Menelusuri Jejak Peninggalan Belanda di Kampung Recosari Boyolali, Ini Potretnya
Saat ini jejak keberadaan makam Belanda di Kampung Recosari hampir hilang tak bersisa
Recosari merupakan sebuah kampung yang berada di Desa Banaran, Kabupaten Boyolali. Kampung ini memiliki banyak bangunan peninggalan Belanda.
Berdasarkan postingan pegiat sejarah Ibnu Rustamadji dalam akun Instagramnya @benu_fossil, Kampung Recosari dulunya merupakan wilayah yang sangat luas. Awal mulanya wilayah tersebut merupakan kompleks makam Belanda.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Dimana bisa lihat rumah Belanda asli di Indonesia? Selain desain interior dan sisi ruangan yang menawarkan kesan unik, di Indonesia sendiri, banyak sekali ditemukan rumah peninggalan kolonialisme yang masih terjaga keasliannya. Walaupun sudah berkali-kali mengalami renovasi, rumah tersebut bahkan tidak bisa lepas dari arsitektur awalnya.
-
Dimana letak kolam renang peninggalan Belanda? Kolam Bekas Belanda ini berada di Desa Marancar Godang, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan.
-
Apa yang dilakukan Belanda? Pada praktiknya, tanah milik sultan itu kemudian disewakan kepada Belanda. Sementara itu, pemerintah kolonial memberikan konsesi kepada pemodal untuk mengolah hasil perkebunan tersebut. Mirisnya, rakyat yang ingin menggarap tanah harus memberikan konsesi kepada pemilik Afdeling.
-
Apa yang ditinggalkan Belanda di rumah itu? Jorien mengatakan kalau beberapa bagian di rumah itu masih asli peninggalan Belanda.
-
Apa yang terjadi di Purwokerto saat dikuasai Belanda? Mereka kemudian mengadakan pembersihan di desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
Warga kemudian membangun pemukiman di pinggir jalan utama. Pada masa kolonial, jalan utama yang melewati kampung itu merupakan bagian dari proyek Jalan Pos Anyer-Panarukan sesi Semarang-Vorstenlanden Surakarta dan Yogyakarta.
Kini bekas makam Belanda pada era kolonial telah banyak dibangun rumah-rumah. Namun beberapa reruntuhan bangunan yang menjadi penanda keberadaan makam Belanda itu masih bisa ditemukan. Selain itu ada sebuah rumah peninggalan Belanda di kampung itu yang hingga kini masih digunakan.
Berikut penelusuran jejak peninggalan kolonial Belanda di Kampung Recosari, Boyolali, seperti dikutip dari akun Instagram @bennu_fossil.
Gapura “Mementomori”
Salah satu penanda bahwa wilayah Kampung Recosari dulunya area pemakaman Belanda adalah sebuah gapura tua bertuliskan “Mementomori” yang artinya “Ingatlah Kematian”. Pada gapura itu terdapat tulisan “1939” yang diperkirakan menjadi tahun dibangunnya bangunan itu.
Salah satu warga Belanda yang tercatat dimakamkan di area itu adalah Dr. J.H.D.G Sanger yang wafat pada tahun 1892. Namun di Kampung Recosari, nisan, momentum, maupun reruntuhan mausoleum sudah tidak ditemukan. Ada dugaan pembongkaran makam terjadi antara tahun 1970-1980 guna perluasan wilayah pusat kota Kabupaten Boyolali.
Mausoleum Kecil yang Terlupakan
Tepat di timur laut gapura “Mementomori” Kampung Recosari, terdapat tiga buah mausoleum yang diduga milik keluarga elit Belanda-Jawa di Boyolali. Mausoleum sendiri diartikan sebagai monumen kematian. Pembuatannya dilakukan oleh keluarga sebagai bentuk rasa sayang pada mendiang sekaligus pengingat bagi anggota keluarga lain yang masih hidup.
Biasanya mausoleum ini berisi satu peti mati yang terkubur di bawah tanah dan batu nisan yang berdiri secara vertikal menghadap ke selatan. Mausoleum yang ditemukan di dekat area Kampung Recosari itu berada di tengah area pemakaman. Tidak ada catatan pasti milik siapa mausoleum itu.
Punya Bentuk yang Unik
Tiga buah mausoleum yang ditemukan di area pemakaman warga Kampung Recosari masing-masing memiliki bentuk yang unik. Tampak terdapat relung berbentuk setengah lingkaran pada salah satu mausoleum. Diduga relung itu dulunya dimanfaatkan sebagai tempat meletakkan bunga serta tempat batu nisan dulunya berada.
Menurut penjelasan dari akun Instagram @bennu_fossil, mausoleum seperti itu juga lazim dimiliki oleh golongan priyayi Jawa maupun Tionghoa. Pembangunan mausoleum itu pun tidak dilakukan sembarang orang karena harus memahami fengshui pemakaman yang rumit.
Rumah Peninggalan Kolonial Belanda
Di Kampung Recosari, terdapat sebuah bangunan tua peninggalan Belanda yang kini digunakan sebagai Balai Pertemuan Bhayangkari. Tidak ada catatan siapa pemilik bangunan itu pada masa kolonial. Ada dugaan pemilik bangunan itu merupakan seorang tuan tanah pemilik Hotel Boyolali.
Pada abad ke-18 hingga 19, seorang tuan tanah Hindia Belanda lazim memiliki banyak aset seperti perkebunan, hotel, dan gedung societeiet. Berdasarkan catatan pada tahun 1884, saat itu di Boyolali terdapat empat keluarga tuan tanah yaitu keluarga Dezentje, keluarga D’Abo, keluarga Doepert, dan keluarga Van Braam.