Cerita Masa Lalu Rumah Sakit Tertua di Purwakarta, Pernah Alami Kebakaran Sampai Harus Pindah Lokasi
Saking berpengaruhnya, banyak pembesar Belanda yang bersinggungan dengan rumah sakit ini, seperti Gubernur Jenderal Andries Cornelis Dirk van de Graeff.
Rumah Sakit Bayu Asih merupakan tempat pelayanan kesehatan tertua yang pernah berdiri di Kabupaten Purwakarta. Dahulu, nuansa kolonial begitu terasa di seluruh bentuk bangunannya. Diketahui, rumah sakit ini pertama didirikan pada 1925 silam.
Sebagai bangunan bersejarah, tentu lokasi ini memiliki banyak kisah di masa silam terkait perannya untuk membantu kesembuhan masyarakat. Selain itu, rumah sakit ini juga pernah mengalami kisah pahit ketika hampir seluruh bangunannya habis dilahap si jago merah sampai harus berpindah lokasi.
-
Bagaimana Rumah Sakit Pasir Junghuhn di masa lampau? Pada masa itu, rumah sakit ini juga termasuk fasilitas pelayanan kesehatan paling lengkap di masanya.
-
Dimana peristiwa kebakaran terjadi? Peristiwa tersebut terjadi di ibu kota Kerajaan K'anwitznal dekat lokasi pemakaman.
-
Apa yang unik dari rumah di Purwakarta? Sebuah rumah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terbilang unik dan berbeda. Bangunan tempat tinggal itu berdiri di samping tempat pemakaman umum (TPU) Sirnaraga di wilayah tersebut.
-
Mengapa nama Rumah Sakit Pasir Junghuhn diganti? Pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial Belanda mengganti nama Keperawatan Pangalengan/ Vereeniging Pengalengan Ziekenver Plegin V.P.Z.P. menjadi Pasir Junghuhn untuk menghormati sosok ahli pertanian terkenal yang dermawan, Franz Wilhelm Junghuhn.
-
Apa ciri khas Purwakarta sebagai kota pensiunan? Ini terkait tata kotanya yang nyaman, serta jauh dari hiruk pikuk. Selain itu, wilayah Purwakarta juga masih teduh dan banyak ditanami pepohonan dan berada di kawasan dataran tinggi yang membawa suasana tenang.
-
Dimana lokasi Purwakarta yang membuatnya nyaman? Selain itu, wilayah Purwakarta juga masih teduh dan banyak ditanami pepohonan dan berada di kawasan dataran tinggi yang membawa suasana tenang.
Saking berpengaruhnya, banyak pembesar Belanda yang pernah bersinggungan dengan rumah sakit ini, seperti Gubernur Jenderal Jhr. Mr. Dr. Andries Cornelis Dirk van de Graeff dan residen setempat, Hr. A. Sangster.
Berdiri di lahan seluas 5 hektare dengan luas bangunan 5.000 persegi, berikut kisah masa lalu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Dulu Jadi Rumah Sakit yang Dibanggakan
Mengutip disipusda.purwakartakab.go.id Kamis (22/8), mulanya rumah sakit ini dibuat oleh Nederlandsche Zendings Vereeniging (Gevestigd te Rotterdam, Zendelingen Java te Poerwakarta) untuk Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Keberadaannya sangat dibanggakan, karena menjadi rumah sakit terpadu dan merupakan milik dari Yayasan Gereja Kristen Pasundan (GKP). Orang-orang dari pinggiran, bisa terbantu dengan adanya Rumah Sakit Bayu Asih.
Saking dibanggakannya, peresmian rumah sakit sampai dihadiri Gubernur Jenderal Jhr. Mr. Dr. Andries Cornelis Dirk van de Graeff beserta pemimpin residen, lalu Bupati Karawang di Purwakarta R.A.A. Soeriamihardja, Hr. Slotemaker de Bruine, Pendeta O.E. van der Brug, dr. W.J.L. Bake, dr. Wimmel dan dr. F.J. Bosman (Zend.Arts) dan Suster Kepala Zr. H. Hazewindus.
