Sosok Charles Adriaan van Ophuijsen, Pria Belanda Kelahiran Solok Sumbar Pionir Ejaan Bahasa Indonesia
Meski namanya sangat kental dengan Belanda, namun sosoknya menjadi pionir dalam menciptakan ejaan Bahasa Indonesia yang kita sekarang gunakan ini.
Jangan kaget apabila mendengar namanya. Mungkin agak terkesan orang Belanda tetapi ia lahir di Solok, Sumatra Barat.
Sosok Charles Adriaan van Ophuijsen, Pria Belanda Kelahiran Solok Sumbar Pionir Ejaan Bahasa Indonesia
Sebagian orang masih bertanya-tanya siapa pencipta dari ejaan bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari. Jangan kaget apabila mendengar namanya, mungkin agak terkesan orang Belanda tetapi ia lahir di Solok, Sumatra Barat.
Pria itu bernama Charles Adriaan van Ophuijsen. Ia lahir pada tahun 1856 dan tumbuh besar menjadi orang pribumi pada umumnya. Namun, Charles masih ada keturunan murni Belanda, hanya saja lahirnya di Sumatra Barat.
(Foto: Wikipedia)
-
Siapa Bapak Persandian Republik Indonesia? Mayjen TNI (Purn) dr. Roebiono Kertopati lahir pada 11 Maret 1914 di Ciamis, Jawa Barat dan wafaf di usia 70 tahun pada 23 Juni 1984.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Di mana perkebunan sawit Belanda pertama di Sumatra? Pada Masa kolonial Hindia Belanda, perkebunan kelapa sawit menjadi sebuah industri berskala besar dengan dibukanya perusahaan bernama Sungai Liput Cultuur Maatschappij oleh Adrien Hallet dan K. Schadt di Pantai Timur Sumatra, tepatnya di Deli pada 1911.
-
Dimana P.K. Ojong lahir? Profil Singkat Petrus Kanisius Ojong atau yang memiliki nama Auw Jong Peng-Koen ini lahir di Bukittinggi, 25 Juli 1920.
-
Siapa tokoh inspiratif dari Aceh yang melawan Belanda? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
Selama hidupnya, ia juga sempat mengenyam karier sebagai pengawas perdagangan di Mandailing Angkola. Seiring berjalannya waktu, ia mulai tertarik dengan sastra dan tata bahasa Batak yang terinspirasi dari N. van der Tuuk.
Mengutip beberapa sumber, van Ophuijsen juga doyan mempelajari bahasa dari berbagai suku yang ada di Hindia Belanda. Bahkan ia sempat mendapatkan tugas dari Pemerintah Belanda untuk menstrandarisasikan aksara Latin untuk bahasa Melayu.
Gemar Membaca dan Menulis
Selain hidup dalam lingkungan masyarakat pribumi, ia juga dikenal sebagai sosok yang hobi membaca dan menulis. Kemudian van Ophuijsen ditugaskan sebagai guru di Kweekschool Padang Sidempuan.
Pada tahun 1883, dirinya ditunjuk sebagai direktur di sekolah tersebut. Kweekschool di Padang Sidempuan ini dulunya adalah salah satu sekolah guru terbaik yang ada di Hindia Belanda, selain sekolah guru di Probolinggo.
Selama menjalani kariernya ini, van Ophuijsen juga mempelajari ilmu filologi dan bahasa Asia di Belanda. Di tahun 1908, ia menerima tugas untuk merancang ortografi atau sistem ejaan bahasa Melayu dan juga Kepulauan Riau.
Terbitkan Buku
Dalam masalah bahasa, pemerintah Belanda kemudian membentuk Komisi Sekolah Pribumi dan Sastra Populer dengan tugas utama menyediakan bahan bacaan yang sesuai untuk rakyat.
Lalu, sistem ejaan milik van Ophuijsen ini dirancang untuk membuat bahan bacaan ini secara konsisten. Di samping itu, dia juga menerbitkan buku sendiri berjudul "Kitab Logat Malajoe: Woordenlijst voor Spelling der Malaische Taal".
Mengutip situs esi.kemdikbud.go.id, dalam buku tersebut terdapat aturan-aturan yang membahas romanisasi bahasa Melayu. Meski, tidak semua daerah di Nusantara harus menggunakan bahasa serupa tapi ada upaya untuk menjaga keaslian dari bahasa tersebut.
Pada tahun 1910, sistem tata bahasa milik van Ophuijsen diterbitkan dan digunakan secara luas di Belanda untuk mendidik calon pegawai kolonial. Kemudian pedoman tata bahasa miliknya juga resmi diakui pemerintah.
Digunakan Pendidikan Sekolah
Ejaan van Ophuijsen ini kerap digunakan dalam ranah pendidikan sekolah khususnya sekolah menengah yang baru muncul agar bisa mengenalkan dan adaptasi dengan konsep-konsep baru dalam bunyi pada tulisan berbahasa Arab.
Karya begitu besar dari van Ophuijsen ini menjadi sejarah yang bakal dikenang abadi. Mengapa tidak, ide-idenya itu memberikan langkah besar terhadap perkembangan linguistik di Indonesia. Tanpa dia, mungkin kita sekarang tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Ejaan miliknya ini bertahan kurang lebih selama 47 tahun, setelah pemerintah Indonesia resmi menggunakan ejaan Suwandi pada tahun 1947 meskipun sebagian besar sistemnya masih berangkat dari milik van Ophuijsen.
Salah satu warisan darinya adalah penulisan bunyi 'oe' untuk menggantikan 'u', kemudian 'tj' untuk 'c' dan seterusnya.