Perjuangan Bocah 11 Tahun di Palembang Hidupi 3 Adik Usia Balita Nyambi Jualan Keripik di Sekolah
Setelah ibunya meninggal, Iky dan ketiga adik balitanya dan sang nenek mengontrak rumah. Ayahnya pergi meninggalkan mereka tanpa kabar.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, sang nenek membuat keripik ubi, cireng dan stik kentang.
Perjuangan Bocah 11 Tahun di Palembang Hidupi 3 Adik Usia Balita Nyambi Jualan Keripik di Sekolah
Kisah M Rizky Aditya (11) begitu menyentuh. Di usianya yang masih sangat muda, pelajar Madrasah Ibtidaiyah kelas V itu harus berjuang melanjutkan hidup bersama tiga adiknya setelah mereka ditinggalkan orangtua.
Sehari-hari, Rizky harus merawat tiga adiknya yang masih balita, Aysilla Daniah Hanum (5), Muhammad Dani Saddam (3), dan Muhammad Khalfi (2).
“Sang ibu meninggal Januari 2024 lalu karena penyakit liver dan jantung yang diderita sejak 2022. Sedangkan ayahnya, M. Ferdi Kradani (31) tinggal terpisah dengan Iky beserta adik-adiknya,” tulis Kemensos melaui siaran pers diterima, Selasa (23/4).
Setelah ibunya meninggal, Iky dan ketiga adik balitanya dan sang nenek mengontrak rumah sangat sederhana di gang sempit di Desa Tangga Takat, Kecamatan Seberang Ulu Dua, Kota Palembang.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, sang nenek membuat keripik ubi, cireng dan stik kentang. Makanan ringan tersebut kemudian dijajakan Rizky sepulang sekolah.
“Biasanya berjualan setelah pulang sekolah jam 2 siang sampai jam 10 malam,” kata Iky yang kerap berjualan berkeliling jalan dan gang di sekitar Universitas PGRI Plaju Palembang.
Meskipun Iky dan keluarga menghadapi berbagai keterbatasan, semangat dan keuletan mereka patut diacungi jempol. Iky, sebagai anak sulung, tidak hanya menjaga dan merawat adik-adiknya dengan penuh kasih, tetapi juga mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya sekolah.
Dia bersama-sama Nenek Sa'adah bergotong royong, sebagai tulang punggung ekonomi keluarga.
"Nenek menjalankan usaha pembuatan keripik dengan penuh semangat demi menghidupi keempat cucunya. Tidak pernah terdengar keluh kesah. Semua dijalani dengan penuh keikhlasan,” ujar Iky.
Mengetahui hal tersebut, Kementerian Sosial melalui Sentra Budi Perkasa di Palembang mempertemukan kembali Iky dan ayahnya Ferdi yang telah lama terpisah. Diketahui Ferdi bekerja serabutan di Palembang. Sebelumnya Ferdi bekerja sebagai penjaga parkiran.
“Terkadang dua hari sekali, terkadang tidak mendapat tugas menjaga parkir karena semuanya tergantung pemegang wilayah parkir. Dari hasil parkir tersebut Ferdi harus menyerahkan setoran Rp. 80.000 setiap harinya kepada pemegang wilayah, sehingga pendapatan bersih yang diterima Ferdi sekitar Rp. 100.000 – Rp 120.000 setiap bertugas,” kata Ferdi.
Mengetahui kondisi tersebut, Kemensos memberikan bantuan kewirausahaan kepada Ferdi untuk usaha berjualan bakso bakar dan keripik. Ferdi punya keinginan untuk bekerja, karena itu sebagai bekal untuk bekerja, Ferdi belajar las di Sentra Budi Perkasa di Palembang.
Tidak hanya Ferdi, nenek Iky juga turut diberikan bantuan kewirausahaan berupa penambahan alat untuk produksi makanan olahan, serta bahan pembuatan keripik ubi dan cireng agar bisa menambah penghasilannya.
“Alhamdulillah sudah dibantu Kemensos, semoga usaha yang dijalankan bisa lancar,” kata Sa’adah.
Sebagai informasi, Kemensos juga memberikan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) kepada Iky dan adik-adiknya berupa pemenuhan hidup layak seperti paket nutrisi, perlengkapan tidur, pampers untuk adiknya, serta pelunasan biaya kontrakan rumah dan air bersih selama Februari - Desember 2024 sebesar Rp.5.500.000.
Kemensos juga memberikan dua sepeda lipat untuk bersekolah anak ke- 9 dan ke-10 dari Nenek Sa’adah.
Kemensos juga melakukan pendampingan dengan mengurus akta kelahiran dan Kartu Identitas Anak untuk adik Iky atas nama Muhammad Dani Saddam (3), dan Muhammad Khalfi (2).
Selanjutnya Kemensos bersama dengan pendamping sosial melakukan pendampingan dan memantau perkembangan kondisi Iky dan keluarga, serta melakukan monitoring kewirausahaan Ferdy dan Nenek Sa'adah.