Begini Cara Dakwah Sunan Kudus yang Penuh Damai dan Anti Kekerasan Beserta Asal Usulnya
Sunan Kudus merupakan salah seorang tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang sangat berpengaruh.
Sunan Kudus merupakan salah seorang tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang sangat berpengaruh.
Begini Cara Dakwah Sunan Kudus yang Penuh Damai dan Anti Kekerasan Beserta Asal Usulnya
Seperti namanya, Sunan Kudus memegang peran penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah Jawa Tengah terutama Kudus dan Demak.
Sosoknya pun bukan sembarang orang mengingat ia masih memiliki darah keturunan seorang kyai besar serta masih memiliki riwayat silsilah dengan Rasullulah.
-
Bagaimana Sunan Kalijaga berdakwah? Sunan Kalijaga terkenal dengan cara berdakwahnya yang memanfaatkan media lokal dari suatu daerah.Salah satu yang ia jadikan alat untuk mengenalkan ajaran Islam adalah wayang, dengan tetap mempertahankan sisi ketradisionalannya.
-
Bagaimana Sunan Gunung Jati berdakwah? Sunan Gunung Jati menggunakan nasihat-nasihat yang baik untuk membantu masyarakat memahami dan menghayati ajaran Islam. Dengan cara ini, masyarakat dapat lebih mudah menerima dan mempraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
-
Bagaimana Sunan Muria berdakwah? Cara berdakwah Sunan Muria banyak mengambil cara melalui tradisi keagamaan lama, media seni seperti pertunjukan wayang, dan pengembangan tradisi keagamaan baru yang menjadi ciri khasnya.
-
Bagaimana Sunan Gresik berdakwah? Sunan Gresik tidak menentang agama dan kepercayaan yang hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kebaikan yang dibawa agama Islam. Keramahannya mambuat banyak masyarakat tertarik masuk agama Islam.
-
Bagaimana cara dakwah Sunan Bejagung Lor? Cara dakwah Sunan Bejagung Lor yang sopan dan lemah lembut membuat masyarakat setempat kagum.
-
Bagaimana Sunan Bonang berdakwah di Tuban? Mengutip artikel Merdeka.com, selama berdakwah di Tuban, Jawa Timur, Sunan Bonang mengajarkan tembang-tembang yang berisikan ajaran Islam di dalam Masjid Astana.Sepulangnya dari masjid, masyarakat menghafalkan tembang itu di rumah. Sanak saudara mereka pun turut menyanyikan tembang itu karena tertarik akan kemerduan lagunya.Demikianlah cara Sunan Bonang berdakwah sehingga santrinya tersebar di berbagai penjuru Nusantara.
Sebagai seorang pendakwah, ia pun memiliki cara berdakwah yang terbilang penuh kedamaian dan bukan dengan kekerasan.
Sunan Kudus mencampurkan seni dan budaya serta kepercayaan masyarakat Kudus pada masa lalu sebelum mulai tersebarnya agama Islam.
Tentu saja cara tersebut juga pernah dilakukan oleh para Sunan lain di Nusantara pada masa lalu dan dianggap berhasil menyentuh ke hati masyarakat.
Lantas siapa sosok Sunan Kudus dan cara dakwahnya dahulu? Dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (28/5) berikut informasi selengkapnya.
Asal-Usul Sunan Kudus
Sunan Kudus memiliki nama asli Ja’far Shadiq atau dikenal juga Raden Undung. Tokoh Islam di Pulau Jawa itu lahir pada 9 September 1400 Masehi.
Julukan Sunan Kudus tercipta karena ia memilih Kudus sebagai tempat berdakwah terlamanya hingga bertahun-tahun.
Sunan Kudus merupakan keturunan dari Raden Usman Haji yang menyebarkan agama Islam di daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Tengah.
Ayahnya merupakan saudara kandung dari Sunan Ampel. Sunan Kudus juga adalah cucu buyut Syekh Ibrahim As- Samarqandi yang silsilahnya bersambung sampai Rasulullah SAW melalui jalur Sayyidina Husen bin Fatimah binti Rasulullah SAW.
Sebagai sosok yang alim, Sunan Kudus juga dijuluki wali al-ilmi, karena menguasai ilmu-ilmu agama, terutama tafsir, fikih, usul fikih, tauhid, hadits, serta logika.
Sunan Kudus dahulu merupakan seorang senopati atau panglima perang dari Kerajaan Demak.
Sebelum hijrah ke Kudus dan berdakwah, ia bertugas memperluas wilayah kerajaan Demak sebagai pusat pengembangan Islam masa akhir kekuasaan Majapahit.
Namun perselisihan yang terjadi di Kerajaan Demak serta wafatnya Sultan Trenggana membuatnya pindah ke Kudus dan mulai sepenuhnya berdakwah menyebarkan agama Islam.
Sunan Kudus meninggal dunia pada 1550 dan dimakamkan di bagian belakang Masjid Agung Kudus, Kudus, Jawa Tengah.
Cara Dakwah Sunan Kudus
Jauh sebelum Islam tersebar di Jawa terutama di wilayah Kudus, agama Hindu dan Buddha masih mendominasi.
Sunan Kudus pun dikenal sebagai sosok yang memiliki toleransi antar agama yang sangat tinggi.
Cara berdakwahnya pun cukup bijak dengan mendekatkan agama Hindu Budha ke Islam.
Peninggalan Sunan Kudus yang masih dilakukan hingga saat ini adalah tidak memotong sapi sebagai hewan kurban saat perayaan Idul Adha sebagai cara menghormati masyarakat penganut agama Hindu.
Sebagai gantinya, disembelihlah kerbau atau kambing sebagai pengganti dari sapi.
Karena reputasinya, ia mendapat kepercayaan untuk memegang peran di pemerintahan Kudus, hingga menjadi pemimpin pemerintahan (Bupati) dan pemimpin agama.
Perjalanan dakwahnya pun tidak secepat yang dikira. Sunan Kudus berguru kepada ayahnya yaitu Sunan Ngudung di Jipang Panolan, dekat Blora.
Selain itu, Sunan Kudus juga belajar kepada beberapa ulama terkenal, sebut saja Kyai Telingsing, Ki Ageng Ngerang, dan Sunan Ampel.
Sunan Kudus harus berdakwah di tengah masyarakat Kudus yang pada saat itu banyak memeluk kepercayaan lama dan memegang teguh adat-istiadat.
Sunan Kudus menggunakan cara-cara yang bijaksana dalam berdakwah, dengan melihat situasi dan kondisi masyarakat setempat.
Cara berdakwahnya antara lain melalui seni dan budaya sebagaimana yang dilakukan oleh Wali Songo lainnya.
Sunan Kudus juga tidak melakukan perlawanan kepada budaya yang sudah berkembang di masyarakat.
Ia pun sempat membangun masjid Kudus dengan menara, padasan atau tempat wudhu yang mengadopsi arsitektur dengan nuansa bangunan Hindu-Budha.
Salah satunya adalah Masjid Kudus atau Masjid Al-Aqsa yang dibangun pada tahun 956 Hijriah atau 1537 M dengan ikon menara yang berbentuk seperti candi.
Ia pun diangkat sebagai Imam Besar Masjid Agung Demak, sekaligus menjadi pusat dakwah dan pengkaderan para penyebar Islam.
Sunan Kudus juga dikenal memiliki banyak keterampilan dan ia bagikan juga kepada masyarakat.
Keterampilan yang dimaksud antara lain pande besi, dan alat-alat pertukangan, kesusasteraan, serta perdagangan.