Peduli Pendidikan, Perempuan di Jakarta Timur Ini Dirikan Bimbel Gratis Bagi Pemulung
Perempuan asal Jakarta Timur ini rela memberikan ilmunya secara cuma-cuma kepada anak-anak pemulung di wilayah TPU Pondok Kelapa.
Peduli Pendidikan, Perempuan di Jakarta Timur Ini Dirikan Bimbel Gratis bagi Pemulung
Pendidikan menjadi hal yang begitu penting bagi Nurida Rahmanilah. Perempuan asal Jakarta Timur ini rela memberikan ilmunya secara cuma-cuma kepada anak-anak pemulung di wilayah TPU Pondok Kelapa. Ia berharap anak-anak itu bisa mendapat akses ilmu yang layak. meski memiliki keterbatasan ekonomi.
Nurida setiap hari bolak-balik mengajar berbagai materi di rumah belajar bernama Saung Belajar Garpu. Saat tiba waktunya mendidik, anak-anak langsung antusias dan bergegas menuju ruangan sederhana yang dikelolanya.
Nurida tak ingin anak-anak itu kehilangan masa depannya karena tidak bisa bersekolah layaknya anak-anak yang lain. Berikut kisah inspiratifnya.
-
Apa tujuan utama sekolah gratis tersebut? Ia mendirikan sekolah gratis tersebut untuk mendidik anak-anak para pekerja migran yang pergi ke luar negeri.
-
Bagaimana PGRI membantu pendidikan di Indonesia? Seiring berjalannya waktu, PGRI juga tak henti berkontribusi bagi masa depan Indonesia. Salah satunya adalah terciptanya Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Selain itu, perjuangan PGRI juga berhasil melahirkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
-
Mengapa Maizidah Salas mendirikan sekolah gratis? Dia tergerak hatinya untuk mendirikan sebuah sekolah PAUD gratis di desanya. Ia mendirikan sekolah gratis tersebut untuk mendidik anak-anak para pekerja migran yang pergi ke luar negeri.
-
Apa itu Jemuran Pintar? Jemuran berbasis IoT ini secara otomatis menarik jemuran ke dalam saat hujan, sehingga pakaian tetap kering.
-
Apa itu Program Indonesia Pintar? Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan inisiatif bantuan pendidikan yang diadministrasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk mendukung siswa-siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Berangkat dari rasa pedulinya terhadap anak-anak pemulung
Nurida mengaku jika akses pendidikan menjadi hal yang sulit didapatkan oleh anak-anak pemulung di daerah TPU Pondok Kelapa. Hal ini didasarkan pada survei yang sempat ia lakukan sekitar tahun 2016 lalu “Tempat ini (Saung Baca Garpu) dulunya itu perpustakaan, sebelumnya dari hasil survei, yang dibutuhkan anak-anak di sini adalah tempat belajar kayak les gitu, ” terang perempuan yang juga berprofesi sebagai pengajar ini.
Tak ingin seperti dirinya
Orang tua Nurida yang berprofesi sebagai pemulung membuat perekonomian keluarganya sulit. Nurida berharap pengalamannya itu tidak dialami oleh anak-anak pemulung di sana. “background saya sendiri kan memang sama seperti mereka, saya juga anak dari pemulung dan mengalami sulitnya untuk sekolah, sulitnya ekonomi, ” kata dia
This is description
Sempat ditolak warga
Berdirinya Pondok Garpu ini bukan tanpa penolakan. Pada awal-awal pendirian, warga setempat sempat tidak setuju menyekolahkan anaknya di sana. Mereka menyebut jika pendidikan bukanlah hal yang penting. Namun adanya ketidak setujuan itu tidak menyurutkan tekadnya untuk mendirikan Pondok Garpu.
Sempat ditolak warga
“Awalnya orang tua banyak yang berpikir bahwa, ah ngapain sih sekolah, nggak penting, terus saya juga pernah berdebat kepada orang tua bahwa suatu saat anak akan dituntut untuk bisa membaca dan menulis saat akan masuk sekolah, ” terangnya. Hingga kini tercatat sudah ada 55 anak pemulung yang belajar di Pondok Garpu.
Orang tua merasa terbantu
Kini para orang tua bersyukur anak-anaknya bisa belajar di tempat Nurida sehingga bisa mendapatkan akses pendidikan dengan lebih mudah. “saat itu akhirnya kejadian, ada orang tua yang bilang kalau anaknya tidak bisa membaca,” katanya. Setelah beberapa waktu, anak dari orang tua tersebut akhirnya bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, sampai kini menjadi asistennya. “Dulunya ngikut-ngikut gitu, terus sekarang belajar di situ dan perkembangannya banyak, dari yang awalnya megang pensil gak bisa, tapi sekarang bisa ngikutin aturan yang dikasih di sana” kata salah satu orang tua, Reza.