Sosok Ida Nasution, Penulis dan Kritikus Era Kemerdekaan yang Dekat dengan Chairil Anwar
Lahir di Sibolga, Sumatra Utara pada tahun 1922, ia juga disebut-sebut sebagai perempuan yang dicintai Chairil Anwar.
Lahir di Sibolga, Sumatra Utara pada tahun 1922, ia juga disebut-sebut sebagai perempuan yang dicintai Chairil Anwar.
Sosok Ida Nasution, Penulis dan Kritikus Era Kemerdekaan yang Dekat dengan Chairil Anwar
Era kemerdekaan Indonesia banyak melahirkan tokoh yang menuangkan ide, kritikan, dan pemikirannya dalam sebuah tulisan. Tak hanya laki-laki, ada juga perempuan yang muncul dan memperjuangkan kemerdekaan. Salah satu penulis sekaligus kritikus perempuan di era Kemerdekaan itu bernama Ida Nasution. Lahir di Sibolga, Sumatra Utara pada tahun 1922, ia juga disebut-sebut sebagai perempuan yang dicintai Chairil Anwar. (Foto: akhirmh.blogspot.com) Selain menulis esai yang berisikan kritikus dan gerakan perjuangan kemerdekaan, Ida Nasution juga ikut langsung dalam gerakan mahasiswa. Bahkan, ia sempat mendirikan sebuah perhimpunan mahasiswa ketika ia menempuh pendidikan perguruan tinggi.
Lantas, seperti apa fakta menarik seputar sosok penulis perempuan berdarah Batak ini? Simak ulasan informasinya yang dirangkum dari beberapa sumber berikut ini.
Masa Pendidikan
Mengutip dari beberapa sumber, Ida memulai pendidikannya di Europeesche Lagere School atau ELS. Sekolah tersebut hanya diisi oleh murid kalangan elite Eropa, keturunan bangsawan, dan keturunan Timur Asing.
-
Mengapa Ani Idrus menulis? Ia begitu memiliki perhatian besar terhadap permasalahan di bidang kemasyarakatan dan juga politik.
-
Siapa Ani Idrus? Sosok wartawati senior ini menjadi tokoh penting di dunia pers.
-
Siapa yang dikritik oleh Cak Imin? 'Jadi nanti dilarang kampanye di masjid, tapi di depan masjid boleh. Di dalam masjid nggak boleh kampanye kata Bawaslu, tapi kalau ada ucapan waladdollin jawabnya?' tanya Cak Imin di hadapan simpatisan PKB dan santri Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Jumat (29/9/2023).
-
Siapa yang mengkritik Kartika Putri? Kartika dan Habib Usman langsung mendapat kritik pedas dari netizen yang menyatakan mereka terlalu banyak mengeluarkan komentar tidak pantas saat sedang beribadah.
-
Kapan Ani Idrus lahir? Ani Idrus, wartawati kelahiran 25 November 1918 di Sawahlunto, Sumatra Barat.
-
Siapa yang mengkritik pernyataan Kartika Putri? Pernyataan kontroversialnya tentang mengaji menyebabkan dia menjadi sasaran cibiran netizen.
Setelah lulus SMA, Ida memutuskan untuk mendaftar di Universitas Indonesia dan memilih Fakultas Seni dan Filsafat yang baru saja dibuka. Seiring dengan datangnya Jepang, banyak tenaga pengajar dari Belanda yang diusir dari tanah air, sehingga perkuliahannya terhambat.
Mulai Menulis
Semangat Ida dalam menulis dan terus menuangkan ide-idenya itu tak lepas dari keaktifannya di komunitas Sastra Indonesia. Dari komunitas ini ia mengenal tokoh-tokoh penting seperti Merari Siregar hingga Sanusi Pane.
Selain itu, Ida Nasution juga akrab dengan tokoh-tokoh pujangga ternama seperti Armijn Pane dan Takdir Alisjahbana. Keakrabannya dengan para guru-guru tersebut membuat dirinya mulai menulis esai dan menjadi kritikus.
Kemudian, Ida sempat menjadi editor di sebuah majalah mingguan bernama Het Inzicht. Tak lama majalah tersebut tutup, ia melanjutkan di majalah Opbouw-Pembangunan.
Jadi Redaktur
Pasca kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1947 terbit majalah Siasat untuk pertama kalinya. Secara umum isi dari majalah ini membahas soal politik dan kebudayaan. Ida Nasution ditunjuk menjadi redaktur bersama dengan Chairil Anwar.
Ia bersama Chairil menjadi redaktur untuk rubrik "Gelanggang" di majalah siasat. Secara umum majalah mingguan ini banyak menyebarkan Surat Kepercayaan Gelanggang atau sebuah manifesto dari Gelanggang Seniman Merdeka (kumpulan seniman dan sastrawan muda).Ida pun sempat menjadi cinta Chairil Anwar. Tidak diketahui pasti sejak kapan Chairil mulai mencintainya, namun dalam beberapa karyanya banyak tertulis nama Ida.
Nasib Tragis
Tulisan-tulisan Ida yang banyak menentang praktik penjajahan sekaligus terlibat langsung dalam gerakan mahasiswa itu membuat pihak Belanda khawatir dan waspada.
Nasib tragis pun menimpa Ida pada 23 Maret 1948, ia dinyatakan hilang saat bepergian bersama teman-temannya ke suatu tempat di Bogor. Rumornya, ia dibunuh oleh pihak intelijen Belanda karena pergerakan dan perjuangannya untuk bangsa Indonesia.