Bukan Pakai Teleskop, Catatan Kuno Ini Jadi Acuan Suku Maya Memprediksi Gerhana
Ada catatan tersendiri suku Maya untuk mengetahui peredaran benda langit.
Ada catatan tersendiri suku Maya untuk mengetahui peredaran benda langit.
Bukan Pakai Teleskop, Catatan Kuno Ini Jadi Acuan Suku Maya Memprediksi Gerhana
Fenomena Gerhana Matahari Cincin Api telah berlangsung pada hari Sabtu, 14 Oktober kemarin dan dapat dilihat di beberapa daerah di Amerika Utara.
Fenomena ini terjadi saat Matahari, Bulan, dan Bumi sejajar sehingga Bulan terlihat dikelilingi oleh cincin. Para pengamat dari seluruh dunia berbondong-bondong melakukan pengamatan terhadap peristiwa gerhana ini.
-
Di mana artefak kalender Maya paling awal ditemukan? Misalnya sebuah piramida di San Bartolo di sebelah utara Guatemala, berisi apa yang dianggap kalender Maya paling awal yang pernah ditemukan, berusia lebih dari 2.200 tahun.
-
Siapa saja yang percaya mitos gerhana bulan? Mitos gerhana bulan untuk ibu hamil adalah kepercayaan turun temurun yang masih banyak diyakini.
-
Apa yang diyakini masyarakat Jawa tentang gerhana bulan? Mitos gerhana bulan pertama dikaitkan dengan kepercayaan Batara Kala memakan bulan.Ini merupakan mitos yang diiyakini oleh masyarakat Jawa. Menurut kepercayaan ini, Batara Kala adalah sosok dewa atau roh jahat yang berwujud raksasa yang bertanggung jawab atas terjadinya gerhana bulan. Dipercaya bahwa Batara Kala memakan bulan selama gerhana terjadi.
-
Kenapa orang Mesir kuno mengamati bintang? Ribuan tahun lalu, para astronom Mesir kuno memanfaatkan tempat ini untuk melacak pergerakan Matahari dan bintang-bintang. Kegiatan ini penting dalam kehidupan mereka, mulai dari menentukan waktu, mempersiapkan kalender, hingga mendukung kegiatan ritual dan keagamaan.
-
Bagaimana jalan bangsa Maya ditemukan? Teknologi LIDAR (Light Detection and Ranging) sekali lagi terbukti mampu mengungkap struktur kuno yang menakjubkan dan sulit terdeteksi dari permukaan tanah.
-
Bagaimana para astronom menentukan waktu gerhana matahari total di Rig Veda? Beberapa bagian dalam Rig Veda menyebutkan posisi matahari saat titik balik musim semi, termasuk saat terjadi di rasi bintang Orion dan Pleiades. Ini memungkinkan para astronom menentukan waktu kejadian tersebut, karena Bumi yang berputar pada porosnya berosilasi seperti gasing, mengubah posisi relatif peristiwa astronomis penting.
Namun perlu diketahui bahwa pengamatan gerhana sejatinya telah dimulai dari waktu yang sangat lama. Salah satunya oleh suku Maya.
Sebuah suku kuno yang terkenal dengan keahlian astronomi mereka. Berbagai peristiwa langit telah dilacak dan dirayakan oleh mereka, termasuk gerhana.
Lalu bagaimana suku Maya dapat memiliki prediksi yang akurat terhadap fenomena gerhana tanpa keberadaan teknologi modern seperti teleskop?
Postingan terbaru Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko (INAH), arkeoastronom Ismael Arturo Montero García dari Universitas Tepeyac di Meksiko.
Dia menjelaskan Suku Maya adalah pengamat hebat, memiliki pengetahuan mendalam tentang mekanika langit dan kepastian yang tinggi dalam memprediksi gerhana.
Manuskrip
Melansir laporan IFLScience dan Heritage Daily, Selasa (17/10), suku Maya diduga telah mengembangkan sebuah bentuk astronomi pra-teleskop yang sangat tepat untuk melacak pergerakan benda-benda langit.
Montero García memperkirakan bahwa suku Maya telah mampu memprediksi sekitar 55 persen gerhana, angka yang cukup fantastis mengingat ketidakadaan peralatan modern.
Bentuk astronomi ini karena adanya serangkaian tabel yang digunakan suku Maya untuk melacak pergerakan benda-benda langit.
Contoh rangkaian ini ditunjukkan dalam Kodeks Dresden, sebuah manuskrip Maya kuno yang berasal dari abad ke-11 atau ke-12.
Kodeks Dresden, dapat dilihat salah satu tanda gerhana yang ditandai dengan pita langit, Matahari, dua tulang paha (penanda kematian), dan bidang hitam putih serupa sayap kupu-kupu.
Suku Maya menyebut peristiwa ini dengan nama Pa’al K’in (Matahari yang Pecah).
Peristiwa ini merupakan salah satu peristiwa surgawi yang penting bagi suku Maya, yang sering diartikan sebagai keadaan kematian dan imobilitas dewa Matahari, Kinich Ahau.
Mereka meyakini bahwa Kinich Ahau akan bersinar di langit sepanjang hari sebelum diyakini mengubah dirinya menjadi jaguar di malam hari. Saat itulah, dia akan melewati Xibalba, dunia bawah tanah Maya.
Karena itu, ritual diperlukan untuk mengembalikan arah normal Matahari.
Manuskrip ini merupakan salah satu bukti penjelas dari kemahiran astronomi suku Maya.
Hal ini sekaligus menggambarkan hubungan yang mendalam antara peristiwa langit dan praktik spiritual dalam budaya suku Maya.