Oetoesan Melajoe, Surat Kabar yang Menyuarakan Pembelaan Tradisi Orang Minangkabau
Surat kabar harian di Padang yang diklaim sebagai surat kabar pertama yang dicetak oleh orang Pribumi.
Surat kabar dulunya menjadi salah satu media untuk menyuarakan suatu gagasan atau ide terutama untuk menggaungkan semangat juang melawan penjajah Belanda. Di Kota Padang, dulunya memiliki surat kabar yang berisi pembelaan terhadap tradisi Minangkabau yaitu Oetoesan Melajoe.
Surat kabar ini diklaim sebagai koran pertama yang dicetak oleh orang pribumi yaitu Datuk Sutan Maharadja. Selain membela tradisi Minang, surat kabar ini secara umum memuat berita perniagaan dan pendidikan serta rubrik agama serta cerita.
-
Apa isi Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Siapa yang memulai tradisi Mauludan di Bangka Belitung? Tradisi ini mulai hadir semenjak kedatangan guru besar, Syekh Abdurrahman Siddiq di Pulau Bangka tahun 1898 silam.
-
Bagaimana Belanda mengontrol masyarakat Minangkabau? Tanpa diketahui pasti dampak dari pembentukan jabatan oleh pemerintah kolonial, tetapi Tuanku Lareh ini dibentuk untuk mengontrol masyarakat Minangkabau.
-
Apa itu Bakaua Adat? Bakaua Adat ini adalah salah satu tradisi peninggalan nenek moyang mereka, maka masyarakat setempat pun mewarisi kegiatan ini secara turun-temurun.
Datuk Sutan Mahardja sendiri dikenal sebagai sosok yang terpelajar meskipun secara riwayat pendidikan tidak menempuh sekolah tinggi namun ia cukup piawai dalam berbahasa Belanda. Ia juga dikenal sebagai seorang tokoh adat tersohor di sepanjang Pantai Barat Sumatera pada awal abad 20.
Terbit Pertama Tahun 1910
Oetoesan Melajoe terbit pertama kali pada tahun 1910 dan terbt setiap hari kecuali hari Jumat, Minggu, dan hari-hari besar serta yang dimuliakan. Secara umum, koran ini berbahasa Melayu yang beredar di seluruh penjuru daerah Minangkabau, Pulau Sumatera, hingga Pulau Jawa.
Kotan ini hadir dalam empat halaman, dua halaman berita dengan advertentie. Untuk segmen advertentie ini berisikan penuh dengan iklan-iklan produk. Memang, sumber pendapatan Oetoesan Melajoe ini salah satunya berasal dari iklan selain dari penjualan cetak dari pelanggan.
Sedangkan untuk dua halaman sisanya berisikan beragam rubrik. Dua yang paling penting adalah rubrik Chabar Berita yang mengulas informasi ter-update soal Minangkabau serta rubrik Chabar Dunia yang memberikan berita aktual tentang luar negeri.
Membela Adat Minangkabau
Koran ini diterbitkan oleh orang-orang yang mendukung adat dan pastinya berisi laporan khusus berkaitan dengan aspek budaya Minangkabau. Media ini menjadi tonggak penting untuk melawan para kaum modernis Islam yang ada di Minangkabau.
Lewat tulisan-tulisan yang ada di Oetoesan Melajo, Datuk Sutan Maharadja yang sekaligus menjadi Kepala Redaksi ini sering menyampaikan sinisme terhadap kaum muda yang menyebut para ulama pembaharu disebut sebagai Wahabi atau kaum Padri.
Dikutip dari esi.kemdikbud.go.id, Oetoesan Melajoe juga cukup berbeda jauh dengan surat kabar lainnya yang kontra dengan pemerintah Belanda. Surat kabar ini justru dikenal cukup dekat dengan pihak kolonial yang dibuktikan dari motto pada halaman pertamanya yang bertuliskan:
"Oentoek kemadjoean kepandaian ilmu pengetahoean peroesahaan tanah dan perniagaan Tegoehlah setia persaoedaraan anak negeri dengan orang Wolanda".
Mulai Tenggelam
Akibat terjadi konflik yang tidak kunjung selesai, Oetoesan Melajoe pun mulai tenggelam secara perlahan. Puncaknya pada tahun 1922 yang mengganti nama menjadi Oetoesan Melajoe - Perobahan. Koran yang sebelumnya dicetak dua lembar atau empat halaman menjadi satu lembar atau dua halaman saja.
Sutan Maharadja pun didepak dari kursi kepala redaksi lalu digantikan oleh Abdoel Moeis yang juga tokoh pergerakan nasional. Oetoesan Melajoe memiliki kontribusi penting terhadap kebangkitan masyarakat Melayu dan berpengaruh dalam dunia Melayu.