Dianggap Sudah Hilang, Prasasti Asal Semarang Ini Ternyata Sudah 2 Abad Tersimpan di Gudang Museum Belanda
Prasasti itu diduga dipindahkan ke Belanda antara tahun 1822-1825.
Sebuah prasasti yang telah dianggap hilang selama hampir dua abad ternyata tersimpan di gudang sebuah museum di negeri Belanda. Prasasti yang diberi nama Prasasti Damalung itu diduga dipindahkan ke Belanda antara tahun 1822-1825.
Mengutip situs Goodnewsfromindonesia.id, Prasasti Damalung ditemukan oleh Residen Semarang Hendrik Jacobus Domis pada tahun 1824. Ia menjabat sebagai Residen Semarang sejak tahun 1822-1825. Setelah itu prasasti tersebut tak terekam keberadaannya.
-
Di mana prasasti itu ditemukan? Prasasti seberat setengah ton yang berisi 13 baris tulisan itu ditemukan tim penggali di kawasan Mersin setelah proyek penggalian dilakukan selama 12 bulan.
-
Kapan Prasasti Sangguran ditemukan? Prasasti Sangguran merupakan prasasti pada batu berkerangka tahun 850 saka atau 928 Masehi yang ditemukan di daerah Batu, Malang.
-
Kapan prasasti itu ditemukan? Peninggalan ini ditemukan kembali pada tahun 1913 selama penggalian rel kereta api di dekat kota kuno Yibna di Palestina.
-
Dimana prasasti itu ditemukan? Prasasti ini ditemukan di dekat Danau Bashplemi, di wilayah Dmanisi.
Namun setelah dua abad dinyatakan hilang, baru-baru ini prasasti itu diketahui tersimpan pada sebuah museum di salah satu kota kecil di Belanda. Bagaimana kondisi prasasti itu?
Tersimpan di Belanda
Mengutip situs Goodnewsfromindonesia, perburuan prasasti Damalung itu tak lepas dari pertemuan antara anggota Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia, Bonnie Triyana dengan Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Semarang, Tri Subekso di akhir tahun 2022.
Tri Subekso saat itu mengaku punya data bahwa Prasasti Damalung berada di Belanda. Ia kemudian meminta bantuan Bonnie untuk melacak keberadaan prasasti tersebut. Singkat cerita, Bonnie berhasil menemukan prasasti yang hilang itu. Prasasti tersebut berada di sebuah gudang museum pada sebuah kota kecil bernama s-Gravenzande.
“Prasasti ini penting bagi peradaban bangsa Indonesia. Ia diciptakan oleh kalangan intelektual era Hindu-Buddha di kawasan skiptoria Merapi-Merbabu,” kata Tri Subekso.
Disambut Gembira
Kabar ditemukannya Prasasti Damalung disambut gembira oleh tokoh pemuda di Dusun Ngaduman, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Semarang, Purwanto. Ia mengaku kisah mengenai prasasti tersebut sudah hilang dari ingatan warga.
Apalagi warga tak pernah melihat secara langsung prasasti tersebut. Informasi mengenai prasasti tersebut juga sangat minim, kecuali informasi yang tersebar di media sosial. Purwanto juga sempat menanyakan keberadaan prasasti itu pada para sesepuh desa. Tapi mereka pun tidak tahu.
“Prasasti Damalung bukan hanya sekedar benda cagar budaya bernilai sejarah. Tapi juga menjadi salah satu bukti peradaban kuno yang pernah ada dan berkembang di Indonesia, khususnya di lereng Gunung Merbabu,” kata Purwanto dikutip dari website Goodnewsfromindonesia.
Prasasti Watu Lawang
Tak hanya Prasasti Damalung yang ditemukan pada tahun 1824, Desa Tajuk menjadi tempat ditemukannya prasasti lain. Salah satunya adalah Prasasti Watu Lawang. Prasasti itu ditemukan oleh seorang pria asal Kota Salatiga bernama Warin Darsono pada tahun 2019.
Awalnya, prasasti itu berada di balik semak belukar yang terletak di sebelah aliran sungai kecil. Prasasti itu dinamakan Watu Lawang karena bentuknya menyerupai dua gerbang pintu besar yang terbuat dari batu. Di tengah-tengah dua batu besar tersebut, terdapat sebuah batu yang ukurannya lebih kecil.
Pada batu pertama, tertulis angka tahun saka 1343 menggunakan tulisan Jawa Kuno yang diduga kuat merupakan tahun pembuatan prasasti. Prasasti inipun diyakini berhubungan erat dengan beberapa artefak dan naskah kuno yang ditemukan di Desa Getasan sebelumnya.