2 Kakinya Terlindas Kereta, Wanita Tua ini Harus Banting Tulang Jualan Asongan Pakai Kursi Roda Demi Hidupi 4 Anak
Kisah seorang wanita lansia asal Purworejo benar-benar membuat siapapun yang membaca akan mengelus dada.
2 Kakinya Terlindas Kereta, Wanita Tua ini Harus Banting Tulang Jualan Asongan Pakai Kursi Roda Demi Hidupi 4 Anak
Kisah seorang wanita lansia asal Purworejo benar-benar membuat siapapun yang membaca akan mengelus dada.
Melansir laman kitabisa.com, Selasa (23/7) lansia bernama Sariyani (62) menghadapi kenyataan hidup yang pelik dan penuh cobaan.
Di usianya yang tak lagi muda, ia rela banting tulang demi hidupi anak-anaknya.
Sang suami meninggal 17 tahun yang lalu dan membuat kehidupannya semakin berat.
Dua tahun kemudian, ia mengalami kecelakaan tragis saat berjualan asongan di kereta api. Akibatnya kedua kakinya terlindas dan terpaksa diamputasi.
Sejak saat itu ia harus hidup di atas kursi roda yang kondisinya sudah usang dan tak layak pakai.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Sariyani memilih berjualan asongan demi hidupin keempat anaknya.
Kesehariannya kini adalah berjualan jajanan keliling di alun-alun Purworejo ditemani putra bungsunya, Edi (11).
Bocah laki-laki itu dengan setia mendorong kursi roda ibunya selama tiga jam perjalanan dari rumah hingga ke alun-alun.
Sariyani pun berjualan selepas Edi pulang dari sekolah pukul 1 siang. Keduanya berjualan hingga jam 7 malam.
Setiap hari ia bersama Edi menenteng banyak dagangan mulai dari makanan ringan hingga minuman seduh.
Edi pun tetap setia menemani ibunya sembari menunggu pembeli datang untuk dilayani.
Dalam sehari, Sariyani hanya bisa menghasilkan Rp20 ribu jika jualannya habis terjual.
Namun tak jarang ia pulang dengan tangan hampa karena dagangannya tak laku.
Tentu saja penghasilan itu tak cukup untuk kebutuhannya sehari-hari.
Tak cukup di situ, perjalanan panjang untuk sampai ke rumah membuat mereka tak jarang sampai di rumah hingga larut malam.
Seringkali Sariyani dan Edi tiba di rumah pukul 11 malam. Waktu yang sangat larut bagi bocah yang keesokan paginya harus berangkat ke sekolah.
Bersama Edi, Sariyani tinggal di rumah kos seharga Rp200 ribu per bulan.
Bahkan Ia pun sering menunggak karena tak mampu membayar kontrakan.
Anak-anaknya yang lain pun sudah berkeluarga dan sama-sama menghadapi kesulitan ekonomi.
Tantangan lain yang harus dihadapinya selama jualan tak sedikit.
Tasnya pernah dirampas preman hingga kursi rodanya yang sering rusak hingga membuatnya terjatuh.