Pernah Tak Punya Uang untuk Makan, Pasutri Asal Blitar Ini Jadi Pengusaha Sukses Berdayakan Puluhan Guru
Kisah pasutri pernah tak punya uang untuk makan besok, kini jadi pengusaha sukses berdayakan puluhan guru muda.
Kisah perjuangan membangun bisnis dari nol ini bikin haru
Pernah Tak Punya Uang untuk Makan, Pasutri Asal Blitar Ini Jadi Pengusaha Sukses Berdayakan Puluhan Guru
Kisah inspiratif datang dari pasangan suami istri asal Blitar Jawa Timur, Yusuf dan Muallifah. Sebelum dikenal sebagai pasutri sukses seperti sekarang, keduanya pernah ada di masa tidak punya uang untuk makan esok hari.
(Foto: Freepik 8photo)
-
Bagaimana Hartono Bersaudara mendapatkan kekayaan? Rudi dan Michael merupakan anak kedua dan ketiga dari ayah bernama Hartono atau Oei Wie Gwan. Kekayaan Rudi dan Michael diawali ketika sang ayah mengakuisisi perusahaan rokok kretek yang bangkrut di tahun 1950. Pabrik itulah kemudian diberi nama Djarum.
-
Bagaimana guru bisa menjadi miliarder? Dia menuliskan, menjadi guru yang kaya bukan berarti harus mempunyai pendapatan yang besar.
-
Apa usaha Budi dan istrinya di Blitar? Uangnya digunakan untuk modal usaha slondok atau keripik khas Jawa Timur, serta memberangkatkan umrah kedua orang tuanya.
-
Apa yang menjadi kunci sukses usaha Ibu dan Anak ini? 'Walaupun bahan bumbu mahal, saya tetap masak enak,' ujarnya. Widari mengaku senang jika pembeli yang makan masakannya senang.
-
Apa yang sukses dari keluarga petani itu? Dalam unggahan tersebut disebutkan orang tua Leo adalah seorang petani yang hidup sederhana. Video itu sudah ditonton hingga lebih dari 2 juta kali dan mendapatkan banyak respons positif dari warganet.'Yang hebat bukan anaknya tapi ortunya,' tulis akun tiktok @_delxxx dalam kolom komentar.'Keren orang tuanya… ,' tulis akun @nuning_callista.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
Alih-alih bertemu calon pembeli, sekitar pukul delapan malam ia justru bertemu ibu muda yang anaknya tengah sakit. Sang ibu tidak bisa membawa anaknya berobat karena tidak memiliki uang. Melihat kondisi tersebut, Yusuf yang memiliki uang Rp100 ribu dan merupakan uang terakhir di dompetnya saat itu bimbang. Ia ingin menolong, namun sekaligus ingat dirinya dan sang istri tidak punya uang lagi untuk makan besok.
Pendek cerita, Yusuf kemudian memberikan uang terakhirnya itu kepada sang ibu muda agar yang bersangkutan bisa membawa anaknya berobat. Sesampainya di rumah ia dan istrinya bingung bagaimana keduanya bisa makan besok sementara tidak ada lagi uang yang dimiliki untuk belanja. Keduanya kemudian berupaya mencari uang receh di berbagai tempat di rumahnya dan menemukan pecahan Rp2 ribu.
Keesokan harinya, uang pecahan Rp2 ribu itu dibelikan tempe. Beruntung, pasutri tersebut masih punya beras yang bisa ditanak hari itu. Alhasil, keduanya pun bisa makan nasi berlauk tempe.
Sebelumnya, ibu muda yang anaknya sakit bermaksud meminjam uang dan akan mengembalikan kepada pasutri tersebut setelah punya rezeki. Namun, Yusuf dan Muallifah memilih memberikan uang tersebut secara cuma-cuma untuk membantu biaya pengobatan anak dari ibu muda tersebut.
(Foto: Freepik jcomp)
Balasan Kebaikan
Pasutri tersebut yakin uang yang mereka sedekahkan akan mendapat dibalas kebaikan berlipat oleh Tuhan. Keyakinan keduanya sempat diuji hingga tiga hari.
Setiap hari, Muallifah menunggu balasan apa yang akan mereka dapat, namun tidak kunjung ada jawaban. Baru pada hari keempat usai peristiwa tersebut, Muallifah dan Yusuf merasa memanen buah dari uang yang mereka sedekahkan.
Menurut penuturan Yusuf, pembayaran rumah kecil bekas warung nasi pecel itu dilakukan setiap bulan. Pasalnya saat itu ia dan sang istri belum punya uang untuk membayar kontrak tahunan.
Setelah jumlah muridnya mencapai puluhan, Yusuf mencoba mengajak para guru yang ia kenal untuk mengelola bimbel miliknya. Namun, hanya ada dua guru yang mau bergabung mengelola bimbel bersama Yusuf dan Muallifah.
(Foto: Freepik gpointstudio)