5 Mitos Nyi Roro Kidul yang Populer, Penguasa Laut Selatan hingga Ritual Labuhan
Terdapat beragam mitos Nyi Roro Kidul yang berkembang dan masih dipercaya sebagian masyarakat.
Nyi Roro Kidul merupakan salah satu sosok yang erat dengan beragam mitos di masyarakat. Mitos Nyi Roro Kidul yang paling terkenal disebut sebagai penguasa Laut Selatan. Di mana Nyi Roro Kidu menjadi sosok yang ditakuti oleh masyarakat Jawa.
Selain itu, ada berbagai mitos Nyi Roro Kidul lainnya yang berkembang dan masih dipercaya oleh sebagian masyarakat. Mulai dari hubungannya dengan raja-raja Mataram, larangan menggunakan baju hijau, ritual Labuhan, hingga kemampuan berubah wujud.
-
Siapa yang dikaitkan dengan mitos putri duyung? Dalam mitologi Yunani, putri duyung dikenal sebagai Siren.
-
Bagaimana mitos putri duyung diinterpretasikan? Mitos ini sering diinterpretasikan sebagai peringatan terhadap godaan dan bahaya yang dapat menyesatkan manusia dari tujuan aslinya.
-
Apa yang digambarkan oleh mitos putri duyung? Putri duyung adalah makhluk mitologis yang digambarkan memiliki tubuh bagian atas seperti seorang perempuan dan bagian bawah seperti ikan.
-
Siapa Raja Laut? Latimeria menadoensis merupakan salah satu jenis ikan laut yang memiliki nama Indonesia Ikan Raja Laut.
-
Dimana contoh mitos di Indonesia? Berikut contoh mitos di Indonesia, antara lain: Ayam Jantan Berkokok di Sore & Malam Hari
-
Mengapa mitos putri duyung berkembang di berbagai budaya? Kisah putri duyung muncul dalam cerita rakyat dari berbagai budaya di seluruh dunia, termasuk Timur Dekat, Eropa, Afrika, dan Asia.
Berikut, kami rangkum berbagai mitos Nyi Roro Kidul yang populer, bisa disimak.
1. Penguasa Laut Selatan
Mitos Nyi Roro Kidul yang pertama dipercaya sebagai penguasa Laut Selatan. Nyi Roro Kidul dikenal dalam mitos Jawa sebagai penguasa Laut Selatan (Samudra Hindia), yang diyakini memiliki kekuatan besar untuk mengendalikan laut dan ombak. Ia dianggap sebagai ratu gaib yang berkuasa atas alam bawah laut, di mana ia membangun kerajaannya yang megah
Menurut legenda, Laut Selatan adalah wilayah kekuasaannya, dan ia dapat mengendalikan fenomena alam seperti badai dan gelombang tinggi. Banyak masyarakat pesisir Jawa percaya bahwa Nyi Roro Kidul memiliki peran dalam menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan dunia gaib di laut, dan bahwa setiap orang yang tidak menghormati laut atau melakukan kesalahan bisa mengalami hal buruk, seperti tenggelam atau hilang secara misterius.
Kekuasaannya yang besar membuat Nyi Roro Kidul menjadi sosok yang dihormati sekaligus ditakuti. Masyarakat Jawa sering kali menghubungkan kejadian alam yang buruk, seperti kecelakaan di laut atau hilangnya nelayan, dengan kemarahan sang ratu laut. Untuk menjaga hubungan baik dengan Nyi Roro Kidul, beberapa komunitas melakukan upacara ritual seperti memberikan persembahan di tepi laut.
Salah satu kepercayaan terkenal terkait dirinya adalah larangan mengenakan pakaian berwarna hijau di pantai selatan, karena warna tersebut dianggap sebagai warna favorit Nyi Roro Kidul, dan orang yang melanggarnya dipercaya akan dibawa ke laut oleh sang ratu untuk menjadi pengikutnya.
2. Hubungan dengan Raja-Raja Mataram
Mitos Nyi Roro Kidul berikutnya berkaitan dengan Kesultanan Mataram. Mitos mengenai hubungan spiritual antara Nyi Roro Kidul dan raja-raja Kesultanan Mataram menjadi salah satu cerita yang paling populer di Jawa. Dikatakan bahwa Nyi Roro Kidul adalah permaisuri spiritual dari setiap Sultan Mataram, baik di Yogyakarta maupun Surakarta.
Hubungan ini dipercaya sebagai sebuah kesepakatan mistis untuk menjaga keseimbangan antara kekuatan dunia daratan yang diwakili oleh raja, dan kekuatan laut yang diwakili oleh Nyi Roro Kidul. Melalui hubungan ini, raja-raja Kesultanan Mataram mendapatkan dukungan dan perlindungan gaib dari sang ratu laut, yang pada gilirannya menjamin kekuatan dan kestabilan kerajaan mereka.
Dalam mitos ini, upacara ritual seperti Labuhan diadakan sebagai bentuk penghormatan kepada Nyi Roro Kidul, di mana Sultan mengirimkan persembahan ke laut untuk memperkuat hubungan spiritual tersebut. Persembahan ini meliputi berbagai benda seperti pakaian, kembang, dan sesaji lain yang dipercaya akan diterima oleh Nyi Roro Kidul di kediamannya di bawah laut.
