Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak
Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit
Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak
Galih dan Amel, pasangan suami istri asal Kabupaten Malang, Jawa Timur punya kisah hidup yang menarik. Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama mengalami masalah ekonomi. Kini, keduanya dikenal sebagai pasutri pebisnis sukses yang punya puluhan karyawan.
Pacaran Ngirit
Galih dan Amel berkenalan lalu pacaran saat sama-sama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mereka mengenang masa itu sebagai momen perjuangan.
"Biasanya kan orang pacaran itu jalan bareng, makan bareng. Kami malah harus berjuang. Aku bantu pacar jualan," terang Amel, dikutip dari YouTube PecahTelur, Rabu (20/2/2024).
Saat itu, Galih tengah berjuang menghidupi dirinya sekaligus keluarganya dengan jualan aneka kerajinan kulit di marketplace.
Sementara itu, Amel sendiri juga mengalami masa ekonomi sulit. Usaha orang tuanya bangkrut. Ia pun kuliah dengan beasiswa bidik misi. Selama kuliah, ia memanfaatkan uang sebijak mungkin. Amel mengaku tidak pernah hedon.
Keputusan Besar
Setelah beberapa tahun pacaran, keduanya memutuskan menikah. Baik Amel maupun Galih meyakini pasangan mereka adalah orang terbaik yang tidak mungkin tergantikan orang lain. Saat menyatakan keinginannya untuk menikah, ayah Amel sempat mempertanyakan apakah sang anak yakin memilih Galih yang saat itu tidak punya pekerjaan tetap. Amel pun menegaskan bahwa ia sangat yakin kepada Galih. Apalagi Galih juga sering membantu keluarga Amel dan sangat menghormati kedua orang tuanya bak orang tuanya sendiri.
Jatuh Bangun
Selama kuliah hingga awal-awal menikah, Galih hanya memasarkan produk milik orang lain. Masalah datang justru saat dagangannya di marketplace laku keras. Produk-produk menggunakan merek KW yang ia pasarkan tidak lagi ditayangkan oleh marketplace karena melanggar hak cipta. Hal ini membuat penjualan menurun. Galih pun dipaksa keadaan untuk memutar otak bagaimana agar bisnisnya berkembang, apalagi ia sudah menikah.
Pada tahun 2019, ia dan Amel akhirnya sepakat membuat merek sendiri. Keduanya memproduksi kerajinan berbahan kulit sapi seperti dompet, tas, ikat pinggang, dan produk turunannya.
Masalah berikutnya muncul saat keduanya sudah punya merek sendiri. Harga produk lebih mahal karena bahannya berkualitas tidak serta merta mengundang pembeli. Mereka pun harus belajar strategi marketing baru, yakni melalui facebook ads hingga mengirim produk gartis untuk pelanggan setia.
Kisah Cinta InspiratifRezeki Berlimpah
Galih dan Amel mengaku rezekinya mengalir deras setelah menikah, kemudian punya anak. Kini, setiap bulan produknya laku ribuan pcs. Pembelinya tak hanya dari Indonesia, tetapi juga luar negeri. Meskipun omzet usahanya besar, Galih dan Ratna tidak hidup foya-foya.