Cerita Yanto dan Istri Ciptakan Bakpia Rasa Lidah Masyarakat Kabupaten Paser
Dalam membuat bakpia dia menyesuaikan rasa lidah masyarakat Kabupaten Paser yang multikultural.
Dalam membuat bakpia dia menyesuaikan rasa lidah masyarakat Kabupaten Paser yang multikultural.
Cerita Yanto dan Istri Ciptakan Bakpia Rasa Lidah Masyarakat Kabupaten Paser
Uang Rp 500 ribu menjadi modal awal pasangan suami istri (Pasutri) asal Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, Isyanto dan Nurwidayatun memulai usahanya menjual bakpia. Usaha ini telah berjalan tiga tahun.
Ide untuk membuat bakpia bermula dari Nurwidayatun. Dia menyebut, sebagai ibu rumah tangga setiap harinya sudah pasti berada di dapur. Tak ingin sekadar sibuk dengan rutinitas keseharian, dirinya pun berpikir dan mencari cara bagaimana bisa menghasilkan cuan meski berada di rumah.
"Saat itu saya berpikir, masa sih tangan ini tak punya keistimewaan yang bisa menghasilkan sesuatu, selain kerjaan di dapur," kata Nurwidayatun, Selasa (12/12/2023).
Hingga akhirnya dipilihlah bakpia. Awalnya dia pernah mencicipinya kala berada di Yogyakarta. Tertarik dan menyukai rasanya, Nurwidayatun mencoba membuat sendiri bakpia secara otodidak untuk kemudian dijual di Kabupaten Paser, khususnya sekitar wilayah Desa Klempang Sari, Kecamatan Kuaro.
Dalam membuat bakpia dia menyesuaikan rasa lidah masyarakat Kabupaten Paser yang multikultural. Antara lain ada suku Paser, Banjar, Bugis dan Jawa. Setiap bakpia yang dibuat pasutri itu selalu meminta masukan kepada konsumen atau warga yang mencicipinya.
Misal, bagaimana tekstur, bentuk hingga rasanya. Karena banyaknya masukan atau saran saat memperkenalkan bakpia buatannya, membuat Isyanto dan Nurwidayatun semakin semangat menciptakan bakpia sesuai lidah masyarakat Kabupaten Paser.
"Alhamdulillah bakpia kita disukai masyarakat sini (Paser). Kami bukan tak menghargai produk bakpia yang di Jawa, ya di Jawa punya konsumen sendiri dan kami ciptakan konsumen sendiri," tambah Isyanto.
Awal mula merintis usahanya, Isyanto dan istrinya harus begadang hingga subuh hari kala membuat bakpia. Pasalnya, oven atau pemanggang yang digunakan saat itu berukuran kecil yang hanya bisa menghasilkan 27 pcs bakpia dalam sekali buat.
Kemudian pagi harinya menitipkan ke warung-warung sekitar rumah yang berada di Jalan Garuda, Desa Klempang Sari Kecamatan Kuaro. Namun apa yang diharapkannya yakni produknya laris manis terjual kerap tak sesuai harapan, tak laku, tersisa hingga akhirnya merugi.
Akhirnya pasutri itu mencoba peruntungan dengan menjual langsung di rumahnya. "Kami saat itu yakin bisa dan pasti ada pasarnya. Ternyata, alhamdulilah ada rezekinya dari Allah SWT di situ (berjualan di rumah)," kenang Yanto, sapaan karibnya.
Ia bersama sang istri yakin jika usahanya yang dinamai Bakpia Sari Berkah 99 akan semakin berkembang. Dikarenakan banyak disukai dan pembelinya terus bertambah, membuat Yanto semakin gigih untuk memproduksi bakpia dalam jumlah banyak.
Adapun bakpia yang dijualnya yakni basah dan kering dengan berbagai varian rasa. Mulai kacang hijau, cokelat, ubi ungu, keju, cappucino hingga durian. "Harganya Rp 35 ribu per box dengan isi 15 pcs bakpia. Untuk bakpia basah masa edarnya tujuh hari dan kering sampai dua bulan," ucap yang juga Ketua Forum UMKM Kecamatan Kuaro.
Didukung Penuh Pemerintah hingga Swasta
Yanto dengan penuh optimis terus berupaya melebarkan cakrawala bisnisnya. Ia intens berkomunikasi dengan pihak Pemerintah Desa Klempang Sari, pihak Kecamatan Kuaro, Disporapar, Disperindagkop hingga Dinas Kesehatan untuk izin edarnya.
"Kami sangat apresiasi peranan dari dinas-dinas terkait. Termasuk dari Disporapar yang menyertakannya ikut pelatihan di Yogyakarta," terangnya.
Ia juga mengajukan permohonan dukungan dari pihak swasta, yakni PT Kideco Jaya Agung. Ia menuturkan saat itu bakpianya masih dikemas secara tradisional. Yanto meminta untuk disokong dengan kemasan semenarik mungkin. Apa yang diinginkannya berjalan sesuai harapan.
"Saat itu kami dengan kemasan lama perbulannya hanya memproduksi 30 box. Saya yakinkan dengan kemasan baru penjualan akan meningkat, dan terbukti sekarang bisa 150 box sehari," ungkap dia yang juga Sekretaris Forum UMKM mitra Kideco.
Dirinya bersama istri saat itu juga memutuskan perlu adanya tambahan tenaga baru. Pertama memberdayakan kerabatnya untuk membantu, hingga kini memiliki delapan orang pekerja yang mana sebelumnya hanya mereka berdua.
Saat ini juga telah memiliki oven 2 deck 4 tray yang dapat memproduksi bakpia massal dan lebih cepat. Bantuan itu diperoleh dari aspirasi anggota DPRD Kaltim, Yenni Eviliana. Untuk menikmati bakpianya selain dijual di rumah juga dapat dipesan secara online. Bahkan ia juga sudah disediakan tempat di salah satu toko ritel modern untuk membantu penjualan Bakpia Sari Berkah 99.
"Alhamdulillah sudah ada yang pesan sampai Sumatera dan Makassar. Saat ini juga sudah ada stand di Bandara (Sepinggan Balikpapan) untuk membantu pemasaran produk kami yang difasilitasi Kideco," tutur Yanto.
Desa Sentra Bakpia di Kabupaten Paser
Desa Klempang Sari telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser sebagai satu-satunya desa wisata dari 139 desa yang ada di wilayah selatan Kaltim ini. Penetapan tertuang dalam Keputusan Bupati Paser Nomor 556 KEP-629/2022.
Dengan penetapan itu Yanto menginginkan Desa Klempang Sari selain ada wisatanya juga menjadi sentra industri bakpia ataupun produk UMKM lainnya. Ia mempersilakan pekerjanya jika ingin usaha bakpia sendiri.
"Ada dua pilihan, mau pakai brand saya atau pengin mandiri silakan pakai brand sendiri dan pasarkan sendiri, jadi mereka ikut berkembang," jelasnya.
Sehingga selain wisata yang terangkat juga dari sisi perputaran ekonomi keluarga juga terbantu. Katanya, seperti di Yogyakarta atau Malang orang atau wisatawan tak serta ke tempat wisata, tapi juga mencoba kuliner khas setempat.
"Harapan kedepannya jadi sentra bakpia di Desa Klempang Sari, paling tidak ada lima titik," pungkas Yanto.