Kisah KH Anwar Musaddad, Ulama Kharismatik Sunda Lulusan Sekolah Nasrani Belanda
Karena fokus ke ajaran Nasrani, sosoknya pernah dikhawatirkan murtad oleh kalangan ulama di masa silam.
Karena fokus ke ajaran Nasrani, sosoknya pernah dikhawatirkan murtad oleh kalangan ulama di masa silam.
Kisah KH Anwar Musaddad, Ulama Kharismatik Sunda Lulusan Sekolah Nasrani Belanda
Profesor KH Anwar Musaddad dikenal sebagai ulama kharismatik kelahiran Garut, 3 April 1910 silam.
Sosoknya dikenal bersahaja dan punya keinginan belajar yang kuat sejak kecil. Pemahamannya juga luas, termasuk di luar lingkup agama Islam. Ia pun kerap mendalami perspektif agama lain, untuk memperkaya khazanah keilmuannya.
-
Siapa nama asli Sunan Kudus? Sunan Kudus memiliki nama asli Ja’far Shadiq atau dikenal juga Raden Undung.
-
Siapa tokoh utama penyebar Islam di Jawa? Maulana Malik Ibrahim: Dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan nama Kakek Bantal.
-
Dimana Anwar Sutan Saidi lahir? Anwar Sutan Saidi lahir di Sungai Puar, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 19 April 1910.
-
Siapa pendiri NU dan Muhammadiyah? Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 di Surabaya. NU didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional sebagai reaksi atas prestasi ideologi gerakan modernisme Islam yang mengusung gagasan purifikasi puritanisme. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912.
-
Siapa Syekh Burhanuddin? Ia dikenal dengan nama Burhanuddin Ulakan Pariaman atau disebut juga dengan Syekh Burhanuddin Ulakan. Ia lahir di Sintuk, Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 1646 dan wafat pada 20 Juni 1704.
-
Siapa pendiri NU? KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh penting dibalik organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ia memprakarsai berdirinya NU pada 1926, mendapat julukan Hadratus Syekh (maha guru), sekaligus menjadi Rais Akbar NU pertama.
Banyak cerita unik dari sosok ulama tersebut, seperti jenjang sekolahnya yang mayoritas dilaksanakan di lembaga pendidikan Nasrani, hingga ia total mendalami agama lain.
Walau demikian, sosoknya amat berpengaruh, terutama di bidang Kristologi dan perbandingan agama hingga sering dijadikan acuan.
Yuk kenalan lebih dekat dengan KH Anwar Musaddad.
Gambar: Pecinta Ulama Nusantara
Mengenyam Pendidikan di Sekolah Nasrani Sejak Kecil
Mengutip laman unisgd.ac.id, sejak kecil KH Anwar memang sudah disekolahkan di lembaga milik komunitas Nasrani di Hindia Belanda.
Gambar: Liputan6
Pada tingkat dasar, ia mengenyam pendidikan di Hollandsh-Inlandsche School (HIS) Chirestelijk yang berdiri di Garut.
Pasca lulus, pada 1921, ia lanjut bersekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Christelijk, Sukabumi. Di tingkat atas, KH Anwar Musaddad melanjutkan kembali pendidikannya di Algamene Middlebare School (AMS) Batavia (sekarang Jakarta).
Bukan tanpa alasan jenjang sekolahnya mayoritas dienyam di lembaga milik Nasrani. Sebab, sejak kecil ia dianggap tidak memenuhi syarat, sehingga hanya bisa disekolahkan di lembaga tersebut.
Mendalami Kitab Injil dan Ilmu Perbandingan Agama
Sejak kelulusannya dari sekolah, Anwar mulai rajin membaca dan mempelajari kitab Injil. Ia juga mendalami agama Nasrani karena ketertarikan yang tinggi terhadap bidang kritologi.
Apalagi sejak masa sekolah, ia banyak mendapat pengajaran dari tenaga pendidik Belanda dan Eropa tentang agama Kristen yang berkembang di Hindia Belanda.
Boleh dibilang saat itu mayoritas masyarakat, terutama kalangan Eropa telah memeluk agama Kristen dan Katolik, serta sangat sedikit yang beragama Islam selain warga pribumi.