Upacara ini juga mencerminkan kepercayaan bahwa kekuasaan raja-raja Mataram tidak hanya berasal dari kekuatan duniawi, tetapi juga dari kekuatan gaib yang berhubungan erat dengan alam dan penguasanya, Nyi Roro Kidul.
3. Larangan Memakai Baju Hijau
Mitos Nyi Roro Kidul ketiga yaitu tentang larangan menggunakan baju hijau. Mitos mengenai larangan mengenakan pakaian hijau saat berkunjung ke Laut Selatan berkaitan erat dengan sosok Nyi Roro Kidul. Menurut legenda, warna hijau adalah warna kesukaan sang ratu laut, dan siapa pun yang mengenakan pakaian berwarna hijau di pantai selatan akan dianggap "memanggil" atau menarik perhatian Nyi Roro Kidul.
Orang yang melanggar larangan ini diyakini berisiko ditarik ke laut oleh sang ratu untuk dijadikan pengikut atau bagian dari kerajaan gaibnya. Beberapa kecelakaan laut atau orang yang hilang di pantai selatan sering kali dikaitkan dengan mitos ini, membuat masyarakat pesisir sangat menghormati aturan tak tertulis tersebut.
Larangan ini menjadi sangat kuat dalam budaya masyarakat setempat, sehingga banyak pengunjung pantai yang enggan mengenakan pakaian hijau, meskipun mereka mungkin tidak sepenuhnya percaya pada mitos tersebut. Larangan ini juga merupakan bentuk penghormatan terhadap Nyi Roro Kidul dan kekuatan mistis Laut Selatan.
Meskipun terlihat sebagai kepercayaan tradisional, larangan ini mencerminkan rasa takut dan hormat masyarakat terhadap kekuatan alam dan makhluk-makhluk gaib yang dipercaya mendiami wilayah laut tersebut.
4. Ritual Labuhan dan Upacara Lain
Mitos Nyi Roro Kidul selanjutnya yaitu ritual dan upacara yang sering dilakukan. Masyarakat di pesisir selatan Jawa meyakini bahwa Nyi Roro Kidul, sebagai penguasa Laut Selatan, perlu dihormati melalui berbagai ritual dan upacara. Salah satu bentuk penghormatan yang paling terkenal adalah upacara Labuhan, yang biasanya diadakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Dalam upacara ini, persembahan berupa pakaian, bunga, makanan, dan sesaji lainnya dihanyutkan ke laut sebagai tanda bakti dan penghormatan kepada Nyi Roro Kidul. Upacara ini dipercaya dapat menjaga hubungan baik antara manusia dan penguasa laut, serta membawa keberkahan dan keselamatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai.
Selain upacara Labuhan, masyarakat pesisir sering melakukan ritual kecil di tepi pantai, di mana mereka memberikan sesajen seperti kembang, dupa, dan makanan. Ritual-ritual ini bertujuan untuk memohon perlindungan dari Nyi Roro Kidul, terutama bagi para nelayan yang akan melaut atau masyarakat yang mencari keselamatan dari bahaya laut.
Persembahan ini diyakini sebagai bentuk penghormatan yang akan membuat sang ratu laut berkenan menjaga keseimbangan alam dan tidak menimbulkan bencana. Tradisi ini tetap dilestarikan sebagai bagian dari budaya dan keyakinan mistis masyarakat setempat, meskipun kepercayaan terhadap mitos ini mungkin berbeda-beda di setiap individu.
5. Bisa Berubah Wujud
Mitos Nyi Roro Kidul lainnya berkaitan dengan kemampuan berubah wujud. Mitos tentang Nyi Roro Kidul menyebutkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk berubah wujud sesuai keinginannya. Dalam banyak cerita rakyat, Nyi Roro Kidul digambarkan sebagai sosok yang sangat cantik dan anggun, dengan busana megah berwarna hijau atau emas.
Dalam penampilan ini, ia dianggap sebagai ratu yang penuh pesona dan wibawa, yang mampu menarik perhatian siapa pun yang melihatnya. Sosoknya yang cantik sering kali muncul dalam cerita tentang pertemuannya dengan para raja atau orang-orang tertentu yang dianggap beruntung dapat melihat keindahannya. Kecantikannya ini juga menjadi simbol kekuatan dan kekuasaannya sebagai penguasa Laut Selatan.
Namun, di balik kecantikannya, Nyi Roro Kidul juga bisa menjelma menjadi sosok yang menakutkan dan berbahaya, terutama jika ia merasa tidak dihormati atau terganggu. Dalam beberapa versi mitos, ia berubah menjadi makhluk gaib yang menyeramkan, dengan wajah murka dan kekuatan yang bisa mendatangkan bencana bagi siapa saja yang mengusik wilayah kekuasaannya.
Penjelmaan ini biasanya muncul ketika ia marah atau ketika manusia melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan adat di pesisir selatan. Transformasi dari sosok yang anggun menjadi sosok yang mengerikan ini mencerminkan dualitas kekuatannya, sebagai penguasa yang bisa memberi berkah, tetapi juga bisa menimbulkan malapetaka jika tidak dihormati.