Mengenal Rangkayo Khailan Syamsu, Penulis dan Tokoh Aktivis Pejuang Hak Perempuan Terkemuka di Hindia Belanda
Sosok penulis dan wartawan dari Bukittinggi ini terus menyuarakan hak-hak perempuan dan penghapusan perkawinan anak.
Sosok penulis dan wartawan dari Bukittinggi ini terus menyuarakan hak-hak perempuan dan penghapusan perkawinan anak.
Mengenal Rangkayo Khailan Syamsu, Penulis dan Tokoh Aktivis Pejuang Hak Perempuan Terkemuka di Hindia Belanda
Bukan hanya sosok Raden Ajeng Kartini saja yang memperjuangkan hak perempuan di masa-masa Kolonialisme Belanda. Apabila ditelusuri lebih dalam, banyak perempuan lain dari luar daerah yang juga memperjuangkan hak serupa.
Salah satu aktivis perempuan itu bernama Rangkajo Chailan Sjamsoe Datoek Toemenggoeng atau dikenal Rangkayo Khailan Syamsu. Perempuan yang lahir pada 6 April 1905 di Bukittinggi itu dikenal sebagai penulis dan wartawan.
-
Kenapa Rasuna Said memperjuangkan hak perempuan? Terinspirasi oleh ketidakadilan yang dialami perempuan pada masa itu, ia aktif dalam dunia pendidikan dan organisasi, mengadvokasi kesetaraan hak antara pria dan wanita.
-
Bagaimana RA Kartini memperjuangkan hak perempuan? Kartini juga mendirikan sekolah untuk perempuan di desanya sendiri, menghadapi tantangan dan oposisi dari budaya dan tradisi yang ada.
-
Siapa yang menerima penghargaan Perempuan Berpengaruh? Ketua Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Kalimantan Timur, Erni Makmur menerima Apresiasi Perempuan Berpengaruh dari Dream.co.id dan Diadona.id untuk kategori Influential in Female Leadership.
-
Bagaimana Ratu Sinuhun memperjuangkan kesetaraan perempuan? Dalam undang-undang yang disusun oleh Ratu Sinuhun ini sangatlah tegas dan tertata begitu baik. Hampir seluruh bab undang-undang itu tak jauh dari kehidupan sehari-hari seperti aturan kaum, adat bujang gadis dan kawin, serta lainnya.
-
Siapa yang mendirikan Yayasan Kesatuan Wanita Indonesia di Pekanbaru? Di Pekanbaru, Syamsidar mendirikan Yayasan Kesatuan Wanita Indonesia atau disingkat YKWI bersama teman-temannya pada tahun 1952.
-
Apa yang Sahila Hisyam lakukan di IKN? Sahila Hisyam terlihat menikmati keindahan alam IKN yang masih asri dan hijau, sambil mengobrol santai dengan temannya.
Ia bersama dengan Rukmini Santoso telah memperjuangkan perempuan di Hindia Belanda dalam hal-hak politik dan hak memilih wakil-wakil kaum perempuan dalam pemerintahan atau dewan rakyat (Volksraad) tahun 1930.
Mengutip beberapa sumber, Khailan rupanya juga menjadi perempuan pertama yang berhasil meliput Kongres Perempuan pertama pada tahun 1928. Selain itu, ia juga terlibat aktif dalam organisasi gerakan perempuan, seperti Ketua Persatuan Istri Pegawai Bumiputera (PIPB) dan Serikat Kaum Ibu Sumatera (SKIS).
Bergabung dengan Asosiasi Perempuan
Khailan menikah dengan Lanjumin Datuk dan memutuskan pindah ke Batavia saat itu. Mulai dari sini, Khailan sangat gencar dan aktif dalam gerakan perempuan.
Kemudian, Khailan bergabung dengan Vereeniging voor Vrouwenkiesrecht in Nederlands-Indie atau sebuah organisasi yang memperjuangkan hak pilih perempuan.
Perannya yang cukup besar dalam hak perempuan, membuat Khailan bersama Rukmini Santoso menjadi figur utama dalam organisasi tersebut.
Ketua Organisasi dan Mendirikan Majalah
Kemudian Khailan memimpin sebagai Ketua Perkumpulan Pemberantasan Perdagangan Perempuan dan Anak-Anak atau P4A yang terbentuk pada tahun 1931.
Setahun kemudian, Khailan mendirikan majalah bernama Pedoman Isteri dan menjabat sebagai editornya sampai tahun 1939. Dari majalah ini, kemudian menjadi corong Persatuan Isteri Pegawai/Priayi Bestuur (PIPB) yang berdiri pada tahun 1936.
Pada periode tersebut, ia juga menyuarakan perihal soal politik perempuan yang berkaitan dengan hak pilih serta berperan aktif dalam gerakan penghapusan perkawinan anak.
Penggiat Gerakan Esperanto
Mengutip beberapa sumber, perjuangan Khailan masih terus berlanjut setelah ia mempelajari Bahasa Esperanto di Eropa pada tahun 1950. Setelah itu, ia juga aktif ambil bagian dalam pertemuan Esperanto di kancah internasional.
Tahun 1951, ia menghadiri berbagai pertemuan yang disebut Universala Kongreso yang diadakan rutin setiap tahun di negara yang berbeda-beda. Ketika kongres ini berlangsung di Oslo, Norwegia, Khailan sebagai pimpinan delegasi Indonesia berkesempatan untuk berpidato di podium.
Sejak saat itu, ia dikenal sebagai sosok yang ikonik dan menjadi peran utama dalam mendorong gerakan Esperanto di Indonesia sejak tahun 1952. Ia bersama dengan Liem Tjong Hie, Soen Kiat Long, dan Hasan Basri menjadi figur-figur utama dalam gerakan Esperanto di Indonesia.
Karya Tulis
Selain berperan aktif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, Khailan juga menulis terutama artikel dan buku yang bertemakan budaya serta perempuan di Indonesia.
Beberapa hasil karya milik Khailan, di antaranya adalah Eenvoudige Rijsttafel, Kehilangan pedoman, Berbagai-bagai Keperloean Kaoem Isteri, Rumahku, Mahligaiku, dan beberapa karya lainnya.