Ini tidak terlepas dari peran sekolah-sekolah kolonial yang membawa misi pengenalan ajaran tersebut.
Sempar Dikhawatirkan Murtad
Saat dewasa, Anwar Musaddad yang memiliki garis keturunan dengan Sunan Gunung Jati dan Kerajaan Pajajar dari sang ayah, Abdul Awwal bin Haji Abdul Kadir, serta Pangeran Diponegoro dan Kesultanan Mataram Islam dari sang ibu Marfuah binti Kasriyo sempat dikhawatiran keluar dari ajaran Islam.
Merasa perlu disekolahkan kembali melaui pendidikan Islam, maka ia kembali disekolahkan di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut.
Setelah belajar selama dua tahun, ia kembali diberangkatkan ke Mekkah untuk bersekolah di Madrasah Al Falah selama 11 tahun pada 1930.
Di sana, sejumlah ustaz terkenal banyak membimbingnya seperti Sayyid Alwi al Maliki, Syekh Umar Hamdan, Sayyid Amin Qubti, Syekh Janan Toyyib (Mufgi Tanah Haram asal Minang) dan Syekh Abdul Muqoddasi (Mufti Tanah Haram dari Surakarta, Jawa Tengah).
Rela Dipenjara Asal Indonesia Merdeka
Setelah kembali ke Indonesia, penjajahan Belanda sudah berakhir dan berganti pendudukan Jepang. Ia sempat ditugaskan untuk menjadi Kepala Kantor Urusan Agama Priangan.
Jabatan ini ia emban sejak 1945 sampai 1949, dan dari sini ia semakin merasakan banyak ketimpangan atas munculnya penjajahan. Belum lagi kembalinya Belanda lewat agresi militer membuatnya marah dan ikut terjun langsung bertempur melawan sekutu.
Ketika itu ia memimpin pasukan Hizbullah, dan ditangkap Belanda pada 1948 sampai 1950. Ia rela dipenjara, asal Indonesia bisa terbebas dari segala bentuk kolonialisme.
Kenalkan Islam Moderat dan Dirikan IAIN
Selepas bangsa kolonial lenyap, Anwar menjalankan perannya sebagai ulama sekaligus tokoh perbandingan agama terkemuka pada saat itu.
Dengan keilmuan agama Islam dan Nasrani yang kuat, ia tak diragukan sebagai bahan rujukan keilmuan, hingga ia kerap digambarkan sebagai sosok pembaharu Islam yang moderat di Jawa Barat.
Dari sana, ia lantas diajak oleh Menteri Agama Fakih Usman untuk mendirikan Perguruan Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (PTIAIN) di Yogyakarta, yang merupakan cikal bakal UIN Sunan Kalijaga di tahun 1950.
Jadi Ulama Paling Berpengaruh di Jawa Barat
Di waktu yang bersamaan dirinya juga aktif di organisasi Nahdlatul Ulama (NU), dan ingin memperkuat identitas ke-Islaman di tengah gejolak negara baru yang baru merdeka. Ini juga merupakan misinya agar menjadi penengah, hingga dikenal sebagai pejuang, ulama sekaligus tokoh Islam moderat di Jawa Barat.
Di momen itu, ia pernah dibujuk oleh Kartosoewirjo untuk bergabung ke kubunya DI/TII namun ditolaknya. Ia tak ingin ada pihak-pihak yang memecah belah kedaulatan Indonesia.
K.H. Anwar Musaddad dikenal memiliki strategi yang cerdas dalam menjaga hubungan baik dengan berbagai kelompok untuk memelihara stabilitas sosial-politik di Jawa Barat.
Pendekatan yang digunakannya didasarkan pada semangat persaudaraan bangsa atau ukhuwah wathaniah. Ia berhasil meraih posisi sebagai Wakil Rais Syuriah Umum dan kemudian menjadi Dewan Penasihat (Mustasyar) PBNU sebelum meninggal dunia di Garut pada 21 Juli 2000. Selain itu, ia adalah pendiri pondok pesantren al-Musaddadiyah di Garut dan diakui sebagai salah satu ulama yang sangat berpengaruh di Jawa Barat.
Meskipun namanya pernah diajukan sebagai salah satu ulama berpengaruh, namun hingga kini belum direalisasikan.