Begini Ternyata Cara Orang Kuno Membuat Peta sebelum Ada Satelit
Peta begitu penting bagi orang kuno. Namun karena keterbatasan teknologi, mereka hanya bisa membuat atas apa yang diketahuinya saja. Bukan seperti saat ini.
Banyak hal yang dilakukan oleh orang-orang zaman dahulu demi membuat peta.
Begini Ternyata Cara Orang Kuno Membuat Peta sebelum Ada Satelit
Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana orang-orang kuno membuat peta sebelum penemuan perjalanan udara dan satelit? Nah, pembuat peta kuno dari seluruh dunia mengandalkan banyak hal mulai dari campuran seni, eksplorasi, kecerdasan matematika, dan imajinasi untuk menangkap luasnya tanah yang dikenali. Dalam banyak kasus, peta-peta awal ini tidak hanya menjadi representasi untuk navigasi, tetapi juga jendela menuju keajaiban yang belum diketahui.
-
Di mana peta pertama dibuat? Peta dunia pertama kali dibuat oleh Bangsa Babilonia sekitar 2300 sebelum masehi.
-
Bagaimana Peta Dunia Babilonia dibuat? Peta ini dibuat di atas lempengan tanah liat.
-
Bagaimana arkeolog memetakan kota kuno tersebut? Dengan waktu yang terbatas karena ketinggian air Sungai Tigris terus meningkat, para peneliti berhasil dengan cepat memetakan kota tersebut.
-
Bagaimana cara para arkeolog mencocokkan peta dengan wilayah sebenarnya? Para peneliti memindai lempengan tersebut dan membandingkannya dengan peta saat ini, dan menemukan kecocokan sekitar 80 persen.
-
Siapa yang menemukan batu peta kuno ini? Lempengan tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1900 oleh seorang sejarawan lokal yang tidak memahami maknanya.
-
Bagaimana arkeolog menemukan kota kuno? Tim arkeolog menemukan kota Portugis kuno yang telah lama menghilang dengan menganalisis cahaya yang dipantulkan dari laser untuk membuat peta 3D terperinci dari area yang dipindai.
Sayangnya, cara itu tidak memuaskan bagi beberapa orang. Lantaran banyak spekulasi yang dilakukan dalam membuat peta. Salah satu peta pertama dibuat oleh Anaximander, seorang filsuf pra-Sokrates yang dianggap sebagai salah satu dari tujuh orang bijak Yunani.
Ia menggambarkan ‘dunia yang diketahui’ berdasarkan keilmuannya. Dalam peta itu, ia meletakan daratan Yunani berada pada pusat dunia. Kemudian disusul bagian-bagian Eropa, Asia selatan, dan Afrika Utara. Pada waktu itu, Bumi dianggap datar.
Beruntung, pemahaman mengenai bentuk Bumi datar tidak berlangsung lama.
Pada abad pertama SM, Eratosthenes dari Cyrene, seorang polymath Yunani, berhasil menghitung lingkar planet dengan membandingkan hasil survei yang dikumpulkan di Perpustakaan Alexandria.
Metode Eratosthenes cukup sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa pun saat ini - dia mengukur panjang bayangan yang dihasilkan oleh sebuah tongkat tegak di dua kota pada hari yang sama. Kemudian, dia mengembangkan rasio dari jarak utara-selatan antara dua kota tersebut, di mana sudut-sudutnya memungkinkannya menghitung ukuran Bumi.
Meskipun demikian, peta Bumi datar tetap beredar selama beberapa waktu, tetapi akhirnya menghilang. Eratosthenes juga mengembangkan cara untuk menemukan lokasi dengan lebih akurat. Dia menggunakan sistem koordinat mirip dengan yang kerap dilihat pada peta modern.
Zaman Agak Modern
Selama beberapa abad berikutnya, peta menjadi lebih 'canggih' karena para pembuat peta Romawi dan Yunani terus mengumpulkan informasi dari para pelancong dan pasukan militer yang bergerak. Kumpulan pengukuran dan laporan yang mereka hasilkan memungkinkan Claudius Ptolemaeus untuk menulis karyanya yang sangat berpengaruh, yaitu "Geographia," yang terdiri dari delapan volume, serta peta-peta yang menyertainya.
Karya Ptolemaeus, yang disusun sekitar tahun 150 M, juga sangat didasarkan pada sumber-sumber yang lebih tua dan materi yang telah dikumpulkan.
Yang membuatnya lebih berpengaruh adalah penjelasan langkah-langkah bagaimana ia menghasilkan gambar itu sehingga orang lain dapat mengulangi tekniknya.
Penemuan Kompas Magnetik
Perkembangan signifikan dalam pembuatan peta adalah penemuan kompas magnetik. Meskipun pengetahuan tentang magnet jauh lebih tua, penerapannya dalam perangkat andal yang dapat digunakan untuk navigasi tidak diadopsi secara konsisten hingga sekitar abad ke-13. Singkat cerita, melalui proses pengecekan dan penyempurnaan selama berabad-abad berikutnya, peta menjadi semakin canggih dan berguna, bahkan tanpa penemuan pesawat atau satelit. Hanya saja butuh waktu lama.