Sejarah Majalah Al-Munir, Media Massa Islam Pertama di Indonesia Beraksara Jawi yang Terbit di Padang
Majalah ini juga memiliki 31 agen yang tersebar di Jawa, Sumatra, hingga Semenanjung Malaya.
Majalah ini juga memiliki 31 agen yang tersebar di Jawa, Sumatra, hingga Semenanjung Malaya.
Sejarah Majalah Al-Munir, Media Massa Islam Pertama di Indonesia Beraksara Jawi yang Terbit di Padang
Media massa di Indonesia sudah eksis sejak zaman penjajahan. Saat itu ada banyak majalah terbit dengan berbagai macam rubrik, tak terkecuali seputar agama Islam. Salah satu majalah itu bernama Al-Munir.
Al-Munir merupakan majalah Islam yang terbit dwi mingguan dengan tulisan aksara jawi yang terbit di Kota Padang. Majalah ini menjadi sebagai media massa Islam pertama yang ada di Indonesia. (Foto: Wikipedia)
-
Kapan Muslim Daily diluncurkan? Fitur Muslim Daily bisa ditemukan di aplikasi Kitabisa mulai tanggal 4 Maret 2024.
-
Kapan masa keemasan koran di Bandung? Cikapundung jadi daerah yang tersisa dari masa keemasan koran dan kini masih tetap bertahan di tengah senja kala yang mengancam keberadaannya.
-
Apa nama surat kabar pertama di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama 'Mataram Courant' dan satunya lagi bernama 'Bintang Mataram'.
-
Siapa yang menjadi redaktu Majalah Indonesia? Keterlibatannya di majalah tersebut membuat Suparna makin marah terhadap kalangan penjajah. Ia lantas dipercaya sebagai redaktu Majalah Indonesia dan menerbitkan berbagai tulisan yang provokatif dan mengajak rakyat untuk melawan kekuasaan Belanda.
-
Bagaimana Islam menyebar di Indonesia? Penyebaran Islam di Indonesia pun cukup luas mulai dari Jawa hingga Sumatera, Sulawesi hingga Papua, dan dari pulau-pulau kecil di timur hingga pulau-pulau besar di barat, Islam telah meresap dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
-
Siapa Tokoh Besar Muhammadiyah dari Minangkabau? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.
Majalah ini berisikan rubrik tajuk rencana seputar Islam, forum tanya jawab yang berkaitan dengan ilmu-ilmu fikih, perkembangan Islam di dunia, serta kronik terjemahan dari bahasa Timur Tengah.
Al-Munir rajin menyerukan kepada pembaca untuk kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang murni. Majalah ini juga menjadi corong gerakan kaum muda dalam gelombang pembaruan Islam jilid kedua di Minangkabau.
Adaptasi dari Media Islam Singapura
Melansir dari beberapa sumber, sebelum kemunculan Al-Munir sudah ada lebih dulu majalah bernama Al-Imam yang terbit di Singapura sekira tahun 1906. Majalah ini masih keterkaitan dengan Al-Urwatul Wusqa yang diterbitkan oleh Jamal-al-Din Afghani dan Muhammad Abduh.
Setelah Al-Imam terbit, delegasi dari Minangkabau saat itu yakni Abdullah Ahmad menemui ketua redaksi untuk menyampaikan pesan jika ingin menerbitkan majalah dengan konsep yang serupa.
Saat kembali ke Indonesia, Abdullah Ahmad mendapat dukungan dari pedagang lokal sehingga Al-Munir pun berhasil diterbitkan. Perkumpulan Al-Munir ini sendiri terdiri dari para ulama dari kelompok pembaharu atau kaum muda.
Resmi Terbit
Al-Munir resmi terbit perdana pada 1 Rabiulakhir 1329 Hijriyah. Penamaan "Al-Munir" ini sendiri diartikan sebagai lilin atau suluh. Majalah ini terbit setiap hari Sabtu, pada awal dan pertengahan bulan dalam Kalender Islam.
Majalah ini sebagian besar terbit dalam jumlah 16 halaman. Begitu juga tulisan yang dimuat masih menggunakan aksara atau abjad jawi. Hal ini berkaitan dengan masyarakat Minangkabau yang masih menggunakan aksara jawi untuk menulis serta membaca.
Al-Munir pun mendapatkan penghasilan dari para langganannya. Majalah ini juga memiliki 31 agen yang tersebar di Jawa, Sumatra, hingga Semenanjung Malaya. Namanya semakin dikenal pembaca karena memanfaatkan jaringan majalah Al-Imam yang sudah tidak terbit.
Secara umum, isi majalah ini menyerukan umat Islam untuk kembali kepada ajaran yang murni. Selain itu, mengargumentasikan kesesuaian Islam dengan sains dan rasionalitas modern.
Berhenti Terbit
Setelah berjalan 4 tahun, Al-Munir resmi berhenti terbit pada tahun 1915. Dalam perpisahannya dan terbitan terakhir ada edisi spesial dengan judul "Khatama". Karangan tersebut berisi keterangan bahwa Al-Munir tidak dapat dilanjutkan lagi.
Penyebab utama berhentinya penerbitan majalah Al-Munir ini karena faktor keuangan yang tidak mencukupi. Pada edisi terakhir, banyak dimuat soal pengumuman kepada agen dan langganan agar mengirimkan uang langganannya.
Di sisi lain, para pengelola majalah yang terdiri dari ulama ini tidak memiliki latar belakang sebagai seorang pedagang. Penerbitan ini pun hanya bertujuan untuk dakwah, tanpa diiringi dengan kemampuan bisnis serta profesionalitas.