Kisah Mahmud Yunus, Ahli Tafsir Al-Qur'an Asal Minangkabau yang Berjasa Mengembangkan Pelajaran Islam di Indonesia
Seorang ahli ulama dan tafsir Al-Qur'an ini begitu berjasa terhadap pelajaran Agama Islam agar bisa tercantum di kurikulum nasional.
Seorang ahli ulama dan tafsir Al-Qur'an ini begitu berjasa terhadap pelajaran Agama Islam agar bisa tercantum di kurikulum nasional melalui jabatannya di Kementerian Agama.
Kisah Mahmud Yunus, Ahli Tafsir Al-Qur'an Asal Minangkabau yang Berjasa Mengembangkan Pelajaran Islam di Indonesia
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus atau dalam ejaan lama Mahmoed Joenes lahir di Desa Sungayang, Tanah Datar, Minangkabau pada tanggal 10 Februari 1899. Sejak kecil ia sudah mendapatkan ilmu mengajar di Surau dan Madras School Sungayang.
Pada tahun 1919, ia kemudian bergabung dengan Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) yang merawat beberapa sekolah Islam dan perguruan tinggi Islam di Indonesia. Ia menempuh perguruan tinggi di Universitas Al-Azhar dan Universitas Kairo, Mesir dalam rentang tahun 1924 sampai 1930.
(Foto: Wikipedia)
-
Siapa Tokoh Besar Muhammadiyah dari Minangkabau? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.
-
Apa kontribusi Rivai Abdul Manaf Nasution untuk pendidikan Islam di Sumatera Utara? Taman Pendidikan Islam (TPI) yang ia dirikan ini menjadi semangat baru dunia edukasi di Sumatera Utara pasca kemerdekaan. Sebagai pendiri, Rivai mencoba memanfaatkan momen pasca kolonialisasi sebagai masa untuk bangkit dan membangun peradaban baru. Ia kemudian mewadahinya melalui jalur pendidikan.
-
Siapa ayah KH Mas Mansur? Ayahnya, KH Mas Ahmad Marzuki, adalah seorang pionir Islam dan ahli agama yang terkenal di Jawa Timur, serta imam tetap dan khatib di Masjid Agung Ampel Surabaya.
-
Kenapa nama tokoh Islam dunia jadi inspirasi? Banyak tokoh Islam dunia pula yang memiliki sejarah hidup yang mulia dan patut diteladani. Pantas rasanya jika para tokoh Islam dunia tersebut menjadi sumber inspirasi orang tua dalam memberi nama anak-anak mereka.
-
Siapa yang menginspirasi Yusuf? Yusuf banyak termotivasi dari sosok sang ibu. Program beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu yang ia gagas terinspirasi saat ibunya maju dalam Pilgub Jawa Timur.
-
Siapa yang mengajarkan tauhid? Tauhid mengajarkan umat Islam untuk mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah.
Setelah lulus dari perguruan tinggi ternama, ia kembali mengajar di Padang dan membuka sekolah Normal Islam School serta menjadi pemimpin Sekolah Tinggi Islam (STI) Kota Padang.
Saat masa penjajahan Jepang, Yunus bekerja di pemerintahan bagian masalah pendidikan Islam. Ia juga termasuk pendorong masuknya mata pelajaran pendidikan agama di sekolah negeri khususnya di Minangkabau.
Kelola Majalah Organisasi
Ketika Yunus menempuh pendidikan tinggi di Universitas Al-Azhar, ia tergabung bersama Al-Jami'ah Al-Khairiah pimpinan Djanan Tajib yang juga warga Indonesia. Lalu, mereka berdua membentuk majalah organisasi Seruan Azhar.
Edisi pertama Seruan Azhar ini memuat editorial Yunus yang berisikan seruan agar penduduk Indonesia dan Tanah Melayu bersatu sebagai bangsa serumpun dalam memperjuangkan kemajuan dan kemakmuran bersama.
Dalam tulisannya itu, ia juga memberikan opini jika Indonesia dan Tanah Melayu adalah satu umat, satu bangsa, satu adat, satu adab sopan. Melansir dari beberapa sumber, Yunus menulis "Apalagi hampir kesemuanya adalah satu agama".
Ia lulus tahun 1925 dengan ijazah Syahadah Alimiyah. Selain itu, namanya menjadi orang kedua asal Indonesia yang lulus dari Al-Azhar setelah Djanan Tajib.
Pimpin Sekolah Islam
Setelah lulus, Yunus kembali pulang ke kampung halamannya pada tahun 1931. Ia mulai fokus meningkatkan mutu pendidikan di sekolah-sekolah agama. Pertama-tama, ia membenahi Madras School di Sungayang yang menerapkan sistem klasikal seperti sekolah pemerintah.
Tahun 1932, Yunus tidak lagi fokus di Sungayang lantaran sekolah tersebut terpaksa tutup. Ia kemudian memimpin sekolah Normal Islam School (NIS) yang didirikan oleh PGAI di Kota Padang. Yunus mengajar sebagai guru Bahasa Arab, lalu memasukkan mata pelajaran agama ke dalam kurikulum serta menambah beberapa mata pelajaran umum.
Atas metode dan sistem yang ia bangun, NIS memiliki laboratorium fisika dan kimia satu-satunya di Sumatera Barat. Kemudian, ia dipercaya untuk memimpin Sekolah Tinggi Islam di Padang tahun 1940 didampingi Muchtar Jahja.
Usulan Sekolah Islam Masa Pendudukan Jepang
Kedudukan Jepang di Sumatera Barat tak lepas dari sosok Yano Kenzo. Ia menginisiasi pasukan untuk membalas serangan sekutu dengan membentuk satuan tentara Giyugun. Pembentukan tentara ini mendapatkan respons positif dan dukungan dari para ulama Minangkabau.
Yunus ditunjuk mewakili MIT Minangkabau sebagai penasihat residen di Padang. Kemudian, ia mulai merayu pihak Jepang agar memasukkan mata pelajaran Agama Islam di sekolah-sekolah negeri. Usulan ini kemudian diterima oleh pemerintah dan berjalan hingga berakhirnya masa pendudukan Jepang.
Tahun 1946, Yunus mendirikan Sekolah Menengah Islam (SMI) di Bukittinggi. Seluruh alat-alat belajar diangkut dari Padang karena Normal Islam School terpaksa tutup. SMI sendiri dijadikan sekolah negeri dan berubah menjadi Sekolah Guru dan Hakim Agama tahun 1951.
Perjuangkan Mata Pelajaran Agama Islam
Peran Yunus tidak berhenti di situ saja. Ia kembali memperjuangkan usulan memasukkan mata pelajaran Agama Islam ke kurikulum sekolah pemerintah (negeri). Di Sumatera Barat, usulannya ini bisa berjalan baik dan sudah diterapkan pada tahun 1946.
Bulan Januari 1947, Yunus yang menjabat sebagai Kepala Bagian Agama Islam Jawatan Agama Provinsi Sumatera itu kembali mengajukan usul kepada Jawatan Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera. Usulan tersebut diterima dan sudah berjalan di sekolah pemerintah seluruh Sumatera.
Tahun 1950, ia kembali mengusulkan kurikulum tersebut kepada pemerintah agar diterapkan secara nasional. Usulan ini dibahas oleh Departemen Pendidikan dan Pengajaran dan Yunus sendiri perwakilan dari Departemen Agama. Tahun 1951, kedua belah pihak merilis Surat Keputusan Bersama (SKB) jika sistem kurikulum Agama Islam sudah diterapkan dalam sekoah negeri maupun swasta.