Melihat Bangunan Tua Bekas Pabrik Kakao Peninggalan Belanda di Garut, Masih Terjaga Keasliannya
Perkebunan Bunisari Lendra dulunya merupakan salah satu perkebunan kakao terbaik di Jawa Barat.
Kemunduran produksi komoditi kopi membuat pemerintah Hindia Belanda mulai mencoba mengembangkan budidaya kakao berjenis forestero yang diimpor langsung dari Venezuela.
Sejak saat itu, perkebunan kakao mulai berkembang di Pulau Jawa. Hingga produksi kakao di Hindia Belanda mencapai masa keemasan pada tahun 1938 dengan dibukanya 13 perkebunan baru yang tersebar di seantero Pulau Jawa.
-
Dimana bangunan tua itu berada? Keberadaan bangunan tua itu tersembunyi di balik keriuhan pertokoan di kawasan Kranggan.
-
Dimana pabrik cokelat kuno itu berada? Arkeolog menemukan pabrik cokelat kuno di dalam sebuah rumah zaman pertengahan berusia 600 tahun di Barcelona, Spanyol.
-
Bagaimana tempat tinggal itu terjaga sampai sekarang? Pada saat itu, sebuah runtuhan batu menghalangi pintu masuk gua sehingga mengunci isinya seperti kapsul waktu prasejarah.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Apa yang masih utuh di Pabrik Gula Tasikmadu? Salah satu lokomotif yang tersimpan di sana adalah Lokomotif TM 6. Lokomotif ini menjadi yang terbesar di Pabrik Gula Tasikmadu. Sementara di samping kanannya ada Lokomotif TM 5 dan sebuah lokomotif diesel. Sementara di sebelah kirinya ada satu unit gerbong penumpang yang terbuat dari kayu.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
Namun kini perkebunan-perkebunan kakao itu banyak yang telah hilang tanpa jejak. Tanaman kakao juga telah digantikan oleh komoditas perkebunan lain yang dinilai lebih menguntungkan.
Namun di Bunisari Lendra, jejak-jejak kejayaan kakao di masa lalu masih dapat ditemukan secara utuh. Di sana terdapat sebuah kompleks pabrik penghasil kakao yang bangunannya masih asli peninggalan Belanda.
Berikut selengkapnya:
Perkebunan Kakao Terbaik di Jawa Barat
Perkebunan Bunisari Lendra dulunya merupakan salah satu perkebunan kakao terbaik di Jawa Barat. Hingga kini, hasil panen kakao di sana masih dimanfaatkan untuk produksi cokelat pada sejumlah pabrik cokelat di Indonesia.
Perkebunan Bunisari Lendra kemungkinan sudah berdiri pada tahun 1810 hingga 1811. Saat itu, Bunisari merupakan perkebunan karet di bawah perusahaan NV Pirelli Java. Ada kemungkinan, dulunya Bunisari merupakan pemasok karet alam untuk kebutuhan ban perusahaan Pirelli.
Lokasi perkebunan ini cukup strategis, karena berada di tengah-tengah jalur antara Pelabuhan Cilauteureun dan Stasiun Kereta Api Cikajang. Dulunya, perkebunan Bunisari memiliki fasilitas yang cukup lengkap dengan rumah-rumah para pegawainya yang nyaman ditempati.
Tetap Dibiarkan Berdiri
Seiring berjalannya waktu, perkebunan karet di Bunisari diubah menjadi perkebunan kakao. Sebagian tanaman kakao di Perkebunan Bunisari ditanam pada tahun 1920-1938. Pada saat itu, perkebunan kakao di Bunisari menjadi percontohan bagi perkebunan kakao di Hindia Belanda bahkan di Asia. Setelah kemerdekaan, perkebunan Bunisari diubah lagi menjadi perkebunan karet hingga saat ini.
Walaupun sudah tidak digunakan, bangunan pengolahan kakao pada zaman Belanda tetap dibiarkan berdiri. Tata letak dan konstruksinya tetap dibiarkan dan tidak ada perubahan yang signifikan.
“Dulu orang tua saya kerja di sini. Waktu itu pabrik ini masih mengolah kakao menjadi cokelat,” kata Pak Rahmat yang sekarang menjabat sebagai Humas di Perkebunan Bunisari, dikutip dari kanal YouTube Jejak Siborik.
Rumah Administratur Peninggalan Belanda
Di kawasan perkebunan itu masih terdapat beberapa rumah administratur peninggalan Belanda. Dibanding rumah administratur perkebunan peninggalan Belanda di tempat lain, rumah administratur di Perkebunan Bunisari terbilang mewah.
Luas dapurnya bisa mencapai luas rumah-rumah warga pada umumnya. Apalagi ruangan utama yang membentang dari pintu belakang sampai pintu utama. Selain itu teras dan halamannya sangat luas. Kini bangunan rumah peninggalan Belanda ini dijadikan penginapan.
“Apabila ada tamu-tamu dari kantor direksi, dari regional di sini tempatnya. Kalau orang umum tidak di sini tempatnya. Kita kasih di bungalow,” kata Pak Rahmat