Pengabdian Normayanti di Ujung Negeri, Demi Cerdaskan Putra Putri Ibu Pertiwi
Norma masuk dalam 43 guru peraih penghargaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan.
Normayanti terpaksa meninggalkan keluarga ecilnya demi masa depan anak-anak bangsa.
Pengabdian Normayanti di Ujung Negeri, Demi Cerdaskan Putra Putri Ibu Pertiwi
Pagi itu, nadi ekonomi di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau bergeliat kembali. Suara nyaring kapal bermesin yang dikenal sebagai pompong, lalu lalang di lautan bergeming di telinga menjadi penanda bahwa aktivitas warga setempat telah dimulai.
Gemercik air dari hempasan air laut yang berlari berkejaran tertelan oleh kerasnya suara kapal bermesin tersebut. Dari hingar bingar aktivitas di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau tersebut, ada sosok wanita berhijab yang tampak sibuk mencari tumpangan.
-
Siapa sosok pahlawan di bidang pendidikan di Mandailing Natal? Sosok yang satu ini adalah pahlawan di bidang pendidikan khususnya daerah Mandailing Natal, Sumatra Utara.
-
Siapa yang berjasa di bidang pendidikan? Memperingati Hari Pendidikan Nasional merupakan upaya kita untuk menghargai perjuangan para pahlawan yang berjasa di bidang pendidikan.
-
Siapa guru inspiratif di Bandung? Hendra merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Di keluarganya, Hendra jadi satu-satunya yang penyandang disabilitas. Namun Hendra justru terpacu untuk bisa memperoleh hak pendidikannya, bahkan ia menjadi satu-satunya anak di keluarganya yang menjadi sarjana.'Alhamdulillah sekarang bisa bergabung jadi guru di SMPN 4 Bandung. Saya merupakan satu-satunya anggota keluarga yang memiliki disabilitas. Namun, saya juga satu-satunya di keluarga yang bisa sekolah sampai sarjana,' katanya
-
Siapa yang menginspirasi Prof. Yunita untuk membantu orang lain? Dari suaminya, ia belajar menerapkan prinsip 'Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi orang lain'.
-
Siapa yang mendorong Novita Hardini jadi inspiratif? Sosok perempuan inspiratif Novita Hardini, istri Bupati Trenggalek, memang tak henti-hentinya menginspirasi. Setelah tuai banyak pujian karena perannya dalam Film Buya Hamka, kini Novita dapat beasiswa belajar di Universitas Zhejiang, China.
-
Siapa yang berjuang untuk pendidikan di Indonesia? Melalui kerja keras dan pengorbanannya, maka ada banyak generasi yang berhasil terlepas dari kebodohan.
Pekik pompong yang melawan arus dan terkadang memekakkan telinga itu pun menjadi satu-satunya pilihan angkutan umum untuk menyeberangi lautan menuju ke Rangsang, Pulau terluar Indonesia yang berhadap-hadapan langsung dengan semenanjung Malaysia.
Kesibukan itu dijalani wanita muda bernama Normayanti saban hari. Wanita 34 tahun itu memilih mengabdikan diri dan mencerdaskan generasi muda jauh di pelosok desa pulau terluar Indonesia.
Bukan hal mudah untuk menjadi guru yang jauh dari akses keramaian.
Tidak juga gampang menyakinkan suami dan meninggalkan dua anaknya karena setiap hari harus menantang bahaya demi menjadi pendidik di batas negara.
Maka sungguh tak berlebihan jika sebutan pahlawan tanpa tanda jasa itu disematkan pada Normayant. Seorang guru muda yang tengah berjuang mengentaskan ketimpangan mutu pendidikan di sebuah wilayah terpencil pulau terluar Indonesia itu.
Perjuangan Norma bagaikan lentera di tengah gelapnya fasilitas dan infrastruktur. Guru PPPK yang baru diangkat tahun 2022 lalu itu tak ingin masa depan anak didiknya segelap infrastrukur di sana.
Perjuangan Norma jelas membuat dia bukan sebagai guru sembarangan. Beratnya perjuangan yang dihadapi seolah sirna. Kala menyabet Juara I Kategori Apresiasi Dedikatif SMA, SMK dan SLB se Bumi Lancang Kuning, Provinsi Riau.
