Kisah Sedih Karni Ilyas, Presiden ILC yang Dulunya Sempat Pegang Uang Hanya Rp5.000
Ketika menjadi mahasiswa, Karni pernah melalui masa sulit karena sisa uang yang dimilikinya hanya Rp5.000. Tak banyak hal yang dapat dia lakukan.
Pria kelahiran 1952 lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Tanah Agam, Sumatera Barat. Ayahnya, Ilyas Sutan Nagari dan Ibunya Syamsinar merupakan keturunan asli Minangkabau.
Kisah Sedih Karni Ilyas, Presiden ILC yang Dulunya Sempat Pegang Uang Hanya Rp5.000
Kisah Sedih Karni Ilyas, Presiden ILC yang Dulunya Sempat Pegang Uang Hanya Rp5.000
Sosok ini dikenal sebagai wartawan senior yang konsen di bidang masalah hukum dan politik, serta banyak melahirkan liputan dan program-program unggulan. Sejak kecil, beliau sudah memiliki minat pada jurnalistik dan senang menulis.
Saking senangnya, tulisan yang dia kirimkan kerap dimuat di surat kabar. Adapun puisi pertamanya dimuat dalam koran Harian Haluan. Sosok ini ialah Sukarni Ilyas atau yang lebih akrab dikenal sebagai Karni Ilyas.
Pria kelahiran 1952 ini menghabiskan masa kecilnya di Tanah Agam, Sumatera Barat. Ayahnya, Ilyas Sutan Nagari dan Ibunya Syamsinar merupakan keturunan asli Minangkabau.
Setelah tamat SMA di tahun 1971, Karni memutuskan untuk merantau dan berkuliah di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Dia berangkat ke Tanjung Priok menggunakan kapal laut.
Ketika menjadi mahasiswa, Karni pernah melalui masa sulit karena sisa uang yang dimilikinya hanya Rp5.000. Tak banyak hal yang dapat dia lakukan, karena untuk pulang ke kota asalnya pun dia tak bisa.
Akhirnya, karena merasa terdesak finansial, beliau akhirnya nekat melamar pekerjaan untuk menjadi seorang reporter di Suara Karya. Namun, Karni hampir ditolak karena saat itu Suara Karya sedang tidak membuka lowongan pekerjaan.
merdeka.com
Berkat kegigihan dan ilmu dasarnya di bidang hukum, Karni berhasil meyakinkan Rahman Tolleng yang menjadi pimpinan redaksi Suara Karya saat itu dan memulai karier pertamanya sebagai seorang reporter.
Sepak terjang Karni di bidang jurnalistik terus meningkat. Di tahun 1978, dia merintis kariernya di majalah Tempo sebagai redaktur pelaksana. Desk hukum dan nasional yang dipegangnya cukup membuat pemberitaan majalah Tempo menjadi acuan pembaca kala itu.
Kemudian, di tahun 1991 Karni hijrah dan memimpin Forum Keadilan hingga tahun 1999. Di bawah arahan Karni, Forum Keadilan berhasil menjadi satu-satunya referensi untuk kasus-kasus hukum di Indonesia.
Tak merasa puas dengan pengalamannya di majalah, Karni menjelajah kariernya di media televisi, SCTV. Meski SCTV bukanlah stasiun televisi berita khusus, Karni mampu membawa program Liputan 6 sebagai program berita yang mampu bersaing dengan Metro TV yang lahir pada tahun 2000.
Dengan tagline 'Aktual Tajam Terpercaya', beberapa karya jurnalistik Liputan 6 SCTV mendapat penghargaan bergengsi dan menjadi program berita terkemuka di Tanah Air.
Kemudian, di tahun 2005 Karni melanjutkan karier nya di ANTV dengan menghadirkan liputan eksklusif tentang kriminal berkat hubungan dekat yang dimilikinya bersama Polri.
Salah satu kasus paling dikenang dari program ini adalah penangkapan gembong teroris Dr Azhari di Jalan Flamboyan Batu Malang tahun 2005.
merdeka.com
Karier Karni Ilyas di televisi semakin melesat ketika bekerjasama dengan TV One. Di tahun 2008, beliau dipercaya menjadi pemimpin redaksi dan kembali menghadirkan program yang fenomenal yakni Indonesia Lawyers Club (ILC).Saking populernya, rating ILC beberapa kali mengalahkan rating sinetron yang sedang tayang. Beberapa episode ILC terpanas ada di tahun 2016 yakni episode yang membahas tentang kasus kopi sianida antara Jessica Kumala Wongso dan Mirna Salihin. Kemudian, di tahun 2018 yang menjadi tahun politik terpanas juga membawa ILC kembali mendapatkan rating tinggi pada episode Jokowi-Prabowo berbalas pantun.
Karni yang dikenal sebagai Presiden ILC itu juga aktif mengikuti perkembangan teknologi. Terhitung sejak 2022 hingga sekarang, Karni aktif berkarya di Youtube lewat dua kanal yang dimilikinya, yakni Indonesia Lawyers Club (versi reborn, atau dikenal sebagai versi digital) dan Karni Ilyas Club.