Sengaja Bikin Daerah Kekeringan, Begini Kisah Sunan Bonang Ditolak Warga Kediri
Wali yang terkenal dengan dakwah melalui kesenian ini ternyata pernah berdakwah pakai cara kekerasan.
Wali yang terkenal dengan dakwah melalui kesenian ini ternyata pernah berdakwah pakai cara kekerasan.
Sengaja Bikin Daerah Kekeringan, Begini Kisah Sunan Bonang Ditolak Warga Kediri
Sunan Bonang adalah tokoh penting dalam sejarah Islam di Nusantara. Sebelum cara dakwahnya melegenda, ada kisah kelam di baliknya. Ia pernah ditolak warga Kediri karena berdakwah dengan cara kekerasan.
-
Bagaimana cara dakwah Sunan Bonang? Salah satu cara dakwah yang dilakukan oleh Sunan Bonang adalah melalui seni dan budaya Jawa yang kental dengan nilai-nilai kearifan lokal.
-
Siapa nama asli Sunan Bonang? Memiliki nama asli Raden Makdum Ibrahim, Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila.
-
Apa gelar Sunan Bonang? Mengutip Suluk Wijil, Sunan Bonang disebut sebagai Ratu Wahdat, yang sama artinya dengan selibat (tidak beristri).
-
Apa yang dilakukan Sunan Kudus untuk dakwah? Sunan Kudus pun dikenal sebagai sosok yang memiliki toleransi antar agama yang sangat tinggi. Cara berdakwahnya pun cukup bijak dengan mendekatkan agama Hindu Budha ke Islam.
-
Bagaimana Sunan Kudus berdakwah? Sunan Kudus menggunakan cara-cara yang bijaksana dalam berdakwah, dengan melihat situasi dan kondisi masyarakat setempat. Cara berdakwahnya antara lain melalui seni dan budaya sebagaimana yang dilakukan oleh Wali Songo lainnya.
-
Mengapa Sunan Bonang diduga jomblo? Ia sangat fokus menjalani perannya sebagai ulama dan seniman sehingga tidak sempat menikah hingga wafat.
Kedatangan
Awalnya, Sunan Bonang datang ke Kediri dengan niat tulus untuk menyebarkan ajaran Islam. Saat itu, kedatangannya disambut dengan sikap skeptis karena sebagian besar penduduk Kediri masih memegang teguh agama Buddha dan Hindu. Apalagi ditambah dakwah Sunan Bonang saat itu memakai cara kekerasan, salah satunya sering menghancurkan arca yang dipuja masyarakat setempat. Hal itu membuat warga Kediri semakin getol menolak dakwah Sunan Bonang.
Tak hanya menghancurkan arca, Sunan Bonang juga sengaja mengubah aliran Sungai Brantas yang menjadi sumber kehidupan masyarakat. Akibatnya, daerah yang menolak dakwah Islam Sunan Bonang mengalami kekeringan.
Akibat berdakwah dengan cara kekerasan, Sunan Bonang ditolak warga Kediri melalui wujud konflik maupun pertarungan fisik. Setelah mendapatkan penolakan terus-menerus, Sunan Bonang pindah ke Demak.
Belajar dari Pengalaman
Penolakan yang dialami Sunan Bonang di Kediri menjadi titik balik perjalanan dakwahnya. Sunan Bonang merenungkan dan menyadari bahwa pendekatan lembut dan asimilatif jauh lebih efektif daripada cara kekerasan yang ia gunakan di Kediri. Mengutip Instagram @tuban_bercerita, berbekal pengalaman dakwahnya yang gagal di Kediri, ia lantas melakukan pendekatan asimilatif (peleburan) corak Islam dalam budaya Jawa. Dia memantapkan kepiawaiannya dalam kesusastraan dan kesenian untuk berdakwah di tempat lain.
Transformasi
Sunan Bonang memutuskan memanfaatkan kesenian dan kebudayaan Jawa sebagai sarana dakwah. Mengutip situs ejournal.iaintuban.ac.id, Dia mengubah tembang-tembang Jawa menjadi sarana penyampaian ajaran Islam. Ia menggubah gending-geding dan memainkannya dengan alat musik Bonang ciptaannya.
Mengutip artikel Merdeka.com, selama berdakwah di Tuban, Jawa Timur, Sunan Bonang mengajarkan tembang-tembang yang berisikan ajaran Islam di dalam Masjid Astana.Sepulangnya dari masjid, masyarakat menghafalkan tembang itu di rumah. Sanak saudara mereka pun turut menyanyikan tembang itu karena tertarik akan kemerduan lagunya.
Demikianlah cara Sunan Bonang berdakwah sehingga santrinya tersebar di berbagai penjuru Nusantara. Sunan Bonang
Keberhasilan Dakwah
Berkat pendekatan moderat dan asimilatif, Sunan Bonang berhasil memperluas pengaruh Islam di wilayah-wilayah lain, terutama di Demak. Keberhasilannya membangun Masjid Agung Demak menjadi salah satu bukti nyata dari transformasi dakwahnya.