Kisah Yadi Anak yang Rawat Sang Ibu Lansia di Sukabumi, Tinggal di Rumah Tua Nyaris Ambruk
Yadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Yadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Kisah Yadi Anak yang Rawat Sang Ibu Lansia di Sukabumi, Tinggal di Rumah Tua Nyaris Ambruk
Di rumah bercat oranye inilah, Yadi Suryadi (52) merawat sang ibu yang sudah sangat renta bernama Onih (90). Namun, tempat tinggal mereka sangat tidak layak, dengan kondisi yang hampir ambruk.
Keduanya tinggal di Kampung Cisarua RT 02/04, Kelurahan Tipar, Kota Sukabumi, Jawa Barat dan hanya berjarak 3 kilometer dari pusat kota.
Walau tak jauh, ingar bingar pembangunan tidak dirasakan di rumah milik ibu dan anak ini.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Apa itu SalingJaga Ibu Berdaya? 'SalingJaga Ibu Berdaya adalah rangkaian workshop keuangan yang dilaksanakan di beberapa kota di Indonesia, yakni: Surabaya, Jakarta, dan yang akan datang ada di Bandung, Yogyakarta, dan Semarang,' ujar Fania.
-
Bagaimana SalingJaga Ibu Berdaya membantu ibu? Terlepas dari itu, bersama content creator sekaligus momfluencer Dwi Handayani dan Dhannisa Cho, serta dipandu oleh psychotherapist dari Sanggar Jiwa Tumbuh, para ibu diajak untuk melakukan body psychotherapy, social dreaming, dan support circle sebagai proses menjaga kesehatan mental serta memproses berbagai emosi yang muncul dalam perjalanan menjadi seorang ibu.
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Apa yang membuat kehidupan Pak Suji memprihatinkan? Pria Purbalingga Ini Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot Tengah Hutan, Kondisinya Memprihatinkan Pak Suji (75 tahun), hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot yang sangat memprihatinkan.
-
Siapa yang tinggal di rumah nyaris roboh? Sang pemilik, Abun (63), tak bisa berbuat banyak lantaran hidup di bawah garis kemiskinan.
Keprihatinan keluarga tersebut semakin terasa tatkala Yadi tidak bisa bekerja lantaran kondisinya. Ia hanya menunggu bantuan warga maupun pihak yang peduli dengan keluarganya.
Yadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Kondisi Rumah Nyaris Ambruk
Keberadaan rumah yang selama ini menjadi tempat untuk bernaung selalu disyukuri keduanya walau kondisinya sudah tidak layak untuk dihuni.
Di bangunan berukuran 60 meter persegi itu, bagian atap hanya ala kadarnya. Bagaimana tidak, plafonnya hampir ambruk karena dimakan usia.
Yadi selalu dibayangi rasa ketakutan saat hujan turun deras dan angin bertiup kencang, karena rumahnya yang rentan ambruk.
"Saya hidup berdua dengan ibu saya yang sudah lanjut usia. Keseharian saya hanya pengangguran. Jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk biaya keseharian saja kami mengalami kesulitan," terang Yadi, mengutip Liputan6, Jumat (31/5).
Memiliki Keterbatasan Kesehatan
Bukan tanpa alasan Yadi tidak bekerja. Dirinya saat ini memiliki keterbatasan di kondisi kesehatannya. Yadi kurang bisa melihat, sehingga tidak dimungkinkan untuk bekerja apapun termasuk serabutan.
Namun ia selalu berusaha mencari kebutuhan makan, termasuk merawat sang ibu yang ia sayangi dengan sepenuh hati. Kondisi tak bisa melihat dengan baik ini juga menimbulkan rasa ketakutan saat turun hujan, karena kerusakan yang tidak terpantau.
“Keseharian saya hanya pengangguran, tidak bekerja karena kondisi kurang bisa melihat. Ditambah saya harus mengurus ibu yang sudah berusia 90 tahun,” tambahnya.
Tinggal di Rumah yang Dibangun Tahun 1980
Tempat bernaungnya ini sudah ada sejak 1980 dan ini yang membuat rumah tersebut tidak layak huni karena belum pernah mendapatkan penanganan renovasi.
Saat hujan, rumah kerap tergenang air. Tak ada pilihan selain bertahan di tempat tersebut.
“Kalau turun hujan sering banjir. Selain itu, saya pun khawatir atap rumah ambruk. Tapi mau bagaimana, untuk kondisi saat ini sepertinya tidak bisa melakukan perbaikan rumah. Jadi hanya bisa bertahan di sini saja," ujarnya.
Butuh Uluran Tangan
Saat ini Yadi dan Onih hanya bisa menunggu uluran tangan, baik dari pemerintah maupun warga yang dermawan. Setidaknya, rumahnya bisa ditempati secara layak dan dirinya bisa mendapat bantuan pengobatan.
"Jujur kami was-was dengan kondisi rumah seperti ini," ucapnya.
Sementara, Lurah Tipar, Cecep Kuswandi, mengatakan bahwa pihaknya sudah berusaha mengupayakan bantuan. Namun pembangunan secara penuh belum bisa dilaksanakan, lantaran keterbatasan anggaran.
"Kami sudah lama mengajukan perbaikan rumah tersebut, tapi kan namanya bantuan rumah tidak layak huni anggarannya cukup, minim paling sebesar Rp20 juta. Sehingga, dengan kondisi luas rumah tersebut tidak bisa semuanya diperbaiki," ujar Cecep.
Sempat Mendapat Bantuan namun Tidak Bisa Dilanjutkan
Sebenarnya pada 2021 lalu, Yadi sempat akan mendapat bantuan perbaikan rumah. Namun akhirnya ditolak keluarga lantaran tidak ada biaya untuk swadaya pengerjaan bangunan dan bantuan pun terpaksa dialihkan.
"Sebetulnya 2021 lalu mau ada bantuan, karena pihak keluarga tidak ada swadayanya sehingga harus dialihkan kepada warga lainnya. Karena memang pemilik rumahnya saat ini tidak bekerja," jelasnya.
Namun, saat ini Yadi dan Onih sudah mendapatkan bantuan setiap tiga sampai enam bulan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Sukabumi. Dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga sudah membantu membuatkan atap dari terpal sehingga bisa tetap melindungi keduanya dari paparan panas dan air hujan.
Rumah Yadi juga kabarnya akan dibangun oleh Pemkot Sukabumi lewat anggaran APBD Kota Sukabumi.
"Ya, informasinya sudah masuk pada anggaran perubahan nanti tapi sekali lagi dari bantuan tersebut tidak bisa memperbaiki bangunan rumah semuanya karena anggarannya terbatas," ujarnya.
Dibenarkan Plt Wali Kota
Di sisi lain, Pejabat Wali Kota Sukabumi, Kusmana Hartadji turut membenarkan bahwa rumah yang ditinggali Yadi dan Onih tidak layak dihuni.
Pihaknya juga sudah menyiapkan bantuan anggaran perbaikan rumah. Nantinya, rumah Yadi dan Onih akan masuk dalam daftar untuk diberi bantuan perbaikan rumah.