Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Organisasi Massa Islam Golongan Kaum Tua di Tanah Minang
Sebuah organisasi besar yang berhaluan Syafii Asy'ari ini berubah menjadi partai politik golongan kaum tua untuk menandingi gencarnya gerakan kaum muda.

Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau disingkat Perti berdiri pada 5 Mei 1928 di Canduang, Agam, Sumatra Barat. Perti didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuli.

Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Organisasi Massa Islam Golongan Kaum Tua di Tanah Minang
Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau disingkat Perti berdiri pada 5 Mei 1928 di Canduang, Agam, Sumatra Barat. Perti didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar-Rasuli. Pada saat itu, banyak berdiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) di Sumatra Barat, Sulaiman pun berinisiatif untuk menghubungkan MTI tersebut.
Berdirinya Perti ini tak lepas dari pihak kaum tua yang ingin mempertahankan i'tiqad Ahlu Sunnah Wal Jammah dan Mazhab Syafi'i di tengah gempuran kaum muda yang cenderung menentang sistem tersebut.
(Foto: Wikipedia)
Setelah berhasil menggabungkan visi dan misi serta melahirkan gagasan utama, akhirnya terbentuklah Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (PMTI) tahun 1930. Saat berada di bawah pimpinan Rusli Abdul Wahid, organisasi ini kembali mengubah namanya menjadi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) pada tahun 1934.
Adanya Perti ini justru menjadi sebuah bumerang, terdapat dua kubu yang berbeda. Setelah melakukan beberapa kali pertemuan, Buya Rusli menyarankan penggunaan akronim Peri menjadi akronim singkatan dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah.
Berubah Menjadi Partai Politik
Peran Perti di dunia politik pun sudah dimulai sejak awal berdiri yang tergabung dalam Gabungan Politik Indonesia atau GAPI. Tahun 1942, Perti melakukan kongres ke-III di Padang dan memutuskan untuk bergabung dengan Majelis Islam Tinggi (MIT).
MIT merupakan sebuah organisasi Islam yang meliputi seluruh daerah Sumatra yang diketuai oleh Syekh Muhammad Djamil Djambek. Secara umum MIT berfokus di persoalan agama.
Per 22 November 1945, Perti resmi bertransformasi menjadi partai politik dengan nama Partai Islam Perti. Kata "Persatuan" dalam singkatan Perti pun berubah menjadi "Pergerakan". Perubahan ini dikukuhkan kembali pada Kongres ke-IV di Bukittinggi pada 24-26 Desember 1945.
Dihimpun dari beberapa sumber, Perti yang tergolong partai Islam ini meraih 483.014 suara sehingga mendapatkan jatah 4 kursi di DPR-RI dan 7 kursi Konstituante.
Terjadi Perpecahan
Selama Perti berjalan sebagai partai politik, telah terjadi perpecahan di kubu internal. Partai yang pada tahun 1950 memiliki 1.007.400 orang anggota itu pecah karena adanya sengketa di Partai PERTI antara kubu Rusli Abdul Wahid dengan Sirajuddin Abbas.
Sulaiman Ar-Rasuli pun memberikan solusi dengan kembali "setelan pabrik" dengan nama Persatuan Tarbiyah Islamiyah, sebuah organisasi pendidikan dan dakwah Islam non-politik. Walaupun seruan tersebut sudah disampaikan, namun perpecahan tetap tak terelakkan pada zaman Orde Baru.
Tahun 1969, Sirajuddin Abbas dan Sulaiman Ar-Rasuli bersama pendukungnya membentuk kepengurusan sendiri dengan sebutan Tarbiyah yang berpolitik melalui Partai Golkar.
Konsep Keagamaan
Mengutip beberapa sumber, Persatuan Tarbiyah Islamiyah yang cenderung dibentuk oleh pendukung Kaum Tua, mereka sangat menegakkan prinsip Fikih Syafii, Akidah Asy'ari, dan Tasawuf Sunni.
Sebagian besar anggota beserta simpatisannya itu mengikuti Naqsyabandiyah-Khalidiyah. Kemudian, Perti sejak awal berdiri sudah menjadi bagian dari lembaga pendidikan Islam.
Kurikulumnya pun setara dengan pesantren sehingga namanya berganti dari Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) menjadi Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (PPMTI) atau Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah (PPTI).
Dari segi persebaran, MTI diperkirakan sudah mencapai cakupan ke Lamakera, Nusa Tenggara Timur dengan jumlah 400 kantor cabang pada tahun 1957.