Kisah Pilu Pria Tua Tukar Dagangan Sama Beras Sedapatnya, Demi Sang Ibu Usia 103 Tahun Bisa Makan
Sejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Sejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Kisah Pilu Pria Tua Tukar Dagangan Sama Beras Sedapatnya, Demi Sang Ibu Usia 103 Tahun Bisa Makan
Kisah pilu datang dari seorang pria tua bernama Abah Ucup (65). Meski sudah berusia lanjut, dia masih harus berdagang keliling dengan memikul dagangannya.
Sejak istrinya meninggal, Abah Ucup merawat sang ibu yang sudah berusia 103 tahun seorang diri.
Untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan sang ibu, dia harus jualan keliling dari kampung ke kampung.
Dengan badannya yang sudah lemah, Abah Ucup memikul barang dagangannya yakni daun salam, daun pisang, dan sereh.
Sedihnya lagi, sudah seharian berjalan kaki dagangannya belum tentu ada yang membelinya. Dia pun kerap mencoba menukarkan dagangan yang dijualnya itu dengan beras di toko-toko.
Namun, usahanya itu tak selalu berhasil. Ada toko yang mau, tapi banyak pula yang tak mau barter. Sementara sang ibu di rumah harus diberi makan.
Bekal yang dibawanya untuk berjualan juga hanya air putih. Tak ada makanan ataupun camilan.
Meski begitu dia bersyukur. Menurutnya, bekal air putih sebotol sudah cukup untuk dirinya berjualan selama seharian.
"Biasanya Abah bekal air putih saja sebotol. Sudah cukup buat jualan seharian. Kadang sampai rumah juga belum tentu bisa makan, untung jualan cuma cukup beli beras sekepal. Yang penting Ibu enggak kelaparan,"
kata Abah Ucup dilansir dari laman kitabisa.com, Senin (12/2/2024).
Tak cuma itu, Abah Ucup juga kerap istirahat hingga tertidur di pinggir jalan. Dia kerap mencari pohon rindang di pinggir jalan untuk beristirahat.
"Kadang kalau sudah capek keliling enggak ada yang beli, Abah suka istirahat sampai ketiduran. Biasanya dari rumah belum makan cuma bisa istirahat minum sambil nahan lapar," kata Abah Ucup.
Di usianya yang sudah lanjut itu, Abah Ucup sering merasa sakit di lututnya. Namun, dia mengabaikannya demi mencari nafkah.