis pantun, pantun nasihat termasuk pantun yang mengandung unsur persuasif atau mengajak untuk melakukan hal positif.
-
Bagaimana cara membuat pantun nasihat? Contoh Pantun Nasihat 1. Jalan kelam disangka terangHati kelam disangka suciAkal pendek banyak dipandangJanganlah hati kita dikunci
Perkiraan Waktu Pembuatan
Dikutip dari jurnal.unigal.ac.id, naskah ini diperkirakan jadi salah satu warisan lisan Sunda tertua yang terarsip sejak 1518 masehi.
Usia yang mencapai 505 tahun ini merujuk pada bahan yang digunakan berupa bundelan daun palem yang diikat untaian tali ke sebilah bambu.
Kemudian, bundelan tersebut dimasukkan ke dalam kropak atau kotak kayu sebagai tempat penyimpanannya.
Pesan Raja Kerajaan Galuh Rakeyan Darmasika
Naskah tersebut secara utuh menuliskan pesan Raja Kerajaan Galuh yang berkuasa sampai ke wilayah Garut bernama Rakeyan Darmasika.
Ia menyampaikan sejumlah bekal kehidupan untuk sang putra bernama Lumahing Taman, beserta cucu, cicit, dan keturunannya.
Disebutkan bahwa pesan-pesan itu dimuat di banyak medium, namun hanya 6 lembar 13 halaman saja yang berhasil diselamatkan.
Jangan Keras Kepala
Merujuk lib.ui.ac.id, dalam buku berjudul “Sewaka Darma, Sanghyang siksakandang karesian, Amanat galunggung / Transkripsi dan terjemahan” karya Saleh Danasminta (1987), dijabarkan pokok isian dari Amanat Galunggung.
Gambar: Ilustrasi naskah Sunda kuna.
Pertama, manusia dilarang keras kepala. Ini akan menimbulkan perselisihan dan bentrok antar sesama.
Lalu dilarang berjodoh dengan saudara, jangan membunuh yang tak berdosa, dan jangan merampas hak orang lain.
Kemudian naskah kuno ini juga meminta agar tidak menyakiti hati yang tidak bersalah dan selalu mendengar nasihat ibu bapak
Jangan Menjelekkan Sesama Manusia
Selanjutnya naskah ini juga meminta agar keturunan Rakeyan Darmasika tidak menjelekkan sesama manusia, tidak mengindahkan ajaran patikrama, jangan berteriak saat berkata, dan jangan berbicara yang mengada-ngada.
Dituliskan Danasasmita, naskah tersebut mengatakan bahwa sifat-sifat tersebut akan membawa kepada kehancuran.
Karena mereka akan dibakar di negara bersama arwah pemalas, keras kepala, pandir, pemenung, pemalu, mudah tersinggung, lamban, kurang semangat, gemar tiduran, lengah, tidak tertib, mudah lupa, tak punya keberanian, mudah kecewa, keterlaluan dan lain-lain.
Jadi Pendidikan Karakter Anak-Anak Sunda
Naskah ini juga dijadikan rujukan oleh para orang tua sebagai pendidikan karakter kepada anak-anak mereka.
Secara gamblang, naskah Amanat Galunggung mengajarkan manusia agar berjalan harmonis melalui penerapan nilai-nilai religius, jujur, toleransi, bekerja keras, semangat kebangsaan dan cinta tanah air, komunikatif, cinta damai, dan bertanggung jawab.
Untuk saat ini naskah tersebut tersimpan di Museum Nasional Jakarta dan diberi nomor kode MSA (Manuschrift Soenda A) atau Kropak 632.