Sejarah Unik Rumah Adat Panjalin di Majalengka, Berusia 300 Tahun dan Dibangun hanya dengan 1 Batang Pohon
Bangunan yang diberi nama rumah Panjalin ini disebut jadi kearifan lokal khas setempat yang masih dirawat sampai saat ini.
Rumah Panjalin disebut menjadi kearifan lokal khas setempat yang masih dirawat hingga sekarang.
Sejarah Unik Rumah Adat Panjalin di Majalengka, Berusia 300 Tahun dan Dibangun hanya dengan 1 Batang Pohon
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, memiliki kearifan lokal berbentuk rumah adat yang sudah berusia 300 tahun.
Bangunan yang diberi nama rumah Panjalin ini disebut jadi peninggalan sejarah khas setempat yang masih dirawat hingga sekarang.
-
Apa tradisi unik di Majalengka? Tradisi unik ini hanya bisa ditemui di Majalengka. Undangan menjadi unsur terpenting dalam prosesi hajatan. Biasanya si empunya hajat akan membuat desain yang menarik, agar tamu undangan terkesan.
-
Bagaimana konstruksi rumah adat Julang Ngapak? Untuk strukturnya, rumah adat Julang Ngapak di Sempurmayung juga mempertahankan ciri khasnya, yakni berbentuk panggung. Dibuat dengan kayu Keunikan lainnya adalah dari sisi konstruksinya yang masih menggunakan kayu dan anyaman bambu.
-
Kenapa Museum Rumah Adat Baanjuang unik? Museum Unik Ada hal unik ketika Anda menyambangi tempat ini. Ya, secara menyeluruh bangunan ini selayaknya rumah adat Minangkabau, adanya anjung di bagian kiri dan kanan rumah. Selain itu, Anda bisa menggunakan pakaian pengantin khas Minang yang telah disediakan oleh pengelola museum. Jangan lupa untuk mengabadikan momen menggunakan busana tersebut karena pelayanan seperti ini tidak akan Anda jumpai di museum manapun.
-
Apa yang unik dari Museum Rumah Adat Baanjuang? Ada hal unik ketika Anda menyambangi tempat ini. Ya, secara menyeluruh bangunan ini selayaknya rumah adat Minangkabau, adanya anjung di bagian kiri dan kanan rumah. Selain itu, Anda bisa menggunakan pakaian pengantin khas Minang yang telah disediakan oleh pengelola museum.
-
Bagaimana bangunan Museum Rumah Adat Baanjuang? Tempat ini sangatlah berbeda dari museum lainnya, karena di sini masih sangat kental dengan suasana tradisional. Bentuk bangunannya pun layaknya rumah adat khas Minangkabau.
-
Apa yang unik dari rumah di Kampung Sunda Galunggung? Terlihat, rumah-rumah di sana memiliki desain panggung layaknya rumah tradisional Sunda di Jawa Barat.
Terdapat kisah menarik tentang rumah adat ini, di mana bangunannya hanya dibuat dari satu batang pohon.
Selain itu rumah adat ini juga membawa pesan untuk masyarakat agar tetap menjaga tali persaudaraan. Yuk simak kisah menariknya.
Untuk tempat dakwah
Mengutip laman direktoripariwisata.id, rumah adat ini awalnya dibangun oleh keturunan Kerajaan Talaga Manggung bernama Raden Sanata di tahun 1700-an.
Ia sebelumnya berguru di Pondok Pesantren Pager Gunung, yang tidak jauh dari Kampung Panjalin, Desa Panjalin, Kecamatan Cikalong Wetan.
Berdasarkan catatan sejarah, Raden Sanata kemudian menikahi Putri Seruni, yang merupakan putri dari Raja Syahrani sebagai penyebar Agama Islam di sana. Raja Syahrani berasal dari Cirebon dan meninggal di Panjalin.
Jadi tempat penyebaran ajaran Islam.
Disebutkan bahwa rumah tersebut menjadi lokasi penyebaran ajaran Islam yang berpusat di Panjalin.
Gambar: YouTube Maulana Yahya Subandi.
Rumah ini diperkirakan merupakan peninggalan masa Islam di Jawa Barat, karena rekam jejak Raden Sanata di masa silam.
Walau demikian, belum ditemukan data dan penelitian pasti soal rumah adat Panjalin yang merupakan peninggalan masa penyebaran Islam di Majalengka.
Dibangun menggunakan satu batang pohon Jati.
Merujuk laman Napak Jagat Pasundan, rumah adat Panjalin sendiri konon dibangun hanya dengan satu batang pohon Jati.
Pengerjaannya juga unik, karena pohon jati tersebut tidak ditebang dan akarnya masih berada di bawah bangunan rumah adat Panjalin.
Di bagian dalam juga masih tersimpan benda-benda peninggalan Raden Sanata, salah satunya perkakas pusaka.
Bawa pesan jaga kekeluargaan.
Fakta menarik lainnya dari bangunan tersebut adalah ditemukan pesan kekeluargaan yang tertulis di dinding kayu.
Pesan tersebut tertulis “Mutus Karuhun, Megat Katurunan” yang dibentuk secara melingkar dengan tulisan ‘Munafek’ di tengahnya.
Jika diartikan, pesan tersebut mengandung makna agar peninggalan leluhur wajib dijaga karena orang yang memutus tali silaturahmi dikatakan sebagai seseorang yang munafik.
Kini bangunan ini telah menjadi cagar budaya, dengan bentuk yang mirip rumah adat Minahasa. Walau demikian struktur utamanya tetap berbebntuk panggung, sesuai desain mendasar rumah adat Sunda.