Madrasah Adabiah Minangkabau, Sekolah Islam Pertama di Indonesia Sejak Tahun 1909
Jauh sebelum adanya Taman Siswa yang didirikan Ki Hajar Dewantara, sudah ada sekolah dari Minangkabau yang memasukkan pelajaran Islam kepada siswa.
Jauh sebelum adanya Taman Siswa yang didirikan Ki Hajar Dewantara, sudah ada sekolah dari Minangkabau yang memasukkan pelajaran Islam kepada siswa.
Mungkin banyak orang yang mengira sekolah pertama di Indonesia adalah Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara. Namun, jauh sebelum dirinya terjun ke dunia pendidikan, sudah ada sekolah yang berdiri tahun 1909 yaitu Madrasah Adabiah.
Madrasah Adabiah atau yang diartikan 'Sekolah yang Beradab' ini didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad. Kemudian madrasah ini berubah menjadi Hollandsch Inlandsche School (HIS) Adabiah pada tahun 1915. Mr. Assaat, merupakan salah satu alumni generasi awal Madrasah Adabiah.
(Foto: Wikipedia)
Sekolah ini menjadi pelopor pendidikan di Minangkabau bahkan di Indonesia. Dalam kurikulumnya, Madrasah Adabiah juga memasukkan pelajaran agama Islam dalam sejarah HIS.
Seperti apa perjalanan sejarah Madrasah Adabiah di Minangkabau? Simak informasinya yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber berikut ini.
Awal mula orang-orang Minangkabau tersulut ide untuk ikut berperan dalam bidang pendidikan ini tak lepas dari adanya pendidikan Barat, Islam, kolonial, nasional, tradisional hingga pendidikan daerah.
Masa kolonial sistem pendidikan di Hindia Belanda berasaskan semangat nasionalisme dan juga agama Islam. Maka dari itu, setiap siswa yang lulus sudah memiliki pandangan dan ide yang baru, segar, inovatif, dan sudah terbentuk karakter pemuda.
Van Deventer sosok orang ahli Belanda di balik adanya politik etis yang lahir pada 1899. Konsep ini sebagai bentuk balas budi pihak kolonial kepada orang-orang pribumi karena telah memberikan banyak dampak baik dan Belanda menjadi negara besar.
Maka dari itu, pihak Belanda banyak mendirikan sekolah-sekolah dan memasukkan pelajaran ala orang Barat tetapi untuk golongan Bumiputera. Di sisi lain, anak-anak terdidik ini sangat mendukung jalannya sistem pemerintahan karena harus pintar dan fasih bahasa Belanda.
Namun, dengan didirikannya sekolah-sekolah ini memicu antusiasme yang sangat besar, setiap orang ingin mencicipi rasanya sekolah dan menimba ilmu setinggi langit. Tahun 1910, sekolah pemerintah Belanda sebanyak 42 sekolah berisikan 60.285 orang.
Melihat situasi pendidikan yang sudah semakin membeludak, akhirnya banyak tokoh-tokoh terpelajar dan cendekiawan Minangkabau yang merintis sekolah non-pemerintah atau secara mandiri.
Salah satunya Haji Abdullah Ahmad yang berhasil mendirikan Madrasah Adabiah tahun 1909. Sekolah ini masih bagian dari Sjarikat Oesaha Adabiah yang berdiri tahun 1915.
Kemudian, di tahun yang sama namanya berubah menjad HIS Adabiah yang membuka kesempatan pendidikan bagi anak-anak pribumi dan menjadi salah satu inspirasi di bidang pendidikan saat itu. Sekolah inilah yang mampu melahirkan guru agama dan ulama Minangkabau.
Mengutip beberapa sumber, Abadiah adalah cerminan dari inspirasi seorang Abdullah Ahmad dalam pendidikan Islam. Adabiah menggambarkan berbudaya, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti. Sekolah ini juga memiliki karakter khusus serta siswanya dituntut untuk belajar agama Islam dari Al-Qur'an dan Hadis Nabu Muhammad.
Selama sekolah ini berdiri, ada beberapa momen penting yang sudah dilalui. Seperti, konsep pendidikan yang lebih berani dengan memperkenalkan pengetahuan umum kepada siswanya, sehingga tempat ini dijuluki Sekolah Agama Sekular.
Kemudian, tingginya animo masyarakat untuk bisa sekolah, membuat Madrasah Adabiah kewalahan dan menuntut pengurus agar mendirikan HIS Abadiah I, II, III dan seterusnya.
Ketika era Agresi Militer Belanda, sekolah ini tetap beroperasi seperti biasa dan menjadi bagian dari pendukung perjuangan republik. Agar situasi aman, seluruh aktivitas belajar mengajar dipindah ke Kayutanam, Padang Panjang, hingga Bukittinggi.
Tak hanya di Jawa, Tanah Minang turut melahirkan tokoh-tokoh besar Muhammadiyah era perjuangan.
Baca SelengkapnyaTanggung jawab itu dipikul Iki setelah ibunya sakit lalu meninggal dan ayahnya minggat dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaMereka tampil begitu memukau bak seorang petugas Paskibraka.
Baca SelengkapnyaIa adalah menteri agama dengan masa jabatan paling pendek.
Baca SelengkapnyaBikin miris, sejumlah pasangan yang masih duduk di bangku sekolah digerebek warga dalam kamar kos.
Baca SelengkapnyaSetiap hari anak-anak di kampung ini harus bertaruh nyawa untuk menuju sekolah menggunakan rakit, lantaran tak ada akses jembatan.
Baca SelengkapnyaTradisi Ramadan di Indonesia membuat mahasiswa asing UI terkesan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat menganggap sosoknya seperti "damar" atau lentera yang menerangi dalam gelap
Baca SelengkapnyaDengan menggunakan metode isyarat, anak-anak penyandang tuli jadi lebih mudah memahami Al-Qur'an.
Baca Selengkapnya