Fakta Menarik Prasasti Sangguran, Salah Satunya Berisi Teks Kutukan
Prasasti yang saat ini berada di Skotlandia ini berisi banyak rangkuman catatan sejarah.
Prasasti yang saat ini berada di Skotlandia ini berisi banyak rangkuman catatan sejarah.
Fakta Menarik Prasasti Sangguran, Salah Satunya Berisi Teks Kutukan
Prasasti Sangguran merupakan prasasti pada batu berkerangka tahun 850 saka atau 928 Masehi yang ditemukan di daerah Batu, Malang. Prasasti ukurannya sangat besar, dan banyak catatan yang terangkum dalam prasasti tersebut.
-
Dimana Prasasti Sangguran ditemukan? Prasasti Sangguran memiliki tinggi 1,61 meter, lebar 1,22 meter. Benda bersejarah setebal 32 centimeter beratnya diperkirakan mencapai 3,5 ton. Isi Prasasti Sangguran juga sangat panjang. Bagian depan prasasti berisi 38 baris tulisan, bagian belakang sebanyak 45 baris, dan bagian kiri terdapat 15 baris tulisan. Dua baris pertama isi Prasasti Sangguran ditulis dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
-
Apa Isi Prasasti Sangguran? Prasasti Sangguran memiliki tinggi 1,61 meter, lebar 1,22 meter. Benda bersejarah setebal 32 centimeter beratnya diperkirakan mencapai 3,5 ton. Isi Prasasti Sangguran juga sangat panjang. Bagian depan prasasti berisi 38 baris tulisan, bagian belakang sebanyak 45 baris, dan bagian kiri terdapat 15 baris tulisan. Dua baris pertama isi Prasasti Sangguran ditulis dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
-
Apa yang tertulis di prasasti kutukan itu? Setelah membuka lembaran timah itu, terdapat kata-kata yang menyebutkan 'sathanas taleke belzebuk hinrik berith', mengarahkan kutukan setan terhadap seorang wanita bernama Taleke dan seorang pria bernama Hinrik (Heinrich).
-
Di mana prasasti kutukan itu ditemukan? Sebanyak tiga puluh tablet kutukan yang masih awet ini berasal dari periode Klasik (2.500 tahun yang lalu), ditemukan di sebuah sumur kuno.
-
Dimana prasasti kutukan ini ditemukan? Penemuan ini ditemukan selama pekerjaan konstruksi untuk perluasan Balai Kota Rostock.
-
Apa isi prasasti tersebut? bahasa-bahasa Timur Tengah kuno di University College London, enam baris pertama dari teks paku-paku pada prasasti itu mengatakan, dalam bahasa Het, 'empat kota, termasuk ibu kota, Hattusa, berada dalam bencana,' sementara 64 baris sisanya adalah doa dalam bahasa Hurria yang memohon kemenangan.
Dilansir dari Wikipedia, ukuran prasasti itu mencapai tinggi 2 meter dan beratnya 3,8 ton. Prasasti ini salah satunya menyebut raja Medang yang berada di Jawa Tengah, sebagai penguasa daerah Malang, yang berada di Jawa Timur.
Isi dari prasasti ini dianggap dapat membantu memecahkan misteri pindahnya pusat kekuasaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke timur Pulau Jawa.
Prasasti itu juga bisa disebut Prasasti Minto, karena merupakan hadiah dari Raffles kepada atasannya, Lord Minto, wakil raja Inggris di India. Raffles sendiri memperolehnya sebagai hadiah dari Colin Mackenzie, yang mengambilnya setelah melihat batu tersebut.
Pada saat itu Mackenzie sebenarnya sudah melihat batu tersebut di Surabaya. Tak jelas dari mana asal prasasti ini berasal. Menurut para sejarawan, prasasti ini ditemukan di Ngandat, Kota Batu, Jawa Timur.
Asumsi arkeolog itu berdasarkan penemuan Candi Pendem pada tahun 2019 yang berada satu kilometer dari lokasi tersebut.
Padahal di zaman Raffles, tak seorangpun menyebut Ngandat sebagai tempat ditemukannya Prasasti Sangguran. Baru satu abad kemudian N.J Krom mengusulkan bahwa Ngandat sebagai tempat ditemukannya prasasti ini.
Dilansir dari kanal YouTube Asisi Channel, Krom menyimpulkan penemuan batu itu berdasarkan catatan Kolonel Adams bahwa Mackenzie mendapatkan prasasti ini di area yang sama pada sebuah candi di antara Malang dan Batu.
Hanya saja Krom mengakui bahwa Mackenzie bukan orang pertama yang mendapatkan prasasti itu. apalagi setahun sebelum itu, J.I van Sevenhoven dari Belanda yang mengunjungi Candi Pendem tidak mencatat adanya prasasti berukuran besar yang berada pada candi di sekitar aliran Sungai Brantas.
Dilansir dari Wikipedia, aksara pada Prasasti Sangguran ditulis menggunakan aksara Kawi dengan bahasa Jawa Kuno, meskipun pada baris awalnya menggunakan bahasa Sansekerta.
Alih aksara prasasti itu dilakukan oleh fiolog Jan Laurens Andriens Brandes pada tahun 1913, dan alih bahasa dilakukan oleh beberapa sarjana sesudahnya.
Kini Prasasti Sangguran berada di Skotlandia, tepatnya di pekarangan rumah Lord Minto. Upaya pemulangan sudah dilakukan Pemerintah Indonesia sejak tahun 2004, namun belum terealisasi hingga sekarang.
Pada sebuah kunjungan kerja ke Inggris, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menugaskan Kepala Dinas Pendidikan Jatim untuk berdialog dengan pewaris Lord Minto terkait upaya pemulangan warisan leluhur itu. Bahkan di sana ada anggapan bahwa Prasasti Sangguran atau Minto Stone merupakan budaya lokal Skotlandia.
Berisi Kutukan
Salah satu yang menonjol dari Prasasti Sangguran yaitu adanya teks berisi kutukan bagi siapapun yang berani mencabut batu itu.
Bahkan adanya teks kutukan itu sempat memuat anggapan bahwa tokoh-tokoh yang terlibat dalam pemindahan prasasti seperti Raffles dan Lord Minto bernasib tragis karena kutukan itu.
Padahal dalam catatan sejarah, tidak ada peristiwa tragis yang menimpa kedua tokoh tersebut.
Dilansir dari kanal YouTube Asisi Channel, kutukan-kutukan itu sebenarnya adalah Sapatha, suatu elemen penting dalam struktur sebuah prasasti, khususnya prasasti yang dibuat pada masa klasik muda.
Fungsi Sapatha adalah untuk menghadirkan kekuatan magis pada batu prasasti agar masyarakat mematuhinya. Sapatha berisi kutukan ini sebenarnya ada pada prasasti lain yang ditemukan di Indonesia, seperti Prasasti Tri Tepusan II, Prasasti Kwak I, dan Prasasti Manggala II.