Gapura Kuno di Mojokerto Ini Dulunya Gerbang Makam Orang Kaya di Zaman Belanda, Intip Kisahnya
Sampai sekarang gapura ini masih terlihat kokoh dan estetik.
Sampai sekarang gapura ini masih terlihat kokoh dan estetik.
Gapura Kuno di Mojokerto Ini Dulunya Gerbang Makam Orang Kaya di Zaman Belanda, Intip Kisahnya
Terdapat bangunan gapura kuno sisa peninggalan zaman kolonial Belanda di Kota Mojokerto, Jawa Timur.
Menurut warga sekitar, dari cerita nenek moyang mereka, diketahui bahwa gapura ini merupakan pintu masuk menuju area pemakaman yang cukup luas.
Namun ada kisah kontroversial yang berkelindan dengan keberadaan makam ini.
Di zaman dulu, konon keberadaannya menuai pandangan negatif oleh warga pribumi.
-
Kenapa kompleks pemakaman di Mojowarno terbengkalai? Kini, jejak-jejak kejayaan agama kristen masih berdiri megah di Kecamatan Mojowarno. Sayangnya, salah satu bukti sejarah yakni kompleks pemakaman orang-orang Jawa Kristen di sana terbengkalai.
-
Siapa yang dimakamkan di kompleks makam kuno? Menurut penuturan masyarakat sekitar, tokoh utama yang dimakamkan di makam kuno itu adalah Kyai Jatikusumo.
-
Siapa yang dimakamkan di Makam Bergota? Di sana juga terdapat makam sejumlah tokoh penting. Makam Bergota Krajan, menurut warga sekitar, merupakan kompleks pemakaman paling tua di Bergota. Di sana banyak dimakamkan para pejabat penting pada masa Kerajaan Mataram Islam dan juga para pejabat penting dari pemerintah Hindia Belanda.
-
Siapa yang dimakamkan di Makam Kembang Kuning? Kompleks pemakaman ini sebelumnya diperuntukkan untuk warga negara Belanda , termasuk Eropa.
-
Siapa yang dimakamkan di makam mewah itu? Sebuah tulisan di batu nisan yang tertulis di segel memberikan petunjuk tentang kemungkinan identitas sosok yang dimakamkan di tempat tersebut: 'Batu nisan dari Pangeran Ming Ru Hou’an,' yang mengisyaratkan garis keturunan bangsawan dan gelar bergengsi.
-
Siapa yang dimakamkan di makam tersebut? Dilansir AOL, puncak dari penggalian sejauh ini adalah sebuah makam yang ditemukan pada tahun 2018 yang diyakini para ahli sebagai milik seorang pangeran Picene.
Kini, gerbang tersebut jadi salah satu bukti sejarah bahwa Mojokerto jadi salah satu kota yang memiliki bangunan peninggalan masa silam dengan arsitektur yang megah.
Gambar: Youtube Lentra Biru MJK.
Dikenal dengan Nama Begraafplaatsen Mojokerto
Mengutip Instagram @ceritamojokerto, bangunan ini dulunya dikenal dengan nama Begraafplaatsen Mojokerto atau gerbang pemakaman di Mojokerto. Nama lain dari gapura ini adalah Sekar Putih.
Bentuknya mirip gapura, dengan pilar di sisi kanan dan kiri yang saling terhubung di bagian atasnya. Bahannya dibuat dari bahan agregat beton yang kokoh, dengan warna khas art deco yakni putih susu.
Persisnya, Begraafplaatsen Mojokerto berada di Mergelo, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.
Sempat Menuai Kontroversi
Kembali ke zaman Belanda, didapati cerita bahwa gapura ini dulunya pintu masuk menuju pemakaman elit di Mojokerto. Keberadaannya sempat menuai cibiran warga sekitar, karena timbul kesenjangan antar masyarakat.
Permasalahan muncul ketika pemakaman hanya diperuntukkan bagi kaum elit Eropa dan Tionghoa, sedangkan warga sekitar tidak mendapatkan hak tersebut. Ketika status peruntukan berbeda, maka timbul kecemburuan sosial di masa itu.
Terlebih saat itu yang dimakamkan adalah orang-orang Eropa yang posisinya hanya sebagai pekerja di Mojokerto.
Walau demikian, pembangunan area makam tetap dilakukan dan pemerintah kolonial belakangan juga diketahui meraup keuntungan di balik keberadaan makam tersebut.
Ide Perencanaannya Sejak 1889
Mengutip Facebook Serpihan Catatan Ayuhanafiq, ide perencanaan gapura dan area pemakaman sebelumnya sudah ada sejak tahun 1889.
Ketika itu, residen Belanda di Surabaya terpikirkan untuk membuat area pemakaman di wilayah Mojokerto bagi warga Belanda yang bekerja di kota satelit.
Namun, ide ini baru terealisasi setelah penetapan gemeente Mojokerto pada 1911. Setelahnya, upaya perencanaan dilakukan melalui pencarian lahan sampai pengukuran, hingga ditemukan wilayah strategis di kawasan Kedundung, Magersari.
Ini kemudian diklaim bisa memudahkan orang Eropa dan Tionghoa untuk memakamkan anggota keluarganya, setelah sebelumnya harus dibawa jauh menuju Surabaya. Di sini, pemerintah setempat kemudian menentukan tarif tertentu untuk pemasukan kota.
Kini Jadi Taman Heritage
Menurut warga sekitar, dulu luasan makam terbagi menjadi dua. Bagian timur merupakan area pemakaman Belanda, sedangkan barat adalah khusus bagi warga Tionghoa.
Dulu bahkan kabarnya makam sampai ke dekat jalan By Pass dan berbatasan dengan area persawahan milik warga.
"Ini gapuranya yang bangun Belanda, makamnya dari dekat jalan terus tidak jauh ada sawah zaman dulu itu," kata warga sekitar, mengutip Youtube Zahira Aisya.
Agar aksesnya maksimal, pemerintah kota melakukan revitalisasi dengan melakukan perkerasan aspal pada jalan, juga memberikan susunan paving semen menuju area masuk makam.
Saat ini, kawasan makam sudah beralih fungsi menjadi lahan dan permukiman warga. Di sekitar Begraafplaatsen Mojokerto ini juga sudah ditata menjadi area taman heritage dengan diberi kursi dan lampu taman yang estetik.
Lokasi ini juga tak jarang menjadi tempat berswafoto bagi warga di sekitar Kedundung maupun luar wilayah. Lokasinya juga jadi lebih rapi, dan nyaman untuk dikunjungi.