Kisah Petilasan di Tengah Jalan Sumedang, Alat Berat Malah Rusak saat Dipindahkan
Pihak kontraktor asing sempat ingin membuat jalan di sana, namun alat berat justru rusak.
Pihak kontraktor asing sempat ingin membuat jalan di sana, namun alat berat justru rusak.
Kisah Petilasan di Tengah Jalan Sumedang, Alat Berat Malah Rusak saat Dipindahkan
Sebuah gundukan besar menyerupai bukit berada di tengah jalan Kampung Karamat, Desa Cigintung, Kecamatan Cisitu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
-
Dimana lokasi wisata alam di Sumedang? Di artikel ini, merdeka.com akan mengulas 15 tempat wisata Sumedang populer dan tak boleh dilewatkan. Anda akan menemukan tempat-tempat yang memiliki keunikan, keindahan, dan keseruan tersendiri.
-
Di mana Umbul Sigedang berada? Lokasi tepatnya berada di Dukuh Umbulsari, Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
-
Dimana letak Situs Megalitikum Tanjung Telang? Peninggalan semacam ini berada di Desa Tanjung Telang, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatra Selatan.
-
Apa saja wisata di Sumedang? Sumedang, sebuah kabupaten di Jawa Barat yang terkenal dengan tahu dan sambalnya, ternyata memiliki banyak tempat wisata yang menarik dan populer.
-
Apa yang diabadikan dalam Monumen Lingga Sumedang? Monumen Lingga ini menggambarkan kebesaran hati dan kepemimpinan Pangeran Suria Atmaja Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, memiliki monumen Lingga sebagai ikon kota.
-
Di mana letak Situ Gede? Wisata Situ Gede terletak persis di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat dengan luas sekitar enam hektare.
Seperti terlihat di kanal YouTube Cahya to Chanel, Kamis (21/9), gundukan dengan pohon yang tinggi menjulang itu merupakan situs peninggalan dari seorang prajurit wanita di zaman Kerajaan Tembong Agung pada abad ke-8 silam.
Menurut cerita dari sang juru kunci, petilasan tersebut sulit untuk dipindahkan. Bahkan saat hendak dibongkar untuk keperluan proyek Bendungan Jatigede, salah satu alat berat justru mengalami kerusakan.
Sampai sekarang situs ini menjadi tempat untuk mengenang kejayaan Kerajaan Tembong Agung, yang merupakan pendahulu dari Keraton Sumedang Larang.
Berikut kisahnya.
Jadi Petilasan Dewi Maya Maya.
Menurut budayawan sekaligus juru kunci petilasan, Abah Ujang, gundukan dengan beberapa pohon di tengahnya itu merupakan petilasan seorang punggawa kerajaan perempuan bernama Dewi Maya Maya.
Dewi Maya Maya di masanya diberi kepercayaan oleh Raja Tembong Agung, Prabu Guru Aji Putih untuk menjaga kawasan Kampung Karamat, dan memutuskan menetap di titik tersebut.
Saat itu, Kampung Karamat masih berupa hutan dan gunung, sehingga perlu dilakukan penjagaan oleh pihak Kerajaan Tembong Agung.
Berada di tengah jalan.
Keberadaan petilasan sendiri bisa dilihat secara jelas saat melintasi kawasan Kampung Karamat. Posisinya persis berada di tengah jalan penghubung Cisitu dengan Waduk Jatigede, dan dipasangi pagar di sekelilingnya.
Karena tidak bisa dipindahkan atau dihilangkan, akhirnya jalan dibuat melingkar untuk memudahkan pengguna jalan.
Masyarakat pun saat ini menjadikan petilasan tersebut sebagai ikon di Kampung Karamat, dan difungsikan sebagai bundaran jalan.
Hendak dibongkar kontraktor asing.
Menurut Abah Ujang, saat pembangunan Waduk Jatigede, pihak kontraktor ingin membuka jalan yang lebar sebagai akses lalu lalang dump truk besar pengangkut material batu.
Truk diharuskan melewati Kampung Karamat, untuk mengambil material di Gunung Julang, Kecamatan Cisitu. Agar aksesnya mudah, pihak kontraktor asing asal China mencoba membongkar petilasan dengan alat berat ekskavator.
“Saat pembangunan itu jalan harus rata untuk pengambilan material batu di Gunung Julang, namun di sini jadi masalah, pihak Sinohydro (kontraktor China) tidak bisa membongkarnya,” kata Abah Ujang.
Alat berat rusak saat akan membongkar petilasan.
Ditambahkan Abah Ujang, operator ekskavator yang membongkar tersebut merasa tidak mampu untuk membongkar petilasan itu.
Setelah operator menghubungi perusahaan, para petinggi kontraktor asal China menyaksikan secara langsung bahwa petilasan tidak bisa dibongkar walau sudah menggunakan beberapa alat berat. Bahkan satu di antaranya rusak dan terdapat operator yang meninggal setelah batu tergeser.
“Saat pengerjaan operatornya melapor ke perusahaan dan disaksikan langsung bahwa petilasannya tidak bisa dibongkar, karena ekskavatornya ada yang rusak dan terdapat operator yang meninggal dunia,” katanya.
Jadi tempat mengenang kejayaan Kerajaan Tembong Agung.
Saat ini petilasan sering didatangi banyak kalangan, baik masyarakat sekitar Sumedang maupun luar daerah seperti Majalengka, Cirebon dan Indramayu.
Tak sampai di situ, menurut Abah Ujang, petilasan pernah didatangi penggemar sejarah dari Bengkulu.
“Kalau dari warganya sendiri bukannya mempercayai, tapi tidak ingin menghilangkan kearifan lokal zaman dulu sebagai sejarah,” katanya