Alumni FKIP Universitas Riau angkatan 2007 lalu itu ternyata punya cerita perjuangan sebagai pendidik. Khususnya sebagai guru di SMA Negeri 3 Rangsang Pesisir yang berada di wilayah pulau terluar Kepulauan Meranti.
"Saya lulus PPPK 2022 lalu. Penempatan di SMA Negeri 3 Rangsang sejak September."
Ucap Norma, Kamis (2/11).
12 Tahun, bukan waktu yang singkat bagi Norma mengajar di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Sekolah asal sebelum ia kemudian dinyatakan lolos sebagai guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan ditempatkan di SMA Negeri 3 Desa Tanjung Kedabu.
Menyalurkan ilmu sebagai amal jariah menjadi modal utama istri Panji Nugraha itu untuk mengabdikan diri sebagai pendidik. Saat itu, Norma harus menempuh perjalanan dengan sepeda motor selama 2,5 jam dari Tebing Tinggi untuk sampai di sekolah.
Bukan hanya persoalan waktu tempuh. Dia juga harus melewati selat untuk sampai di Desa Peranggas. Alat transportasi yang digunakan berupa kempang atau perahu kayu.
"Untuk sampai ke sekolah, harus berangkat dari ibu kota kabupaten menyeberangi selat. Berangkat pakai kempang atau perahu yang biasa dipakai masyarakat Rangsang menuju kabupaten, itu 30 menit ke Desa Peranggas," kata ibu 2 anak ini.
Begitu tiba di dermaga, dia harus lanjut kembali ke Desa Tanjung Kedabu, melewati perkebunan karet yang dipenuhi semak belukar. Jalan itu menuju tempat tinggal yang ditumpanginya sebagai rumah singgah desa. Rumah singgah itu pernah dipakai sebagai rumah isolasi Covid-19 lalu.
Butuh waktu 2 jam untuk sampai ke lokasi dengan medan jalan yang rusak, becek. Sungguh penuh tantangan. Jalan 'gelap' yang dipilih, penuh lumpur yang memancing emosi.
Norma melihat persoalan infrastruktur di daerah tersebut sangat minim. Tak hanya jalan berstruktur gambut yang rusak, listrik dan internet juga menjadi persoalan kemajuan di daerah tersebut.
Dia kerap kesulitan berkomunikasi lantaran terbatasnya jaringan. Tapi itu bukan suatu masalah besar baginya. Sebab tujuannya hanya satu, mengabdi untuk Ibu Pertiwi.
Tantangan lainnya yang dihadapi Norma seperti motivasi peserta didik yang masih rendah. Terutama dengan metode pembelajaran yang kurang inovatif karena keterbatasan infrastruktur.
Tantangan itu membuat Norma memutar otak agar anak-anak di sana mau pergi ke sekolah. Akhirnya Norma memberi solusi bagaimana caranya agar siswa tertarik untuk belajar.
"Salah satu solusi yang saya lakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan model project based learning (PjBL). Model ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan keterampilan tertentu dan motivasi peserta dengan melibatkannya dalam pembelajaran," kata guru mata pelajaran PPKn dan Sosiologi sekaligus Guru BK tersebut.
Medan yang jauh dan penuh tantangan membuat Norma memutuskan untuk tinggal di Pulau Rangsang. Saat akhir pekan, barulah kembali ke Tebing Tinggi menemui suami dan anaknya, Farid Atala Nugraha (7), Zelina Orlin Nugraha (2).
Suatu pengorbanan yang berat untuk seorang ibu yang memiliki anak masih kecil. Apalagi sang suami juga berprofesi yang sama, sebagai tenaga pendidik.
Kini perjuangan Norma tak sia-sia. Dua bulan bertugas di pulau terluar, Norma mampu menorehkan prestasi. Dia berhasil meraih Juara I Apresiasi Dediktif tingkat SMA, SMK dan SLB di Riau.
Norma yang pernah KKN di SMK Taruna Satria Pekanbaru itu masuk dalam 43 guru peraih penghargaan dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Guru dan Tenaga Kependidikan.
Penghargaan itu diterima di Hotel Pangeran Pekanbaru, Selasa (31/10) malam kemarin.
"Malam kemarin saya dapat penghargaan setelah dihubungi mendadak untuk berangkat ke Pekanbaru. Alhamdulillah bisa mendapatkan Juara I Apresiasi Dedikatif sesuai penempatan saya di pulau terluar, Pulau Rangsang," kata Norma.