Tinggal di Gubuk Reyot Beratap Daun Selama 10 Tahun, Kakek Samudi di Lebak Hidup Sebatang Kara Setelah Istri Meninggal
Untuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.

Untuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.

Tinggal di Gubuk Reyot Beratap Daun Selama 10 Tahun, Kakek Samudi di Lebak Hidup Sebatang Kara Setelah Istri Meninggal
Seperti inilah gubuk yang ditempati Samudi, seorang kakek berusia 66 tahun warga Kampung Cipalid, Desa Banjarsari, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak. Kondisi tempat tinggalnya sangat memprihatinkan sehingga membutuhkan uluran tangan.
Terlihat kondisi bangunan yang sangat tidak layak. Dinding dan penyangga rumah hanya terbuat dari anyaman bambu dan kayu.
Atapnya terbuat dari daun kering yang dilapisi terpal untuk melindunginya dari guyuran hujan maupun sengatan matahari.
Ia pun hanya tinggal seorang diri setelah ditinggal wafat sang istri beberapa tahun lalu. Tempat tinggalnya kini terancam ambruk karena dimakan usia. Ia pun hanya bisa pasrah dan berbuat sebisanya untuk menyambung hidup.


Hidup Seorang Diri
Samudi hanya bisa menghabiskan masa tuanya di gubuk tersebut.
Dirinya berharap, rumahnya bisa tetap kuat menopang tubuh rentanya karena tidak ada tempat lain untuk ditinggali.
Samudi mengaku khawatir saat hujan deras, karena saat ini kondisi rumahnya semakin tidak layak huni karena sudah dalam keadaan miring.
“Hidup di sini sudah sekitar 10 tahun, sebatang kara. Istrinya tidak ada, meninggal,” katanya, mengutip YouTube SCTV Banten, Rabu (10/7)
Hanya Berjualan Daun Singkong
Samudi sehari-hari tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak karena tak punya uang. Untuk bertahan hidup, dirinya hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Karena usia, Samudi juga tidak bisa bekerja maksimal, sehingga penghasilannya dari berjualan daun singkong ke pengepul juga tak seberapa.
“Nggak makan, kadang sehari, kadang dua hari,” katanya.

Menanti Uluran Tangan
Saat hujan, dirinya selalu waspada karena dikhawatirkan tempat tinggalnya ambruk sehingga tidak bisa ditempati. Bocor dan air hujan masuk sudah jadi hal yang biasa baginya.
Sampai saat ini, Samudi belum tersentuh bantuan bahkan dari pemerintah daerah setempat.
Saat malam, ia juga tidak memiliki penerangan. Sosoknya kini membutuhkan uluran tangan agar bisa melanjutkan hidup walau berada di jurang kemiskinan.
“Ini kebocoran, bocor di mana-mana,” tambahnya.