Agar semakin meriah, turut dilakukan pengguntingan pita yang dilakukan oleh istri Gubernur Jenderal yakni, Freule Londa.
Sempat Terbakar hingga Pindah Lokasi
Saat belum lama didirikan, rumah sakit ini pernah mengalami kondisi sulit yakni kebakaran pada 1927. Bahkan saat itu, keberadaannya harus dipindahkan dari yang mulanya di Jalan Cipaisan lalu dipindah ke Jalan Raya Purwakarta Utara yang saat ini menjadi Jalan Raya Veteran.
Bekas lokasi rumah sakit, kemudian dialihfungsikan sebagai Sekolah Kejuruan Kepandaian Putri (SKKP) Negeri dan Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA).
Saat ini, lahan tersebut dijadikan sebagai bangunan SMP Negeri 4 Purwakarta, untuk memenuhi kebutuhan sekolah menegah pertama di kabupaten tersebut.
Memberi Kasih untuk Sesama
Pembangunan rumah sakit ini berlangsung sampai 1930, dan sepakat diberi nama “Bayoe Asih (ejaan lama)” yang berarti “Pemeliharaan di dalam kekuatan derma pengasihan” yang dipersembahkan oleh komunitas penginjilan Bayoe Asih te Poerwakarta.
Total anggaran pembangunan mencapai Nf 280.000 (dua ratus delapan puluh ribu Nederlands florijn=gulden atau rupiah), yang didapat dari sumbangan masyarakat, zending, perusahaan Pamanoekan & Tjiasem Landen serta Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Sejak dulu, rumah sakit Bayu Asih sudah menjalankan program kesehatan berupa rawat jalan, rawat inap di 7 (tujuh) bangsal, kemudian bengkel, apotik, sekolah juru kesehatan juga asrama.
Lahirkan Lulusan Pahlawan Nasional
Meski dibangun Belanda, nyatanya rumah sakit ini terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar dan memiliki kompetensi. Salah satu lulusan asrama pendidikan kesehatan di sana adalah orang Indonesia bernama Mayor Tjilik Riwut (1918-1987).
Ia merupakan lulusan sekolah asrama Bayu Asih dan kemudian menjabat sebagai Laksamana Marsekal Pertama Tituler dan telah ditetapan sebagai pahlawan nasional. Sebelumnya, Tjilik Riwut pernah menjabat sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya (1957-1966), kemudian wedana di Sampit dan Bupati Kotawaringin.
Pemimpin resmi saat awal berdiri rumah sakit tersebut adalah dr. Johannes Leimena, yang merupakan mahasiswa lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen atau STOVIA. Dulunya, kampus ini merupakan sekolah kesehatan paling bergengsi di Batavia dan Hindia Belanda.
Tangani Korban Perang Revolusi
Setelah kemerdekaan, Indonesia masih kembali digempur oleh Belanda dan sekutu. Banyak para penjuang, termasuk di Purwakarta yang menjadi korban keganasan bangsa penjajah.
Mereka yang menderita serangan perang yang cukup parah, kemudian diungsikan salah satunya ke Rumah Sakit Bayu Asih. Saat itu fasilitas di rumah sakit tersebut cukup lengkap, sehingga menjadi rujukan.
Tenaga kedokteran di Bayu Asih sudah sangat mumpuni seperti dr. Soehardi Hardjoloekito. dr. Soegiri (Ahli Kesehatan Anak) dan dr. Poedjono. Kemudian, dr. Admiral (sebagai dokter pengungsi dari Bandung), dr. Soegeng (kepala dinas kesehatan setempat), serta dr. Sadikoen,
Tempati Bangunan Baru
Mengutip situs rsba.or.id, saat ini keberadaan Rumah Sakit Bayu Asih sudah banyak berubah.
Sejak pasca kemerdekaan, pemerintah setempat sudah beberapa kali melakukan renovasi bangunan menjadi lebih modern dan nyaman. Sebelumnya, desain masih bergaya kuno dengan dinding yang disusun dengan batu sungai.