Bertaruh Nyawa, Potret Warga Cikeusal Serang Gunakan Jembatan Bambu Rapuh untuk Seberangi Sungai Ini Memprihatinkan
Bahkan dikabarkan pernah ada warga yang meninggal dunia usai terjatuh dari atas jembatan saat menyeberangi sungai tersebut.
Perbaikan infrastruktur menjadi hal yang penting bagi masyarakat terutama di wilayah perdesaan. Sering kali ketiadaan fasilitas penunjang menyulitkan warga untuk beraktivitas sehari-hari, seperti yang dialami warga di Desa Katulisan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang.
Di sana, penduduk harus menyeberangi Sungai Cisangu menggunakan jembatan ala kadarnya yang terbuat dari batang bambu. Akses penghubung ini dibuat secara swadaya oleh warga sekitar, karena ketiadaan fasilitas jembatan permanen.
-
Siapa yang terdampak kerusakan jembatan? Warga sekitar mengaku jika kerusakan jembatan gantung sudah terjadi cukup lama. Padahal, jembatan ini merupakan akses satu-satunya di sana sebagai media mobilitas sekaligus perputaran ekonomi warga.
-
Di mana jembatan yang rusak berada? Temui Jembatan Rusak di Wakatobi
-
Bagaimana warga melewati jembatan? Warga harus berhati-hati saat melintasinya dan berpegangan pada tali baja yang tersisa di sisi jembatan.
-
Dimana letak Desa Gabus Serang yang tak punya jembatan? Beginilah kondisi anak-anak siswa Sekolah Dasar (SD) di Kampung Nambo, Desa Gabus, Kecamatan Kopo, Kabupaten Serang yang bertaruh nyawa saat berangkat dan pulang sekolah.
-
Mengapa warga takut melintasi jembatan? Warga harus bertaruh nyawa saat melintas di jembatan penghubung dua kecamatan itu. Parahnya keadaan jembatan tersebut membuat warga sekitar resah.
-
Apa yang membuat jembatan rusak? Kondisinya sudah miring, dengan beberapa bagiannya berlubang. Bahkan, salah satu tali baja penopang beban juga putus.
Sayangnya, akses satu-satunya yang menghubungkan antara Desa Katulisan dengan Desa Panyabrangan ini kondisinya memprihatinkan karena sudah rapuh. Tak ada pilihan, karena jalur lain jaraknya memutar hingga 5 kilometer.
Warga Bertaruh Nyawa
Terlihat di lokasi bahwa jembatan hanya ditumpuk menggunakan 3 sampai 4 batang bambu saja. Warga juga merekatkannya menggunakan paku dan kawat, yang kekuatannya jauh dari kondisi standar.
Mereka harus siap bertaruh nyawa, karena pijakan yang kecil dan licin terutama saat hujan. Apalagi, jembatan dengan Sungai Cisangu terpantau cukup tinggi sekitar 8 meter dan panjang 15 meter sehingga sangat beresiko.
Bahkan menurut pemberitaan dari YouTube SCTV Banten, pernah ada warga yang dikabarkan meninggal dunia usai terjatuh dari atas jembatan saat menyeberangi sungai tersebut.
Jadi Satu-Satunya Akses Warga
Jalan memutar yang amat jauh membuat warga sekitar sangat mengandalkan jembatan ini. Setiap hari, anak-anak sekolah, warga yang bekerja dan ibu-ibu pengajian selalu melewatinya dengan hati-hati.
Jika dirasa tak berani, mereka akan mengurungkan niat untuk menyeberangi menuju desa tetangga karena kondisinya yang mengkhawatirkan.
“Jembatan ini biasa dilalui, paling sering itu anak sekolah, terus ibu-ibu pengajian dan ini jadi jalan umum untuk warga,” kata penduduk Cikeusal, Nuryana.
Sering Hanyut Terbawa Banjir
Karena dibuat dari bambu, maka struktur jembatan pun tidak bisa bertahan lama. Musim penghujan menjadi masa yang rawan bagi keberadaan jembatan, karena sering kali roboh terkena perubahan cuaca.
Kemudian, jembatan ini juga sering kali ambruk karena terbawa arus sungai yang tiba-tiba membesar. Tiang penyangga bambu yang hanya beberapa buah itu belum cukup kuat menahan derasnya aliran air.
“Sering roboh ini, kena banjir. Jadi dibangun lagi, dibangun lagi,” tambah Nuryana.
Warga Membutuhkan Jembatan Permanen
Karena keberadaannya yang sangat penting, warga sekitar pun memiliki mimpi agar jembatan permanen bisa dibangun. Apalagi keberadaannya sangat dibutuhkan untuk mobilitas antar dua desa.
Hadirnya jembatan permanen juga bisa mempermudah anak-anak di Cikeusal menjangkau tempat bersekolahnya. Sehingga tidak ada cerita ketika air sungai meluap ketika hujan, mereka terpaksa kembali ke rumah karena takut hanyut.
“Nggak jarang anak-anak sekolah pulang lagi, atau ada warga yang karena ngeliat posisi jembatannya kaya gini dan takut akhirnya balik lagi,” kata ketua RW setempat, Rojik.
- Bertaruh Nyawa, Potret Warga Cikeusal Serang Gunakan Jembatan Bambu Rapuh untuk Seberangi Sungai Ini Memprihatinkan
- Pengamat soal Data 6 Juta NPWP Bocor: Marak karena Belum Diterapkan Sanksi
- Membekukan Daging Bisa Jadi Cara Mempertahankan Kandungannya dan Tidak Membuat Nutrisi Berkurang
- Potret Koleksi Dress Baby Lily Anak Raffi & Nagita Bikin Melongo, Real Baby Sultan Ada yang Harganya Capai Rp9 Juta
- Membedah Sifat Anak Pertama, Anak Tengah, dan Anak Bungsu, Ini Dia yang Paling Mandiri Menurut Psikolog
Berita Terpopuler
-
VIDEO: Jokowi Tak Mau Buru-Buru soal Pindah ke IKN "Pindahan Rumah Ruwetnya Saja Kayak Gitu"
merdeka.com 19 Sep 2024 -
VIDEO: Jokowi soal Pindah ke IKN "Semua Harus Dipersiapkan, Tinggal Bawa Baju"
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Respons Jokowi soal Seskab Definitif Pengganti Pramono Anung
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Jokowi: Pekerjaan akan Hilang 85 Juta di Tahun 2025, Muncul Otomasi & AI
merdeka.com 19 Sep 2024 -
Jokowi Cerita Sempat Dibisiki 'Hati-hati Digulingkan' Saat Ingin Ambil Alih Freeport
merdeka.com 19 Sep 2024