Melihat Kehidupan Warga di Pinggiran Bandung, Moda Transportasinya Pakai Rakit
Rakit ini benar-benar berjasa mengantar jemput warga untuk mengakses pendidikan hingga peputaran ekonomi.
Tak seluruh Kota Bandung tampak seperti wilayah metropolitan. Sebab masih banyak wilayah Kota Kembang yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan, seperti di wilayah Kampung Cirawa, Desa Margaluyu, Kecamatan Cipendeuy, Kabupaten Bandung, Barat.
Lokasi di sini masih didominasi perkampungan dan perbukitan yang dibatasi oleh Waduk Cirata. Ini yang membuat jaringan jalan belum terhubung sempurna dan membuat warga kesulitan untuk beraktivitas.
-
Di mana rel kereta api di Bandung melewati rumah warga? Di kawasan permukiman padat penduduk, Kelurahan Maleer, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat, terdapat sisa rel kereta api yang tembus ke rumah-rumah warga.
-
Bagaimana cara keliling Kota Bandung? Dengan tarif terjangkau Rp20 ribu, Anda akan diajak berkeliling melewati tempat-tempat ikonik dan bersejarah di Kota Kembang.
-
Bagaimana pemandangan Curug Cibadak dari jalan desa? Keindahan curug ini bisa disaksikan dari pinggir jalan desa. Benar-benar indah. Jawa Barat merupakan daerah dengan banyak curug atau air terjun. Biasanya masing-masing curug memiliki keindahan atau keunikannya tersendiri, seperti pada Curug Cibadak di Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Bagaimana transportasi di Bandung di tahun 1927? Di pada 1927 silam misalnya, pengunjung luar daerah sudah lazim menggunakan transportasi massal kereta api uap. Saat turun di stasiun Bandung, mereka langsung dapat menikmati keindahan Bandung dengan berkeliling menggunakan delman ataupun kendaraan bus.
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Apa yang terkenal dari Kota Bandung? Tentu semua orang sudah tahu kalau alat musik tradisional angklung berasal dari Jawa Barat. Berkat Saung Angklung Udjo, alat musik angklung jadi terkenal hingga ke mancanegara.
Agar mudah dalam mobilitas, masyarakat di sana biasa menggunakan moda transportasi rakit bambu sederhana yang bisa ditumpangi 10 sampai 15 orang sekaligus. Rakit ini benar-benar berjasa mengantar jemput warga untuk mengakses pendidikan hingga peputaran ekonomi.
Di bulan-bulan tertentu seperti sekarang, kondisi air diketahui mulai menyusut. Bagian darat dari waduk tersebut kemudian mulai terlihat, dan memudahkan warga untuk melakukan perpindahan sosial. Seperti apa kondisi Kampung Cirawa? Berikut informasinya.
Mirip di Pesisir
Keberadaan rumah-rumah warga yang berbatasan dengan bibir Waduk Cirata, membuak kampung tersebut layaknya pesisir pantai atau laut. Perbatasan air dengan daratan juga ditandai dengan keadaan tanah yang menjorok ke perairan waduk, sehingga mirip dengan kawasan pantai.
Mengutip Youtube Petualangan Alam Desaku, Senin (26/8), kondisi ini seolah dipertegas dengan adanya moda transportasi perahu kecil, mirip yang digunakan para nelayan di wilayah pantai selatan Jawa Barat.
“Nah mengapa ada perahu di sini, bibir Waduk Cirata, karena biasanya air bisa sampai naik. Tapi sekarang sedang surut,” kata kreator di kanal Youtube tersebut.
Pemandangannya Sangat Indah
Meski masuk kawasan perairan buatan, namun pemandangan di sekitar Waduk Cirata benar-benar membuat betah. Ini dikarenakan di sekelilingnya terdapat perbukitan yang memanjang, dan dipenuhi pepohonan hijau.
Dari halaman rumah-rumah warga, pemandangan Waduk Cirata juga amat jelas sehingga keindahan pesisir buatan itu bisa dirasakan langsung setiap hari.
Namun saat musim hujan di sekitar bulan Januari sampai Mei, air akan langsung meluber dan mendekati permukiman warga. Ini karena daya tampung waduk begitu besar, sehingga seluruh air hujan bisa langsung memenuhi ruang di waduk.
Warga Gunakan Air Waduk untuk Mandi dan Mencuci
Selama waduk masih dipenuhi air, warga akan terus memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Biasanya, warga memakai air Waduk Cirata untuk kebutuhan mandi hingga mencuci pakaian.
Ini terlihat dari banyaknya ibu-ibu yang berada di sekitar bibir waduk seperti dimuat di tayangan tersebut. Para kaum ibu ini, terbiasa mencuci pakaian secara bersama-sama sembari berinteraksi.
“Jadi air di sini dipakai mencuci dan mandi, karena di atas (permukiman warga) itu kan tidak ada air. Kalau minum mah airnya ditampung di pak RW,” kata ibu-ibu yang sedang mencuci di Waduk Cirata.
Transportasinya Gunakan Rakit
Sehari-hari, warga masih menggunakan moda transportasi perahu rakit untuk mobilitas menyeberangi waduk.
Seperti tampak di lokasi, terdapat seseorang sebagai juru kemudi yang memegang tali sling baja melintang untuk memudahkan rakit berpindah dari sisi satu ke sisi lainnya dan memuat sejumlah penumpang.
Banyak di antaranya para penumpang merupakan anak sekolah yang lokasi tempat pendidikannya berseberangan dengan desa tempat tinggal mereka.
“Biasanya, setelah rakit menunggu cukup lama, kemudian akan ditarik menuju sisi lainnya. Dalam satu rakit ini terdapat hingga 15 orang, anak-anak sekolah,” kata kreator video.