Kisah Tragis Janda 4 Anak Kakinya Terlindas Kereta lalu Diamputasi, Banting Tulang Jualan Keliling Pakai Kursi Roda Cuma Dapat Rp20 Ribu
Sariyani (62) hidup dengan begitu pilu. Di usianya yang kini telah senja, dia tak lagi hidup bersama sang suami sejak belasan tahun yang lalu.
Sariyani (62) hidup dengan begitu pilu. Di usianya yang kini telah senja, dia tak lagi hidup bersama sang suami sejak belasan tahun yang lalu.
Bersama empat orang anak, dia mau tak mau harus melanjutkan hidup. Di tengah kepiluannya hidup menjanda, dia harus menerima takdir kedua kakinya diamputasi lantaran terlindas kereta api.
Kini demi menyambung hidup, dia berjualan asongan hingga larut malam. Banting tulang, dia pun hanya mendapat Rp20 ribu jika semua barang laris terjual. Berikut ulasan selengkapnya.
Kisah Hidup Ibu Sariyani
Kisah hidup yang memprihatinkan milik seorang lansia bernama Sariyani diungkap belum lama ini dalam laman resmi penggalangan dana publik bernama kitabisa.com.
Dalam narasi yang diceritakan, Sariyani diketahui kini hidup menjanda tanpa bersuami sejak 17 tahun silam.
Kepiluan usai sepeninggal suami pun masih berlipat. Tepat dua tahun usai suami wafat, dia diketahui mengalami kecelakaan saat menjajakan asongan di kereta api.
Kakinya terlindas hingga mengalami luka parah. Buntutnya, Sariyani harus kehilangan kedua kaki lantaran diamputasi.
"Dua tahun setelah suaminya meninggal, ia mengalami kecelakaan tragis saat berjualan asongan di kereta api. Kedua kakinya terlindas dan terpaksa diamputasi," demikian dikutip dari keterangan laman kitabisa.com, Jumat (16/8).
Dibantu Buah Hati
Sejak saat itu juga, Sariyani harus menghidupi keempat anaknya seorang diri dengan masih berjualan asongan namun kini menggunakan kursi roda butut.
Perjuangan Sariyani pun turut menuai rasa empati dari sang putra yang berusia 11 tahun bernama Edi. Dibantu sang buah hati sepulang sekolah, keduanya menempuh perjalanan selama tiga jam dari kediaman ke alun-alun kota.
"Anak bungsunya, Edi (11 tahun), dengan setia mendorong kursi roda ibunya selama tiga jam perjalanan dari rumah ke alun-alun," demikian dikutip dari keterangan.
Berbagai risiko saat bekerja pun pernah dialami Sariyani dan sang putra di lokasi. Tas Sariyani pernah dicuri hingga kursi roda yang dikendarainya seringkali mengalami kerusakan.
Sariyani pun diketahui banting tulang dari siang hingga selepas adzan maghrib. Meski demikian, dia dan sang putra pun masih harus menempuh perjalanan pulang.
Sehingga, setiap harinya keduanya bisa tiba di rumah kos seharga Rp200 ribu per bulan itu saat larut malam.
Penghasilan Rp20 Ribu
Jika dagangan habis, maka Sariyani pun hanya bisa meraup pendapatan sekitar Rp20 ribu saja.
Namun Sariyani dan sang putra pun kerap kali harus menelan pil pahit lantaran dagangan mereka tak terjual habis untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
"Dalam sehari, Bu Sariyani hanya mampu menghasilkan sekitar 20 ribu rupiah jika dagangannya habis terjual".
Meski demikian, Sariyani pun nampak menjalani hidup bersama putra-putrinya dengan begitu tangguh sekaligus penuh kesabaran.