Kampung di Sumedang Ini Unik, Masih Jaga Tradisi Zaman Jepang di Tiap Rumahnya
Aturan tersebut bersifat mengikat, dan juga sebagai cara menghormati tradisi masa silam.
Aturan tersebut bersifat mengikat, dan juga sebagai cara menghormati tradisi masa silam.
Kampung di Sumedang Ini Unik, Masih Jaga Tradisi Zaman Jepang di Tiap Rumahnya
Kampung Paniis di Desa Cienteung, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, memiliki bentuk atap bangunan yang unik.
-
Apa keunikan rumah di Citengah Sumedang? Gabungkan Gaya Sunda-Amerika, Rumah di Citengah Sumedang Ini Bikin Betah Di samping memadukan gaya Sunda-Amerika, rumah ini juga punya suasana yang nyaman. Gabungan unik antara budaya Sunda dan Amerika terlihat jelas di sebuah rumah wilayah Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Tampak desainnya begitu cantik dengan struktur dua lantai di sana. Dari luar, bangunan ini sudah langsung mencuri perhatian karena kemegahannya.
-
Apa yang unik dari warung di Sumedang ini? 'Jadi warungnya ini sangat unik ya, yaitu berada di tengah sawah dan di pinggir Sungai Cihonje,' kata seorang kreator video di kanal Youtube Baraya Sumedang, dikutip Merdeka.com, Minggu (21/7)
-
Apa yang unik dari Kampung Seuseupan? Sejumlah rumah warga di sana dihiasi oleh galon-galon bekas air mineral sehingga menciptakan tampilan yang indah.
-
Siapa pemilik warung unik di Sumedang ini? Sementara itu sang pemilik warung Mak Edah mengatakan bawah kawasan ini memang memiliki pemandangan yang indah.
-
Apa yang membuat kampung unik di Tasikmalaya istimewa? Keunikan yang paling mencolok di sini adalah saat hujan, rumah-rumah warga tampak tidak terlihat.
-
Kenapa rumah di Kampung Pasir Peuteuy unik? Menariknya, rumah-rumah yang berdiri turut diperhatikan sisi estetika. Sang pemilik memberi warna cat yang mencolok agar lebih menarik. Warna ini terlihat menyatu dengan alam sekitar, dan makin mempercantik tampilan Kampung Pasir Peuteuy.
Tiap warga di sana masih mempertahankan bentuk suhunan atau atap rumah yang bergaya khas zaman penjajahan Jepang.
Menurut masyarakat, langkah ini merupakan cara melestarikan tradisi yang sudah dilakukan oleh nenek moyang di era 1940-an.
Aturan tersebut bersifat mengikat, dan juga sebagai cara menghormati tradisi masa silam.
Bentuk atap bangunannya sama semua.
Mengutip kanal YouTube Cahya to Chanel, Senin (18/9), atap bangunan di Kampung Paniis tersebut sebagian besar memiliki bentuk yang serupa.
“Jadi di sini masih menjaga suhunan (atap rumah) ya, suhunan adat (zaman) Jepang. Hampir rata semua di sini,” kata sang kreator di kanal tersebut.
Atapnya berbentuk rata
Menurut warga setempat, bentuk yang khas dari zaman Jepang di kampung tersebut adalah atapnya memiliki model yang rata.
Bagian atas bangunan sejak zaman dulu tidak boleh dibentuk dengan model lain, dan harus bidang segitiga. Alhasil, atap-atap bangunan di sana memiliki satu model yang serupa.
“Ini dari nenek moyangnya begini, total ada 56 suhunan di satu RT yang masih mempertahankan,” kata warga bernama Mumuh.
Ingin dibuat mirip Jepang
Pembuatan model atap seperti itu mulanya dilakukan untuk membentuk permukiman ala di perkampungan Jepang.
Dulunya, banyak warga yang tinggal di sana secara menumpang, karena kawasan tersebut dimiliki oleh orang Jepang.
“Ini dimiliki oleh bangsa Jepang katanya, numpang orangnya ke orang Jepang. Jadi memang tidak boleh dibentuk selain rata,” kata Mumuh.
Dulunya menggunakan atap daun.
Dahulu puluhan permukiman warga di sana menggunakan atap dari daun kering yang disusun rapi dengan rumah panggung kayu.
Namun mulai tahun 1980, mulai terjadi perubahan di mana warga sudah banyak yang membangun rumah memakai semen.
“Awalnya di sini atapnya eurih (daun) semua,” kata Mumuh.
Punya pemandangan yang indah
Sebagai permukiman yang terletak di kawasan dataran tinggi, Kampung Paniis memiliki pemandangan yang eksotis.
Terlihat banyaknya persawahan warga yang hijau dan membentang luas, lengkap dengan aktivitas petaninya.
Di sana juga terdapat sungai yang cukup besar, dan disebut bermuara di bendungan Jatigede.