Pejuang Emansipasi Wanita Hingga Reformator Pendidikan, Ini Sosok Rahmah El Yunusiyah
Sosok Rahmah El Yunusiyah, pejuang emansipasi wanita sekaligus pendiri sekolah bagi kaum wanita di Padang Panjang.
Dulu wanita bak haram untuk masuk sekolah, Rahmah El Yunusiyah pun bangun sekolah khusus untuk wanita di Padang Panjang.
Pejuang Emansipasi Wanita Hingga Reformator Pendidikan, Ini Sosok Rahmah El Yunusiyah
Peran wanita di masa Hindia Belanda sangatlah terbatas. Mereka tidak memiliki hak yang setara dengan kaum laki-laki. Terlebih dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Wanita bak haram masuk sekolah.
Akibat stigma itulah, tak sedikit wanita di Indonesia bergerak dan memperjuangkan serta membuktikan bahwa wanita juga bisa setara dengan laki-laki. Hal itu dibuktikan dengan perjuanganRahmah El Yunusiyah asal Padang Panjang, Sumatra Barat.
Penasaran dengan sosoknya? Simak ulasannya yang dihimpun merdeka.com berikut ini.
-
Apa contoh emansipasi perempuan yang memberikan akses pendidikan? Program akses pendidikan yang bebas dari diskriminasi gender. Ini dapat berupa pemberian beasiswa atau insentif kepada perempuan yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi atau mencari peluang pendidikan yang setara.
-
Bagaimana RA Kartini memperjuangkan hak perempuan? Kartini juga mendirikan sekolah untuk perempuan di desanya sendiri, menghadapi tantangan dan oposisi dari budaya dan tradisi yang ada.
-
Kenapa Rasuna Said memperjuangkan hak perempuan? Terinspirasi oleh ketidakadilan yang dialami perempuan pada masa itu, ia aktif dalam dunia pendidikan dan organisasi, mengadvokasi kesetaraan hak antara pria dan wanita.
-
Bagaimana Maria Ulfah memperjuangkan hak perempuan? Maria aktif dalam pergerakan sejak tahun 1920-an. Maria pernah mengajar di Perguruan Rakyat dan Perguruan Muhammadiyah, ia juga aktif memperjuangkan hak-hak perempuan. Selain itu, ia mendirikan organisasi Isteri Indonesia dan melalui karya-karyanya, ia menyoroti isu-isu seperti pernikahan paksa dan kondisi buruh perempuan. Maria juga memperjuangkan pentingnya keterlibatan perempuan Indonesia di parlemen serta dewan-dewan kota. Salah satu pencapaiannya yang paling signifikan adalah memperjuangkan undang-undang perkawinan, yang akhirnya disahkan pada tahun 1974.
-
Apa cita-cita Rasuna Said untuk kaum wanita? Rasuna Said sangatlah memperhatikan kemajuan dan pendidikan kaum wanita. Sempat mengajar sebagai guru, pada tahun 1930 Rasuna Said berhenti mengajar karena memiliki pandangan bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tetapi harus disertai perjuangan politik.
-
Siapa yang menerima penghargaan Perempuan Berpengaruh? Ketua Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Kalimantan Timur, Erni Makmur menerima Apresiasi Perempuan Berpengaruh dari Dream.co.id dan Diadona.id untuk kategori Influential in Female Leadership.
Lahir di Keluarga Taat Agama
Mengutip dari beberapa sumber, Rahmah El Yunusiyah lahir di Nagari Bukit Surungan, Padang Panjang pada 26 Oktober 1900. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Muhammad Yunus Al-Khalidiyah bin Imanuddin dan Rafia.
Rahmah pun terlahir di keluarga yang taat dengan ajaran agama Islam. Hal ini terbukti dari sang ayah yang merupakan seorang ulama yang menuntut ilmu agama sampai ke Tanah Suci Mekkah.
Sementara sang ibunda, Rafia, adalah salah satu keturunan dari Haji Miskin, ulama pemimpin Perang Padri pada abad 19.
Rahmah sudah ditinggal sang ayah sejak berusia enam tahun. Selama tumbuh dewasa, ia banyak diajarkan oleh kedua kakaknya.
Rasa kemauan dan keras hati Rahmah pun tumbuh berkembang saat diasuh oleh sang kakak maupun ibundanya. Kebiasaan ini memicu Rahmah gemar membaca buku kajian.
Dirikan Sekolah
Meski tidak mendapat pendidikan formal, Rahmah yang kerap membaca buku-buku ilmiah pun bersemangat untuk memperjuangkan hak kaum wanita terutama di bidang pendidikan.
Pada tahun 1923, Rahmah pun mendirikan Madrasah Diniyah Li Al-Banat sebagai bagian Diniyah School milik sang kakak, Zainuddin Labay El Yunusi.
Sekolah yang didirikan Rahmah ini hanya dikhususkan untuk perempuan.
Awal berdirinya Madrasah Diniyah ini ada 71 murid yang kebanyakan adalah ibu-ibu. Mereka akan mendapatkan pelajaran tentang agama, gramatika Bahasa Arab, dan ilmu alat.
Berkat sistem pendidikan yang dirancang Rahmah, Universitas Al-Azhar pun menirunya dengan mendirikan Kulliyatul Banat atau fakultas yang dikhususkan untuk perempuan. Ia mendapat gelar "Syekhah" dari Universitas Al-Azhar.
Aktif di Bidang Lain
Tak hanya fokus di bidang pendidikan, Rahmah El Yunusiyah juga berperan aktif di dunia sosial, keagamaan, dan juga politik di tanah kelahirannya, Padang Panjang.
Rahmah pernah mengikuti pergerakan Permi atau Persatuan Muslimin Indonesia yang berdiri tahun 1930-an. Kemudian, ia juga terlibat dalam melawan kolonial Belanda dan menentang praktik penindasan.
Selama berkiprah menolak pergerakan kolonial, ia berhasil mendirikan perserikatan guru Poetri Islam di Bukittinggi, menjadi ketua panitia penolakan Kawin Bercatat dan ketua Penolakan Organisasi Sekolah Liar.
Akhir Hayat
Perjuangan beliau harus terhenti di tahun 1969, ia wafat di usia 68 tahun di Padang Panjang. Makamnya berada di sebelah Barat Asrama Perguruan Diniyyah Putri, sekolah yang ia dirikan dahulu.
Makamnya pun dilapisi keramik warna hitam dan terdapat tulisan "Disini Beristirahat Ibu Kita, H. Rahmah El Yunusiyah Pendiri dan Pemimpin Diniyyah Puteri dan KMI, Lahir 1 Rajab 1318 H, Wafat 10 Zulhijjah 1388" mengutip dari situs resmi Kemdikbud.
Bukti perjuangan Rahmah El Yunusiyah patut di apresiasi. Pemerintah menetapkan makamnya sebagai situs cagar budaya pada tahun 2007. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)