Soenting Melajoe, Surat Kabar Perempuan Pertama Zaman Hindia Belanda yang Terbit di Padang
Lahirnya surat kabar ini tak lepas dari pendidikan perempuan di Hindia Belanda yang saat itu masih dibatasi.
Lahirnya surat kabar ini tak lepas dari terbatasnya akses perempuan di Hindia Belanda untuk mendapatkan pendidikan.
Soenting Melajoe, Surat Kabar Perempuan Pertama Zaman Hindia Belanda yang Terbit di Padang
Kota Padang di Sumatra Barat menjadi saksi lahirnya surat kabar perempuan pertama pada zaman Hindia Belanda bernama Soenting Melajoe.
Sosok pendiri surat kabar ini adalah Roehana Koeddoes. Perempuan kelahiran Kota Gadang, Sumatra Barat itu merupakan saudara tiri dari Sutan Sjahrir dan sepupu Agus Salim.
Lahirnya surat kabar ini tak lepas dari terbatasnya akses perempuan di Hindia Belanda untuk mendapatkan pendidikan.
Bagaimana dinamika surat kabar Soenting Melajoe dan perjalanan Roehanna Koeddoes? Simak rangkuman yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
-
Siapa wartawan perempuan pertama di Indonesia? Rohana Kudus adalah sosok pahlawan nasional yang dikenal sebagai wartawan perempuan pertama di Indonesia.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Siapa pendiri Kantor Berita di Hindia Belanda? D.W. Berretty dikenal sebagai seorang reporter sekaligus pendiri kantor berita di Hindia Belanda.
-
Apa nama surat kabar pertama di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama 'Mataram Courant' dan satunya lagi bernama 'Bintang Mataram'.
-
Siapa yang memperjuangkan hak perempuan di Hindia Belanda? Bukan hanya sosok Raden Ajeng Kartini saja yang memperjuangkan hak perempuan di masa-masa Kolonialisme Belanda. Apabila ditelusuri lebih dalam, banyak perempuan lain dari luar daerah yang juga memperjuangkan hak serupa.Salah satu aktivis perempuan itu bernama Rangkajo Chailan Sjamsoe Datoek Toemenggoeng atau dikenal Rangkayo Khailan Syamsu.
-
Dimana kantor Indonesische Persbureau pertama? Uniknya, kantor IP sendiri bukanlah di Hindia Belanda, melainkan di Den Haag, Belanda.
Profil Soenting Melajoe
Soenting Melajoe atau Sunting Melayu adalah surat kabar yang terbit di masa Hindia Belanda yang tulisannya berasal dari penulis perempuan.
Di Hindia Belanda, Soenting Melajoe menjadi media surat kabar perempuan pertama yang berdiri.
Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Ada ciri khas dari surat kabar Soenting Melajoe ini, yaitu dalam empat halaman di setiap edisinya ada rekaman diskusi dan perdebatan perempuan Hindia Belanda soal pendidikan, kesehatan, agama, dan juga budaya.
Sejarah Singkat
Soenting Melajoe tak bisa berdiri tanpa peran dan campur tangan dari Roehana Koeddoes. Ia adalah seorang wartawati pertama di Indonesia.
Lahir pada 20 Desember 1884, Roehana sangat aktif di bidang pendidikan dan sempat mendirikan surat kabar perempuan bernama Poetri Hindia.
Keterbatasan bersuara di zaman kolonial Belanda membuat Poetri Hindia ditutup. Kemudian, dirinya tak menyerah untuk terus memperjuangkan hak dan peran perempuan.
Akhirnya Roehana mendirikan Soenting Melajoe bersama temannya Zoebeidah Ratna Djoewita. (Foto: wikipedia)
Kehidupan Roehana tak jauh dari dunia pendidikan. Meski kesulitan dan tidak mendapat pendidikan formal, namun ia mempunyai wawasan luas berkat ayahnya yang bekerja sebagai pegawai pemerintah Belanda kerap membawakan buku bacaan dari kantor.
Hal ini membuat semangat dan gairah belajar Roehana tumbuh dan bertekad memperjuangkan pendidikan bagi kaum hawa.
Meminta Bantuan Penerbitan
Tekad dan keinginan Roehana untuk mendirikan surat kabar pun ia curahkan ke Datuk Sutan Maharaja, pendiri surat kabar Oetoesan Melajoe di Kota Padang.
Datuk Sutan Maharaja pun bersedia dan menyanggupi percetakan majalah khusus yang akan menjadi terbitan Soenting Melajoe. Roehana yang sedang mengajar di Koto Gadang pun tidak bisa terjun langsung dalam penerbitan. Ia pun hanya mengirim tulisan-tulisannya dari sana.
Datuk Sutan Maharaja menunjuk putri kandungnya, Ratna Djoewita, untuk membantu Roehana dalam mengutus redaksi surat kabar di Kota Padang.
Soenting Melajoe terbit seminggu sekali, lebih sering dibandingkan Oetoesan Melajoe milik Datuk Sutan Maharaja yang terbit tiga minggu sekali.
Untuk penerbitan, dipegang sepenuhnya oleh percetakan milik Datuk yaitu Snelpersdrukkerij Orang Alam Minangkabau.
Awalnya, surat kabar ini terbit setiap Sabtu. Setahun berjalan, pada edisi ke-2 tahun 1913 Soenting Melajoe terbit setiap hari Kamis.
Pada edisi ke-18, Sunting Melajoe terbit setiap hari Jumat.
Penerbitan Soenting Melajoe ini mendapat sambutan yang cukup baik. Sejumlah perusahaan mendukung pembiayaan surat kabar ini dengan memasang iklan di halaman tertentu.
Iklan-iklan yang dimuat dalam Sunting Melayu kebanyakan perusahaan kain, di antaranya pengusaha batik dari Yogyakarta, seperti Moekari dan Mochamad Hadjad, serta pengusaha-pengusaha lokal.