Kisah Ipik Gandamana, Tokoh Bangsa yang Jadi Bupati Bogor Pertama
Tolakan dari Ipik membuat Belanda marah. Pasukan kolonial melalui para sekutu kemudian mengasingkannya ke wilayah Jasinga, Bogor.
Pasca pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno, Indonesia belum benar-benar merdeka. Di tahun itu, serangan bertubi-tubi kembali digencarkan Belanda hingga puncaknya pada Agresi Militer I dan II.
Indonesia yang baru seumur jagung kalang kabut. Soekarno beserta jajarannya berupaya melakukan negosiasi agar keutuhan Indonesia bisa terjaga.
-
Siapa nama Bupati Garut yang pertama? Nama Stadion RAA Adiwijaya sendiri diambil dari sosok Bupati Garut yang pertama dengan nama sama.
-
Siapa Gubernur Jawa Barat pertama? Dr. Soetardjo Kertohadikusumo, Anggota Volksraad yang Menjabat Gubernur Jawa Barat Pertama
-
Di mana Bupati Ipuk berkantor? Kali ini, Ipuk berkantor di Desa Kluncing, Kecamatan Licin.
-
Kapan Borondong Ibun muncul? Borondong Ibun sebenarnya sudah populer sejak tahun 1960-an.
-
Apa itu Borondong Ibun? Borondong Ibun jadi salah satu camilan legendaris yang harus dicicipi saat berkunjung ke Bandung, Jawa Barat. Siapa yang tidak kenal popcorn. Panganan berbahan jagung yang dioven hingga mekar itu memiliki tekstur yang unik saat disantap. Di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terdapat kuliner serupa versi tradisional bernama Borondong Ibun.
-
Siapa yang mendirikan IPB? IPB didirikan pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan No. 91 Tahun 1963 dan disahkan oleh Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 279 Tahun 1965.
Sayangnya, Belanda berupaya menghancurkan nasionalisme dengan membujuk para tokoh bangsa salah satunya Ipik Gandamana. Ia merupakan tokoh yang bergerak untuk turut menjaga keutuhan Indonesia.
Ipik langsung menolak mentah-mentah ajakan pasukan kolonial. Sejak itu, Ipik dikejar hingga diasingkan karena menolak ajakan Belanda untuk bergabung dengan mereka. Berikut kisah Ipik selengkapnya.
Aktif di Kepegawaian Negara Belanda
Ipik sendiri merupakan tokoh yang lahir di Purwakarta pada 30 November 1906. Sebelumnya ia telah aktif di kepegawaian negara (saat ini Pegawai Negeri Sipil) dalam pemerintahan Belanda.
Mengutip disipusda.purwakartakab.go.id, ia menduduki beberapa jabatan strategis seperti mantri polisi di Cikijing Majalengka pada 1931, mantri kabupaten Batavia 1931, Sekretariat II Kabupaten Ciamis 1938 lalu Camat Cibeureum, Tasikmalaya di tahun 1942.
Ipik juga pernah menjadi pembantu Bupati (Wedana) untuk Belanda di Ujungberung, Kabupaten Bandung dan Patih di wilayah Bogor sekitar tahun 1946.
Belanda Mendirikan Negara Darurat
Di masa revolusi, tekanan Belanda semakin kencang. Pihak kolonial yang dibantu sekutu dan NICA berambisi untuk merebut kembali Indonesia dari para pendiri bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membentuk pemerintahan darurat agar bisa menguasai rakyat yang saat itu tengah dipecah belah.
Tahun 1948, Belanda akhirnya mendirikan RECOMBA (Regeerings Commissaris Voor Bestuurs Aangelegenheden) di bawah perintah NICA Belanda. Pihak penjajah kemudian mengajak para tokoh bangsa untuk bergabung.
Ipik Gandamana dengan tegas langsung menolaknya dan memilih berdiri di pemerintahan Republik Indonesia.
Menolak Ajakan Belanda dan Diasingkan
Tolakan dari Ipik membuat Belanda marah. Pasukan kolonial melalui para sekutu kemudian mengasingkannya ke wilayah Jasinga, Bogor.
Walau ditahan, Ipik tidak menyerah. Ia tetap mencari informasi tentang pemerintahan Belanda yang dijalankan secara mendadak tersebut. Ia kemudian mengutus seseorang sebagai penyambung komunikasi yakni Hj.Nani Karmawan (adik kandung Jenderal Ibrahim Adjie).
Walau demikian, peran tersebut bocor hingga keduanya kembali disiksa dan ditekan oleh Belanda agar melakukan pengakuan kesalahan.
Jadi Bupati Bogor Pertama
Selama masa pengasingan, rupanya Ipik diberikan mandat tugas untuk menyusun pemerintahan darurat. Ia kemudian menjadi bupati Bogor pertama dan menjalankan pemerintahannya di wilayah Jasinga selama satu tahun pada 1948-1949.
Secara bersamaan, Ipik juga diminta untuk memimpin satu daerah di barat pulau Jawa yakni Kabupaten Lebak.
Setelahnya, Ipik terus memiliki karier di pemerintahan Indonesia dengan cukup baik, seperti Residen Priangan pada tahun 1951.
Menulis Buku
Kiprahnya terus berkembang, terlebih saat menjadi Residen Priangan, ia dipercaya menjadi anggota Delegasi Studi Indonesia yang mengunjungi Amerika Serikat selama tiga bulan.
Di sana, Ipik belajar tentang penerapan politik dan demokrasi ala negeri Paman Sam, sejak September hingga Desember 1953. Menurutnya ada perbandingan mendasar dan perlu diimplementasikan di Indonesia.
Ia kemudian merangkum temuan tersebut dan menuliskannya ke dalam buku berjudul "Melawat ke Negara Dollar" dengan pengantar yang ditulis oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Mr. Soemarman, Gubernur Jawa Barat H.R. Moehammad Sanoesi Hardjadinata, serta R. Ipik Gandamana.
Ipik wafat pada 6 September 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.