Pernah Tak Punya Uang untuk Makan, Pasutri Asal Blitar Ini Jadi Pengusaha Sukses Berdayakan Puluhan Guru
Kisah inspiratif datang dari pasangan suami istri asal Blitar Jawa Timur, Yusuf dan Muallifah. Sebelum dikenal sebagai pasutri sukses seperti sekarang, keduanya pernah ada di masa tidak punya uang untuk makan esok hari.
(Foto: Freepik 8photo)
Saat itu, keduanya tengah mendapatkan musibah yang mengharuskan mereka membayar denda Rp4 juta rupiah. Tidak punya uang dengan jumlah tersebut, pasutri itu sepakat akan menjual satu-satunya kulkas yang mereka miliki. Yusuf keliling kampung untuk menemukan orang yang sekiranya mau membeli kulkas miliknya.
Alih-alih bertemu calon pembeli, sekitar pukul delapan malam ia justru bertemu ibu muda yang anaknya tengah sakit. Sang ibu tidak bisa membawa anaknya berobat karena tidak memiliki uang. Melihat kondisi tersebut, Yusuf yang memiliki uang Rp100 ribu dan merupakan uang terakhir di dompetnya saat itu bimbang. Ia ingin menolong, namun sekaligus ingat dirinya dan sang istri tidak punya uang lagi untuk makan besok.
Pendek cerita, Yusuf kemudian memberikan uang terakhirnya itu kepada sang ibu muda agar yang bersangkutan bisa membawa anaknya berobat. Sesampainya di rumah ia dan istrinya bingung bagaimana keduanya bisa makan besok sementara tidak ada lagi uang yang dimiliki untuk belanja. Keduanya kemudian berupaya mencari uang receh di berbagai tempat di rumahnya dan menemukan pecahan Rp2 ribu.
Keesokan harinya, uang pecahan Rp2 ribu itu dibelikan tempe. Beruntung, pasutri tersebut masih punya beras yang bisa ditanak hari itu. Alhasil, keduanya pun bisa makan nasi berlauk tempe.
Sebelumnya, ibu muda yang anaknya sakit bermaksud meminjam uang dan akan mengembalikan kepada pasutri tersebut setelah punya rezeki. Namun, Yusuf dan Muallifah memilih memberikan uang tersebut secara cuma-cuma untuk membantu biaya pengobatan anak dari ibu muda tersebut.
(Foto: Freepik jcomp)
Balasan Kebaikan
Pasutri tersebut yakin uang yang mereka sedekahkan akan mendapat dibalas kebaikan berlipat oleh Tuhan. Keyakinan keduanya sempat diuji hingga tiga hari.
Setiap hari, Muallifah menunggu balasan apa yang akan mereka dapat, namun tidak kunjung ada jawaban. Baru pada hari keempat usai peristiwa tersebut, Muallifah dan Yusuf merasa memanen buah dari uang yang mereka sedekahkan.
berita untuk kamu.
Sejak hari itu, setiap hari ada sekitar tiga murid baru yang mendaftar ke bimbingan belajar (bimbel) milik Muallifah dan Yusuf. Pendaftar datang setiap hari hingga murid mereka berjumlah sekitar 80 anak. Padahal saat itu pasutri ini masih menjalankan bimbel di rumah kecil bekas warung nasi pecel yang mereka kontrak.
Menurut penuturan Yusuf, pembayaran rumah kecil bekas warung nasi pecel itu dilakukan setiap bulan. Pasalnya saat itu ia dan sang istri belum punya uang untuk membayar kontrak tahunan.
Setelah jumlah muridnya mencapai puluhan, Yusuf mencoba mengajak para guru yang ia kenal untuk mengelola bimbel miliknya. Namun, hanya ada dua guru yang mau bergabung mengelola bimbel bersama Yusuf dan Muallifah.
(Foto: Freepik gpointstudio)
Kini, bimbel yang mengedepankan pendidikan karakter itu telah punya lima cabang. Puluhan guru muda yang bergabung dengan bimbel ini merasa bangga.
- Alieza Nurulita Dewi
- Rizka Nur Laily M
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang memberikan cahaya kepada para siswa, membimbing mereka melewati lorong ilmu pengetahuan.
Baca SelengkapnyaBerikut ucapan perpisahan guru dan wali kelas yang menyentuh hati penuh rasa terima kasih.
Baca SelengkapnyaSebagai wujud rasa cinta dan terima kasih untuk Guru kita, ucapan ulang tahun untuk Guru berikut bisa bikin hari bahagia mereka semakin penuh warna.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Memberikan kartu ucapan untuk guru bisa memberikan kesan menyentuh hati.
Baca SelengkapnyaJika berminat, berikut alur pendaftaran SSCASN 2023 PPPK guru yang dikutip dari laman sscasn.bkn.go.id.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, pelaku pembunuhan mahasiswa Ubaya belum disidang.
Baca SelengkapnyaDengan kata mutiara untuk guru, Anda bisa kembali mengingat jasa guru dalam kehidupanmu.
Baca SelengkapnyaTak mau sekolah, bocah tersebut justru tak mempan dinasehati orangtua hingga guru. Buntutnya, prajurit TNI turun tangan.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo mendengarkan berbagai masukan dari tokoh agama dan tokoh masyarakat Kendari.
Baca Selengkapnya