Cuma Modal Rp50.000, Pasturi di Sukoharjo Sukses Punya 3 Pabrik Bawang Goreng
Kisah sukses pedagang sayur yang banting setir menjadi pengusaha bawang goreng di Sukoharjo. Kini Sumardi dan Anik sukses dan telah memiliki 3 pabrik sendiri.
Berawal dengan modal Rp50.000 untuk membeli 2 kg bawang merah dan 1 liter minyak goreng, Sumardi mencoba peruntungannya.
Cuma Modal Rp50.000, Pasturi di Sukoharjo Sukses Punya 3 Pabrik Bawang Goreng
Pasturi di Sukoharjo Sukses Punya 3 Pabrik Bawang Goreng dengan Modal Rp50.000
Pasangan suami istri Sumardi dan Sulis, telah mencatatkan kesuksesan yang luar biasa dalam dunia bisnis bawang goreng produksi rumahan.
Memulai perjalanan bisnisnya sejak tahun 2014, kini pasturi asal Sukoharjo, Jawa Tengah menjadi salah satu pelaku utama dalam industri ini.
Berawal dari pekerjaan sehari-hari sebagai tukang sayur keliling, Sumardi mendapatkan inspirasi brilian dari istri tercinta untuk menjual brambang (bawang) goreng.
Berawal dengan modal Rp50.000 untuk membeli 2 kg bawang merah dan 1 liter minyak goreng, Sumardi mencoba peruntungannya.
Anik kemudian berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, dari orang ke orang, memperkenalkan brambang gorengnya.
“Jadi sambil nganter anak ke sekolah saya titip-titipkan ke penjual sayur dan guru dari anak-anak juga membeli. Sambil jemput anak sekolah juga saya dagangkan itu ke kantor-kantor,” ujar Anik dilansir dari kanal YouTube Tanilink TV, Senin (1/4).
Olahan bawang gorengnya ternyata enak dan membuat orang ketagihan.
Banyak pembeli memberikan respon sangat baik terhadap produknya.
Melihat prospek yang cerah, mereka memutuskan untuk serius menjalankan bisnis bawang goreng. Mereka mulai memproduksi lebih banyak lagi.
Keberhasilan bisnisnya tidak hanya terbatas pada dirinya sendiri. Mereka memperluas produksi dan mulai bekerja sama dengan petani bawang merah Tawangmangu untuk mendapatkan modal bahan baku.
Sumardi dan Anik mendapat 300 kg bawang merah untuk diolah sebagai modal memperbesar usahanya.
Tanpa harus mengeluarkan uang di awal, mereka berhasil mengolah bawang merah menjadi produk brambang goreng yang laku terjual dalam waktu 3 hari.
Uang hasil penjualan itulah yang digunakan untuk membayar modal bawang merah di awal tadi.
Namun, seperti dalam setiap perjalanan sukses, Sumardi dan istrinya juga mengalami tantangan. Mereka harus bersaing dengan pebisnis brambang goreng lainnya.
Selain itu, gagal panen tiap musim hujan yang mengakibatkan harga bawang merah melonjak juga jadi tantangan.
Namun, bagi mereka yang terpenting tetap bisa mempekerjakan karyawan meskipun tidak mendapatkan untung.
Untuk memperkuat merek produk brambang gorengnya, mereka berinovasi dengan menciptakan toples kemasan sendiri yang unik.
Tak lupa ditempelkannya logo dan merek dagangnya, BBG-SA. Kini BBG-SA sudah ada hak paten jadi tidak bisa ditiru oleh orang lain.
Kerja keras Sumardi tidak hanya membuatnya sukses secara finansial, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Sumardi mengajak masyarakat sekitar untuk bekerja bersama.
Dia mengaku ingin bisnis yang dibangunnya dapat membantu meningkatkan ekonomi mereka. Bahkan, beberapa di antara mereka dulunya pengangguran kini menjadi orang yang mandiri.
Baginya, usaha yang dijalani bukan hanya sekadar mencari keuntungan. Melainkan sebagai ibadah dan cara untuk memberi manfaat kepada orang lain.
merdeka.com
Usahanya berkembang pesat.
Berkat ketekunan dan dedikasinya, Sumardi berhasil mengubah modal awalnya yang hanya Rp50.000 menjadi sebuah usaha yang menghasilkan hingga 700 kg bawang merah goreng per hari.
Bahkan kini memiliki 3 tempat produksi yakni di 1 Sukoharjo dan 2 lainnya di Temanggung.