Melihat Bekas Rumah Sakit Belanda Berusia Satu Abad Lebih di Pangalengan, Kamar Mayat dan Ranjang Pasien Masih Asli
Pada masa itu, rumah sakit ini juga termasuk fasilitas pelayanan kesehatan paling lengkap di masanya.
Sebuah rumah sakit bergaya Belanda masih berdiri kokoh di tengah hamparan perkebunan teh di Purbasari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Menurut keterangan pengelola, bangunan ini berdiri pada 1917 silam dan saat ini usianya mencapai 1 abad lebih.
Gaya arsitekturnya kental bernuansa art deco, dengan dinding bercat putih dan terdiri dari tumpukan batu bulat yang disusun rapi. Ornamen jendela dan pintunya juga masih dipertahankan sejak pertama kali berdiri.
-
Dimana bangunan tua itu berada? Keberadaan bangunan tua itu tersembunyi di balik keriuhan pertokoan di kawasan Kranggan.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Apa yang ada di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama? Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama sebagian besar berasal dari penelitian yang dilakukan di kawasan Banten Lama.
-
Apa yang ada di dalam Rumah Bersejarah itu? Di sana masih terdapat foto-foto jadul. Salah satu foto hitam putih memperlihatkan Raden Mas Ari Sumarmo yang masih kecil. Di samping itu terdapat banyak benda-benda asli peninggalan zaman dulu seperti kursi, guci, dan mesin jahit.
-
Dimana lokasi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama? Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama yang terletak di Jalan Raya Serang - Jakarta, Kecamatan Serang, Kota Serang.
-
Apa saja bangunan tua yang ada di Kampung Melayu Semarang? Bangunan-bangunan tuanya, seperti Masjid Menara, gedung tua tak bernama, dan Menara Syahbandar, menyimpan cerita menarik dari masa lampau.
Properti lain seperti ranjang, alat penumbuk obat, sampai lemari juga tidak diganti sejak awal. Di rumah sakit tersebut juga terdapat sebuah kamar mayat yang sejak awal tidak pernah diubah posisinya.
Keberadaan rumah sakit bernama Pasir Junghuhn ini, bukan hanya saksi bisu perkembangan industri kina dan teh, namun juga kemajuan fasilitas kesehatan wilayah Priangan di masa silam. Berikut informasinya.
Mulanya Jadi Klinik untuk Para Pekerja Perkebunan
Di masa silam, rumah sakit ini awalnya tidak diperuntukkan bagi masyarakat umum. Catatan di laman kebudayaan.kemdikbud.go.id menyebutkan bahwa Rumah Sakit Pasir Junghuhn didirikan di tengah-tengah perkebunan kina dan teh.
Dari bentuknya, rumah sakit ini menyerupai sebuah kompleks bangunan yang memanjang dan difungsikan sebagai kamar rawat inap pasien. Pasien yang ditangani saat itu, seluruhnya merupakan pegawai perkebunan dan hampir semuanya dari kalangan perempuan, anak dan lansia.
Itulah mengapa rumah sakit yang mulanya bernama Keperawatan Pangalengan/ Vereeniging Pengalengan Ziekenver Plegin V.P.Z.P. ini hanya dikhususkan bagi mereka yang bekerja dan para keluarganya.
Didirikan untuk Mengenang Sosok Junghuhn
Pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial Belanda mengganti nama Keperawatan Pangalengan/ Vereeniging Pengalengan Ziekenver Plegin V.P.Z.P. menjadi Pasir Junghuhn untuk menghormati sosok ahli pertanian terkenal yang dermawan, Franz Wilhelm Junghuhn.
Sosok ini dahulu dikenal dengan gagasan penanaman Kina dan tehnya yang mampu mendompleng perekonomian Belanda. Tanaman kina yang ia gagas juga mampu mengatasi wabah malaria yang menyerang Hindia Belanda, sehingga ia bisa dikatakan sebagai pahlawan kesehatan.
Sebagai upaya penghormatan, nama Junghuhn kemudian diresmikan sebagai nama dari rumah sakit tersebut.
Ranjang dan Beberapa Peralatan Medis Masih Asli
Merujuk Youtube Jejak Siborik, banyak di antara properti rumah sakit yang merupakan peninggalan tahun 1900-an. Beberapa yang masih bisa digunakan adalah ranjang besi, dengan penyangga tubuh berbahan kayu.
Fungsinya bisa dilipat sesuai kebutuhan yang sedang dirawat. Alat ini juga dulu digunakan untuk membantu pasien perempuan pegawai perkebunan yang akan melahirkan. Kemudian ada juga ruangan pemantauan, juga lemari dengan ornamen asli peninggalan era tersebut.
Ada juga alat peracik obat yang terbuat dari keramik, dan biasa digunakan oleh apoteker untuk mencampurkan beberapa bahan herbal.
“Jadi ranjangnya, sama ada boks bayi ini masih asli, yang lama, dulu itu pakainya kasur kapuk,” kata Dani, pegawai di divisi administrasi RS Pasir Junghuhn, dikutip Merdeka.com, Selasa (3/9).
Kamar Mayat Masih Asli
Meski terbilang rumah sakit kecil, bangunan RS Pasir Junghuhn dahulu juga memiliki fasilitas yang lengkap salah satunya kamar mayat. Ruangan ini, dahulu difungsikan untuk menyimpan pasien yang meninggal sembari menunggu anggota keluarga yang menjemput.
Seperti terlihat, masih ada semacam pembaringan untuk mencuci jenazah pasien. Di bagian ujungnya, terdapat lubang untuk pembuangan air yang langsung dialiran ke saluran di luar rumah sakit.
“Jadi kamar mayat ini dulu dipakai untuk pasien yang meninggal sambil menunggu keluarganya, bisa dimandikan di sini,” kata Dani
Rumah Sakit Paling Lengkap di Masanya
Pada masa itu, rumah sakit ini juga termasuk fasilitas pelayanan kesehatan paling lengkap di masanya.
Kebutuhan akan pelayanan kesehatan bisa dilakukan di sini, mulai dari perawatan umum, pemeriksaan dan tindakan kehamilan sampai operasi kecil seperti usus buntu, benjolan dan lain sebagainya.
Di masanya, pelayanan kesehatan di sini juga gratis sebagai bentuk pelayanan terhadap para pegawai perkebunan beserta anggota keluarganya. Di sudut lain, rumah sakit ini juga memiliki ruangan laundry sendiri dengan alat pencuci dan pengering pakaian dan kain basah.