Kisah Haru Anak Yatim Banting Tulang Jualan Es buat Biaya Hidup, Sang Ibu Sakit Keras Hanya Bisa Terbaring di Rumah karena BPJS Menunggak
Sepeninggal ayah berpulang, keduanya terpaksa menjadi tulang punggung.
Kisah Haru Anak Yatim Banting Tulang Jualan Es buat Biaya Hidup, Sang Ibu Sakit Keras Hanya Bisa Terbaring di Rumah karena BPJS Menunggak
Kehidupan keras harus dilalui dua bocah yatim. Sepeninggal ayah berpulang, keduanya terpaksa menjadi tulang punggung.
Sang ibu kini tak mampu lagi bekerja. Sosoknya terbaring sepanjang waktu lantaran sakit keras dan tak ada biaya berobat.
Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Anak Yatim jadi Tulang Punggung
Kisah pilu tersebut ialah milik dua kakak-beradik, Daby dan Sisil.
Di usianya yang masih anak-anak, keduanya harus berputar otak menjadi tulang punggung keluarga.
Sebab, sang ibunda kini hanya mampu terbaring saja lantaran sakit keras yang dialaminya.
Ungkap Kondisi Ibunda
Daby mengungkap gejala sakit sang ibunda. Daby mengetahui ibu kini memiliki gangguan kesehatan di bagian perut, namun belum tahu pasti penyakit apa yang menyerangnya.
Hingga kini, sang ibunda hanya mampu terbaring di dalam rumah. Tak ada biaya berobat.
“Ibu sakit di bagian perutnya kak. Kita gak tau sakitnya apa karena belum ada uang buat berobat ke rumah sakit”, ujar Daby, demikian dikutip dari laman resmi kitabisa.com.
Bahkan, asuransi kesehatan berupa BPJS pun sang ibunda tak memilikinya.
Sebab, keluarga Daby belum bisa sepenuhnya membayar tunggakan iuran setiap bulannya.
"Ibunya punya BPJS, namun banyak yang tunggakan yang belum bisa dilunasi," demikian dikutip dari laman resmi kitabisa.com.
Mau tak mau, Daby dan Sisil harus menjadi sosok tangguh bagi sang ibunda. Hal itu diketahui berlangsung usai sang ayah wafat beberapa tahun silam.
"Daby dan Sisil berjuang merawat ibunya yang sakit serta jadi tulang punggung keluarga," demikian dikutip dari keterangan laman resmi kitabisa.com.
Demi menyambung hidup, Daby dan Sisil setiap harinya berjualan es dan jajanan dengan cara berkeliling.
Hal itu dilakukan dua kakak beradik itu setiap sepulang sekolah.
"Sepulang sekolah, kakak beradik itu berjualan es dan jajanan," demikian dikutip dari keterangan laman resmi kitabisa.com.
Dari perjuangan panjangnya bersama sang adik, Daby seringkali mengantongi uang Rp10 ribu saja. Bahkan, tak jarang pula dia membawa dagangan utuh lantaran tak ada pembeli.
"Seharian dagang bahkan sampai malam hanya sedikit yang bisa mereka dapatkan. Kadang cuma 10 ribu saja," demikian dikutip dari keterangan laman resmi kitabisa.com.
Kondisi ekonomi Daby dan keluarga membuat dia beserta sang adik harus menelan pil pahit lainnya. Keduanya kini memiliki tunggakan uang sekolah hingga jutaan rupiah.
"Tunggakan biaya sekolah mereka bahkan mencapai 7 juta rupiah," demikian dikutip dari keterangan laman resmi kitabisa.com.
Meski demikian, ada saja berbagai cemooh atau hinaan yang seringkali dilempar teman atau orang lain ke keluarga Daby.
Hal itu tak jarang membuat Daby dan Sisil menangis di pusara sang ayah.
Sembari menitikkan air mata, Daby dan Sisil mengungkap rindu sembari berkeluh kesah ke mendiang ayah.
“Ayah..Daby kangen ayah, kangen dipeluk ayah. Daby di bully yah padahal Daby gak ngelakuin salah," ungkap Daby, demikian dikutip dari keterangan laman resmi kitabisa.com.