Gemar Menulis Sejak Remaja, Sosok Wanita Ini Jadi Tokoh Pers Lintas Zaman Indonesia
Sosok Ani Idrus, wartawati senior dengan segudang pengalamannya di bidang jurnalistik dan politik.
Sosok wartawati senior ini menjadi tokoh penting di dunia pers.
Gemar Menulis Sejak Remaja, Sosok Wanita Ini Jadi Tokoh Pers Lintas Zaman Indonesia
Perkembangan dunia pers di Indonesia tak bisa dipungkiri dari nama-nama besar yang berkecimpung di dalamnya. Salah satu sosoknya yaitu Ani Idrus, wartawati kelahiran 25 November 1918 di Sawahlunto, Sumatra Barat.
Perjalanan Ani di dunia pers tak perlu diragukan lagi. Selain menjadi wartawati senior Indonesia, namanya juga melalang buana hingga kancah internasional. Ia juga tak ketinggalan mendirikan beberapa organisasi, surat kabar, dan juga majalah.
-
Siapa wartawan perempuan pertama di Indonesia? Rohana Kudus adalah sosok pahlawan nasional yang dikenal sebagai wartawan perempuan pertama di Indonesia.
-
Bagaimana Sitor Situmorang berkecimpung di dunia jurnalistik? Mengutip dari badanbahasa.kemdikbud.go.id, Sitor pun juga sempat bergabung dengan kantor berita nasional Antara di Pematang Siantar. Pada tahun 1947, Sitor di tunjuk oleh Menteri Penerangan, Muhammad Natsir untuk menjadi koresponden Waspada di Yogyakarta.
-
Kapan Najwa memulai karier jurnalistik? Pada 2001, karier jurnalistiknya dimulai saat bergabung dengan Metro TV sebagai reporter lapangan.
-
Apa yang ditulis Ida Nasution? Selain menulis esai yang berisikan kritikus dan gerakan perjuangan kemerdekaan, Ida Nasution juga ikut langsung dalam gerakan mahasiswa.
-
Kenapa Adinia Wirasti terkenal? Perempuan yang kerap disapa Asti ini merupakan alumni School of Film and Acting New York Film Academy. Selaras dengan pendidikan yang dijalaninya, ia memulai kariernya di dunia entertainment sejak 2002 silam, hingga dikenal sebagai seorang model sekaligus aktris ternama tanah air.
-
Siapa yang pernah menjadi wartawan berprestasi dan komisaris Garuda Indonesia? Yenny Wahid memiliki cukup banyak sepak terjang dalam ranah berbeda-beda. Ia pernah menjadi wartawan berprestasi hingga komisaris Garuda Indonesia.
Tak hanya menjadi juru tulis, pengalaman hidup Ani rupanya juga berkecimpung di dunia politik yang tergabung dalam organisasi "Indonesia Muda" yang menjadi wadah perjuangan pergerakan pemuda saat itu.
Berikut sosok Ani Idrus wartawati asal Sawahlunto dengan segudang pengalamannya yang dihimpun dari beberasa sumber.
Profil dan Pendidikan
Ani Idrus lahir dari pasangan Siti Djalisah dan Sidi Idrus.
Semasa hidupnya, Ani justru tumbuh besar bersama ayah tirinya bernama Misan.
Ayahnya merupakan juru tulis untuk sebuah kantor pertambangan dan sedangkan ibunya adalah istri kedua yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Kondisi kekeluargan Ani Idrus tidak berjalan mulus. Ayah dan Ibu Ani kerap sekali bertengkar hingga memicu perceraian. Ani yang menyaksikan kejadian tersebut memiliki pandangan terhadap sebuah ikatan pernikahan yang tidak ideal.
Pada tahun 1929, Ani bersama ibu dan adiknya pindah ke Medan dan melanjutkan sekolah madrasah di sana. Setelah lulus, Ani melanjutkan studi di Methodist English School.
Rentang tahun 1962-1965, Ani masuk Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatra Utara (UISU).
Awal Karier
Bibit-bibit menulis Ani sudah mulai terpancar ketika masih dibangku sekolah. Ia begitu memiliki perhatian besar terhadap permasalahan di bidang kemasyarakatan dan juga politik.
Perjalanan karier Ani sebagai wartawan tidaklah mudah, di zaman Belanda profesi yang satu ini kerap menerima perlakuan yang negatif dan sosok wartawan harus berani menerima resiko tersebut.
Ani Idrus pertama kali terjun di dunia wartawan tepat pada tahun 1930. Ia mulai menulis untuk majalah "Panji Pustaka" di Jakarta. Tahun 1936, Ani bekerja di media "Sinar Deli" Medan sebagai pembantu untuk majalah "Politik Penyedar".
Tahun 1938, Ani menerbitkan majalah politik "Seruan Kita" bersama sang suami H. Mohammad Said dan majalah "Harian Waspada" di tahun 1947. Lalu, dirinya menerbutkan majalah "Dunia Wanita" pada tahun 1949.
Perjalanan Jurnalistik
Selama dirinya berkarier di dunia pers dan jurnalistik, Ani kerap sekali pergi ke luar negeri untuk meliput. Mulai dari Jepang pada tahun 1953 dan Tiongkok setahun sesudahnya.
Kemudian, tahun 1955 Ani bertugas ke Belanda, Belgia, Prancis, dan Italia sekaligus perundingan Tunku Abdul Rahman dengan Ching Peng di Malaysia. Tahun 1956, mengunjungi Amerika, Mesir, Turki, Jepang, Hong Kong, dan Thailand.
Tahun 1961 dan 1962, Ani mengunjungi Inggris dan Jerman Barat dan Paris. Tahun 1963, Ani ikut rombongan Menteri Luar Negeri menuju Manila, Filipina, dan ikut dalam perjalanan Presiden R.I dalam penyerahan Irian Jaya ke Indonesia.
Terjun di Dunia Politik
Tak hanya di bidang jurnalistik, Ani juga ikut andil dalam dunia politik bergabung dengan organisasi "Indonesia Muda". Di organisasi tersebut, Ani menjabat sebagai Wakil Ketua.
Tahun 1937 menjadi anggota partai Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Medan. Tahun 1949, menjadi anggota Partai Nasional Indonesia (PNI). Perannya di PNI pernah menjadi Ketua Peneranga dan menjadi anggota Pleno Pusat PNI di Jakarta.
Tahun 1950, Ani resmi mendirikan "Front Wanita Sumatera Utara" dan menduduki jabatan ketua. Kemudian, menjabat sebagai Ketua Keuangan Kongres Rakyat Seluruh Sumatra Utara menuntut pembubaran negara bagian "Negara Sumatra Timur".
Karya Tulis
Selama menekuni profesi di bidang jurnalistik, Ani Idrus turut melahirkan beberapa karya-karya tulisnya.
Mengutip dari beberapa sumber, karya Ani di antaranya Buku Tahunan Wanita (1953), Menunaikan Ibadah Haji ke Tanah Suci (1974), Wanita Dulu Sekarang dan Esok (1980), Terbunuhnya Indira Gandhi (1984).